https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: karangan Sosok seorang dengan penuh kesederhanaan https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Saturday, July 5, 2014

karangan Sosok seorang dengan penuh kesederhanaan



Nama               : Riska Ramdiani
NIM                : 12211029
Kelas               : 2A
Mata Kuliah    : Menulis II
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Aalamat           : Kp. Ds. Dayeuhmanggung RT/RW: 01/03 Kec. Cilawu Kab. Garut 44181
No. Hp            : 08999117694

Sosok seorang dengan penuh kesederhanaan
Bapak Ehep Hidayat adalah sosok seorang yang terlahir dari keluarga sederhana, dari kesederhanaan itulah beliau selalu memberikan arti kebahagiaan yang sederhana kepada sesama. Menurutnya, hal yang sederhana biasanya lebih lama bisa dinikmati kebahagiaannya, takaran rasa kebahagiaannya begitu terasa lebih banyak meski tak mewah.
Lelaki paruh baya ini adalah salah satu tokoh masyarakat Desa Dayeuhmanggung, beliau lahir pada tanggal 16 Januari 1955 dan kini usianya 58 tahun. Beliau sangat bangga atas pemberian kedua orangtuanya yang memberikan nama kepadanya “Ehep Hidayat”, meski pun beliau tidak tahu apa arti sebenarnya “Ehep” namun beliau tahu bahwa arti dari “Hidayat” itu adalah petunjuk, semenjak beliau berusia tujuh tahun beliau bertekad mempunyai visi dan misi sesuai dengan namanya itu. Dia ingin menjadi petunjuk bagi semua umat dalam rida Allah swt.
Beliau mempunyai moto hidup yang selalu  beliau ajarkan kepada keluarga dan murid-muridnya, yaitu “menjadi yang pertama, menjadi yang terbaik, dan menjadi yang berbeda”. Beliau selalu berusaha ingin menjadi yang pertama dalam segala hal yang di ridai Allah swt, jika beliau tidak bisa menjadi yang pertama maka beliau akan berusaha menjadi yang terbaik dari yang terbaik, dan jika beliau tidak bisa menjadi yang terbaik maka beliau akan menjadi yang berbeda tetap ke arah yang positif dan diridai-Nya
Gurat wajahnya terlihat sangat menyenangkan, meski keriput terlukis di wajah indahnya. Bola mata yang meneduhkan, berwarna kecoklatan seperti matahari kala senja. Giginya kecil-kecil nampak rapi, meski ada beberapa gigi yang sudah tak terlihat pada tempatnya. Kumis melintang, cambang yang terurus. Meski sebagian rambutnya mulai memutih, namun beliau selalu nampak menyenangkan. Lukisan senyum yang menguatkan selalu terpancar darinya. Lelaki paruh baya ini memang orang yang sangat menyenangkan, memiliki aura yang menyenangkan, memiliki kesederhanaan yang menyenangkan.
Beliau mulai sekolah pada tahun 1962 di SD Desa Dayeuhmanggung, beliau sangat mencintai atas kesibukannya pada waktu itu. Meski tak ada penerangan lampu, pada waktu itu hanya ada penerangan dari obor, beliau tetap semangat belajar mengulang materi yang diterima di Sekolah pada malam hari sesudah shalat isya.
Anak pertama dari enam bersaudara ini adalah anak yang selalu dibanggakan kedua orangtuanya, selesai pulang sekolah beliau selalu membantu kedua orangtuanya di ladang, beliau tidak pernah menunjukan kegelisahan atau rasa capai kepada kedua orangtua dan ke-lima adiknya. Waktu terasa begitu cepat akhirnya beliau lulus SD dengan hasil terbaik, dan kedua orangtuanya tersenyum bangga memiliki anak seperti beliau. Namun, beliau tidak berniat untuk melanjutkan sekolah SMP dikarenakan beliau ingin membantu kedua orangtuanya mencari uang untuk biaya ke-lima adiknya bersekolah.
Setelah beliau beranjak dewasa, tepatnya pada usia 20 tahun beliau bertekad ingin mengadu nasib melakukan perubahan pada hidupnya dan juga keluarganya. Beliau pergi ke Jakarta, ke Bandung, bahkan sampai ke Sumatra, beliau mencari uang sebagai buruh harian. Meski dalam lelahnya, dalam rindu yang tak tertahankan kepada keluarganya, beliau tetap semangat bekerja sebagai buruh harian, mengumpulkan uang untuk diberikan kepada keluarga tercintanya. Bahkan ketika beliau berprofesi sebagai buruh di Bandung dan di Jakarta beliau ditawari oleh masyarakat untuk mengajar ngaji anak-anak  sesudah shalat magrib, dan beliau dengan suka cita menerima tawaran itu. Beliau melakukannya dengan ikhlas, berharap agar Allah swt melihatnya bahwa meski beliau sibuk dalam urusan duniawi beliau tidak akan pernah melupakan pesan kedua orangtuanya agar tidak meninggalkan shalat lima waktu dan juga kewajibannya beribadah kepada Allah swt.
Pada usia 22 tahun beliau memutuskan untuk pulang ke kampung kelahirannya, karena beliau sungguh merasakan rasa rindu yang maha hebat kepada keluarga tercintanya. Kemudian pada usia itu beliau memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita yang beliau anggap akan menjadi malaikat bagi anak-anaknya kelak, beliau menikah dengan seorang wanita tiga tahun lebih muda darinya. Wanita yang sangat beruntung itu bernama Lilis. Kemudin pada usia pernikahan mereka memasuki umur dua tahun, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Siti mulyani, setelah Siti mulyani anak pertamanya berusia tujuh tahun beliau pun dikaruniai anak perempuan lagi yang diberi nama Imas.
Lengkap sudah kebahagiaan beliau juga keluarganya, namun biaya kehidupan pun semakin bertambah. Lantas beliau memutuskan untuk membuat bumbu-bumbuan seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, dan lain-lain, karena upah menjadi buruh tidak cukup untuk membiayai istri dan kedua anaknya itu. Proses pembuatan bumbu-bumbu itu pun selalu dibantu oleh istri dan kedua anaknya. Seusai bumbu-bumbu itu dibungkus, beliau langsung bergegas menjual bumbu itu dengan dimasukkan ke dalam karung dan di gendongnya mengelilingi Desa Dayeuhmanggung kemudian berbisik lirih semoga banyak yang membeli. Bahkan beliau sempat mengalami hal yang kurang menyenangkan ketika berdagang bumbu dengan menggendong karung, pada waktu itu beliau sedang melewati salah satu rumah besar dan menawari bumbu kepada pemilik rumah itu, namun yang terjadi sebelum beliau menawari bumbu itu sang pemilik rumah sudah memaki-makinya mengira beliau adalah seseorang yang ingin meminta-minta. Beliau saat itu tidak berkata apa-apa, namun beliau berdoa semoga sang pemilik rumah tadi dibukakan hatinya agar mampu menghargai orang lain meski status soialnya lebih rendah darinya. Dan beliau bertekad dalam hatinya, beliau tidak akan pernah membuat atau membiarkan nasib anak-anaknya kelak mengalami hal pahitnya kehidupan seperti apa yang beliau rasakan, beliau bertekad untuk menyekolahkan anak-anaknya sampi perguruan tinggi agar mereka sukses dan merasakan indahnya kebahagiaan dan nikmat Allah swt.
Setelah beberapa bulan usaha bumbunya pun berjalan dengan lancar, dan beliau memutuskan untuk berdagang bumbu sampai keluar kampung dengan memakai sepeda, dan setelah dua tahun berjalannya usaha itu akhirnya beliau membeli sepeda motor dan berjualan dengan sepeda motor, berjualan lebih jauh dari kampung ke kampung. Menurutnya, alangkah bahagianya jika kita mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan apa yang kita cintai, dan beliau sangat mencintai rutinitas itu. Dari usaha bumbu yang dicintainya itulah beliau mampu membiayai hidup istri dan kedua anaknya bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi.
Kemudian pada tahun 2004 beliau memutuskan untuk berhenti berdagang bumbu, karena beliau ditawari untuk menjadi pegawai desa di Desa Dayeuhmanggung. Beliau adalah sosok seseorang yang patut dicontoh dan selalu dihormati oleh warga Desa Dayeuhmanggung.  Di samping itu kedua anak beliau kini telah menikah dan sukses sesuai dengan apa yang beliau harapkan dulu, dan beliau pun dikaruniai anak perempuan lagi yang bernama Elsa.
Sampai saat ini beliau masih menjadi salah satu pegawai di Desa Dayeuhmanggung, dan disela-sela kesibukannya beliau sibuk dengan menjadi seorang petani, penghulu, dan guru mengaji. Dalam usianya yang sudah tidak muda lagi, beliau memutuskan untuk mengikuti sekolah paket B dan paket C. Menurutnya, umur bukanlah alasan bagi seseorang untuk berhenti menuntut ilmu dan beliau melanjutkan pendidikan diusia yang sudah tidak muda lagi bukan hanya semata-mata ingin mendapatkan ijazah, tapi karena ilmu yang ingin beliau dapatkan.
Aktifitas beliau memang sangat sibuk, dengan tubuh yang sudah tidak kuat seperti dulu tapi beliau selalu melakukan aktifitas yang beliau kerjakan. Ketika matahari mulai meninggi beranjak dari tempat peistirahatannya beliau bergegas menuju ladang sawahnya. Kepala dengan topi ilalang, cangkul dan cerangka di pundak, memakai sepatu bot setinggi lutut, memakai pakaian yang seperti seminggu tidak dicuci terlihat kotor, dan beliau membawa bekal berupa nasi dibalut dengan daun yang dibakar terlebih dahulu lengkap dengan teh, asin, dan sambal yang diracik oleh istri tercintanya dari rumah untuk mengisi perut laparnya pada siang nanti ketika mulai lelah. Menyantapnya dengan penuh rasa syukur sambil menikmati keindahan pesawahan dan kebun Desa Dayeuhmanggung.
Beliau sangat beryukur atas takdir Allah swt yang telah memberikan nikmat dan karunianya yang lebih dari cukup kepadanya. Semua jerih payah, pahit manis dalam hidupnya dulu kini tak sia-sia, dia mempunyai segalanya, orangtua yang kini tak susah seperti dulu lagi, bahagia melihat anak-anaknya sukses, meski ayahnya telah meinggalkannya terlebih dahulu dan belum sempat melihat anak kebanggannya seperti sekarang, ke-lima adik beliau yang kini mempunyai kebahagiaan yang sama dengannya, dan juga keluarga yang benar-benar sangat menyayanginya,
Setelah beliau pulang dari ladang, lelaki paruh baya yang mempunyai hati yang sangat lembut ini menyisihkan waktunya untuk mengajar mengaji sore dan malam. Baginya, menjadi seorang guru bukan hanya mengajar, tetapi juga sebagai panutan yang dapat menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan yang indah dalam kesederhanaan. Beliau mengajar dengan tulus tanpa pamrih sedikitpun, beliau senang dengan apa yang dilakukannya itu. Beliau mengajar murid-muridnya dengan sederhana, dengan hal yang jarang dilakukan oleh guru pada umumnya. Beliau mengajar dengan berusaha masuk ke dunia murid-muridnya, mengenal mereka dengan baik, berkomunikasi dengan lembut, memperlakukan murid-muridnya seperti anaknya sendiri, penuh kasih sayang.
Beliau pun selalu rutin menghadiri beberapa acara pengajian di daerah tempat tinggalnya, bahkan beliau selalu diminta untuk memberikan ceramah kepada masyarakat yang menghadiri pengajian tersebut, ceramah yang disampaikan beliau selalu mengundang tawa sehingga pengajian tersebut tidak jenuh dan materi yang disampaikan beliaupun mudah dipahami oleh semua kalangan. Pun beliau terkadang selalu diminta untuk membacakan ayat suci al-quran atau sebagai pembawa acara pengajiannya.
Lelaki paruh baya ini pun berprofesi sebagai penghulu, dari banyaknya penghulu yang ada di desanya tapi banyak orang yang selalu memintanya untuk menikahkan anak-anaknya yang mau menikah. Setiap kali musim menikah, beliau sibuk kesana kemari, berangkat dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menikahkan yang akan menikah. Keringat selalu menemaninya, keringat yang bertanda bahwa beliau memang berusaha bekerja untuk keluarganya.
Begitulah kehidupan beliau saat ini, meski beliau telah memiliki segalanya, hidup dengan berkecukupan. Namun beliau tetap hidup dalam kesederhanaanya. Beliau selalu menghargai orang lain, selalu memberikan sandarakan bagi siapa pun yang membutuhkannya, selalu merangkul siapa pun tanpa pandang bulu. Dengan segala kesederhanaan dan sikap rendah hatinya itulah beliau selalu dihormati oleh masyarakatnya, bahkan masyarakat menganggapnya segabai guru kalbu.

No comments:

Post a Comment