https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: RINGKASAN DAN ULASAN NOVEL INDONESIA MODERN https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Friday, July 11, 2014

RINGKASAN DAN ULASAN NOVEL INDONESIA MODERN



RINGKASAN DAN ULASAN NOVEL
INDONESIA MODERN

Disusun oleh:
Riska Ramdiani





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga kami mampu menyusun Makalah Pengantar Sastra yang berjudul tentang “Ringakasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern”.
Makalah ini sayasusun berdasarkan kemampuan saya dan sumber-sumber yang saya cari.Dikemas dengan Ringkasan yang cukup dipahami.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk diri saya sendiri maupun untuk orang lain baik bermanfaat untuk masa sekarang ataupun masa yang akan dating, sehingga dapat menambah pengetahuan.
Dan makalah ini sangat sederhana, karna kesederhanaanya banyak sekali kekurangannya.Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari harapan kesempurnaan, terimakasih jika para pembaca memberikan sumbang saran untuk perbaikan.

Garut, Oktober 2012








DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
Bab I Pendahuluan...........................................................................................
a)      Latar Belakang.....................................................................................
b)      Rumusan Masalah.................................................................................
c)      Tujuan...................................................................................................
Bab II Pembahasan
1.      Di Bawah Lindungan Kabah, Hamka...................................................
2.      Wanita Itu adalah Ibu, Sori Siregar.......................................................
3.      Percobaan Setia, Suman HS..................................................................
4.      Dian Yang Tak Kunjung Padam, S. Takdir Alisjahbana.......................
5.      Telepon, Sori Siregar..............................................................................
6.      Kasih Ibu, Paulus Supit.........................................................................
7.      Raumanen, Marianne Katopo................................................................
8.      Ibu, Tahi Simbolon................................................................................
9.      Kalau Tak Untung,  Selasih...................................................................
10.  Azab dan Sengsara, Merari Siregar........................................................
Bab III Penutup
a)      Kesimpulan...........................................................................................
b)      Saran.....................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................


















BAB I
Pendahuluan
A.                Latar Belakang
Novel-novel Indonesia yang telah dihasilkan para pengarang dalam kurun waktu 70 tahun, hamper mencapai 300 buah novel. Jadi, pukul rata dalam setiap tahun terbit sedikitnya lima buah novel. Dari jumlah tersebut, sekitar 65 persen dihasilkan setelah merdeka.
Novel itu penting terutama dalam konteks sejarah perkembangan novel Indonesia.Secara intrinsic novel itu menyodorkan pembaruan.Secara tematik novel itu dipandang masih punya hubungan dengan tema-tema novel sebelumnya.Novel tertentu dianggap dapat mewakili (representasi) karya-karya pengarang tertentu dan novel yang dibuat ringkasan dan ulasannya itu, dipandang sangat baik untuk dijadikan bahan kajian atau contoh dalam pengajaran sastra, baik untuk bahan pengajaran ditingkat sekolah lanjutan, maupun untuk tingkat perguruan tinggi.
Kehidupan novel di Indonesia modern tetap mendapat tempat dan sepenuhnya tidak terpencil dari masyarakat. Perlu diperhatikan bahwa ringkasan novel ini sama sekali tidak dimaksudkan sebagai pengganti novel aslinya. Membaca karya aslinya merupakan hal yang mutlak perlu. Dalam penyusunannya sendiri, selain diusahakan mendekati cara ringkasan dalam resensi, juga semua rangkaian peristiwanya diurutkan secara kronologis, dengan tetap memperhatikan aspek timatik dan unsur intrinsic lainnya yang menonjol.
B.                 Rumusan Masalah
Membaca novel aslinya memang sangat mutlak perlu tapi untuk lebih mengefktifkan novel itu diringkas dan diulas kembali agar para pembaca lebih tertarik untuk membaca novel aslinya, dan bukan malah sebaliknya.
Pembuatan ringkasan dan ulasan novel ini sebenarnya bukan pekerjaan yang terlalu sulit karena dipentingkan adalah pendeskripsiannya kembali, dan bukan penganalisian ataupun penilaian.Hal yang agak berat dan memerlukan konsentrasi serius justru terjadi pada saat pembacaan novel tersebut.Masalahnya itu menyangkut kecermatan pembaca dan pemahaman pada bacaannya itu sendiri.
Berbagai masalah yang terdapat dalam novel Indonesia modern, tentu masih dapat kita perpanjang lagi.Semakin kita berusaha memperkaya pengetahuan tentang peta pernovelan di Indonesia.
Oleh karena itu, secara umum penelitian ini didasarkan kepada rumusan masalah sebagai berikut:
C.                 Tujuan
Tujuan dari Presentasi ini adalah untuk mengetahui seberapa besarnya antusias para pembaca terhadap novel-novel Indonesia. Beberapa tujuan yang melatarbelakanginya adalah sebagai berikut:
1)      Memberi gambaran ringkas tentang isi cerita sejumlah novel tertentu.
2)      Memberi informasi tambahan tentang novel-novel yang dibuat ringkasannya.
3)      Memberi sedikit-sedikit dasar apresiasi agar para pembaca yang mungkin belum membaca karya aslinya.
4)      Memberi semacam panduan, terutama bagi para pelajar, guru atau pengajar, mahasiswa maupun pembaca umum yang berminat terhadap novel Indonesia
5)      Lewat ringkasan yang terdapat dalam makalah ini, pembaca dapat membayangkan sendiri cerita dan temanya, dan lewat ulasannya, pembaca dapat memperoleh informasi mengenai novel yang bersangkutan. Dengan cara demikian, diharapkan pula akan tampak letak daya tarik dan kekuatan novel yang bersangkutan.
6)      Tujuan terpenting dalam penyusunan makalah ringkasan dan ulasan novel Indonsia modern ini, justru agar pembaca lebih tertarik membaca karya aslinya, dan bukan sebaliknya.



















BAB II
1.      DI BAWAH LINDUNGAN KABAH
Text Box: Pengarang : Hamka
Penerbit : Bulan Bintang
Tahun  : 1938, Cetakan XIII, 1978
 





Tanpa memberi tahu siapapun, Hamid meninggalkan kampungnya menuju Siantar, Medan. Kepergiannya kali ini bukan lagi untuk menuntut ilmu di sekolah, seperti yang ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Hamid, ibarat orang sudah “jatuh tertimpa tangga pula”. Setelah Haji Jafar, orang yang selama ini banyak menolongnya, berpulang ke Rahmatullah, tak lama kemudian ibu kandung yang dicintainya menyusul pula kea lam baka. Hamid kini tinggal sebatang kara. Ayahnya telah meninggal ketika ia berusia empat tahun. Dalam kemalangannya itu, mamak Asiah dan anaknya, Zainab, tetap menganggapnya sebagai saudara sendiri.Oleh karena itu, Mak Asiah begitu yakin terhadap hamid untuk membujuk Zainab agar mau dikawinkan dengan saudara dari pihak mendiang suaminya. Dengan berat hati, Hamid mengutarakan maksud itu walaupun yang sebenarnya, ia sangat mencintai Zainab. Namun, karena Zainab anak orang kaya di kampong itu, ia tak berani mengutarakan rasa cintanya itu.
Setibanya di Medan, Hamid sempat menulis surat kepada Zainab. Isi surat itu mengandung arti yang sangat dalam tentang perasaan hatinya. Namun, apa mau dikata, ibarat bumi dengan langit; rasanya tak mungkin keduanya dapat bersatu. Meninggalkan kampong halamannya berikut orang yang dicintainya adalah salah satu jalan terbaik. Begitu menurut pikiran Hamid.Dari Medan, Hamid meneruskan perjalanan ke Singapura dan akhirnya sampailah ia di tanah suci, Mekah. Di Mekah ia tinggal pada seorah Syekh, yang pekerjaanya menyewakan tempat bagi orang-orang yang akan menunaikan ibadah haji.
Telah setahun Hamid tinggal di kota suci itu. Pada musim Haji, banyaklah orang dating dari berbagai penjuru. Tanpa diduganya,teman sekampungnya, menyewa pulka tempat Syejh itu. Orang yang baru dating itu bernama Saleh, suami Rosna, yang hendak menuntut ilmu agama di Mesir setelah ibadah haji selesai.
Dari pertemuan yang tak disangka-sangka itu, ternyata banyak sekali berita dari kampong halaman, terutama tentang Zainab yang sejak ditinggalkan Hamid dan tidak jadi dikawinkan dengan saudara ayahnya itu, kini sedang dalam keadaan sakit-sakitan. Hamid sangat senang hatinya mendengar kabar itu, tetapi ia harus menyelesaikan ibadah hajinya yang tinggal beberapa hari. Ia bermaksud segera pulang ke kampong. Sementara itu Saleh, yteman Hamid, segera mengirim surat kepada istrinya. Surat Saleh diterima istrinya yang segera pula memberitahukan kepada Zainab.Alangkah senang hati Zainab mengetahui bahwa orang yang dicintainya ternyat masih ada.Namun, penyakit yang diderita Zainab makin hari makin parah. Dengan segala kekuatan tenaganya ia menulis surat untuk orang yang dikasihinya.
Surat yang dikirim Zainab diterima Hamid. Namun, rupanya isi surat itu sangat mempengaruhinya. Dua hari setelah itu, kebersamaan dengan keberangkatan para jamaah haji ke Arafah guna mengerjakan wukuf, kesehatan Hamid terganggu.Walaupun demikian, Hamid tetap menjalankan perintah suci itu.
Sekembalinya Hamid dari Arafah, suhu badannya semakin tinggi.Apalagi di Arafah udarnya sangat panas.Hamid tak mau menyentuh makanan sehingga badannya menjadi lemah. Pada saat yang sama, surat dari Rosna diterima Saleh yang menerangkan bahwa Zainab telah wafat. Kendati Hamid dalam dalam keadaan lemah, ia mengetahui bahwa ada surat dari kampungnya. Firasatnya begitu kuat pada berita surat yang disembunyikan Saleh. Hamid menanyakan isi surat itu. Dengan berat hati Saleh menerangkan musibah kematian Zainab. “O, jadi Zainab telah dahulu dari kita?” tanyanya pula.
Ketika akan berangkat ke Mina, Hamid tak sadarkan diri. Temannya, Saleh, terpaksa mengupah orang Badui untuk membawa Hamid ke Mina. Dari situ mereka menuju Masjidil Haram dan kemudian mengeliling Kabah sebanyak tujuh kali.Tepat di antara pintu Kabah dengan Batu Hitam, kedua orang badui itu diminta berhenti. Hamid mengulurkan tangannya, memegang kiswah sambil memanjatkan doa yang panjang “Ya Rabbi, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasih dan Penyayang!” semakin lama sura Hamid semakin terdengar pelan. Sesaat kemudian, Hamid menutup matanya untuk selama-lamanya.















2.      Text Box: Pengarang : Sori Siregar (12 November 1939)
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun  : 1982
WANITA ITU ADALAH IBU



Meninggalnya Laura membuat Hezan merasa begitu sangat kehilangan seseorang yang dicintainya. Cinta Hezan yang mendalam terhadap istrinya itu menyebabkan ia beretkan untuk tidak mempunyai istri lagi. Dengan hidup teteap menduda, ia merasa tidak mengkhianati cintanya kepada almarhumah. Begitu pula ia merasa sanggup membesarkan putri tunggalnya, Prapti, tanpperlu mengakhiri status dudanya. Yang penting baginya, ia dapat menumpahkan kasih sayangnya kepada putrinya seorang.
Sungguhpun demikian, Hezan juga tidak dapata membohongi dirinya sendiri bahwa sesungguhnya ia begitu kesepian. Bertahun-tahun sejak istrinya meninggal, ia merasakan kesepian itu. Namun, ia juga tidak ingin Prapti mengetahui apa yang selama ini ia pendam dengan penuh kegelisahan.
Kesepian yang dirasakan Hezan makin terasa menggangguna setelah Prapti menikah dengan Tonron. Mitos untuk mempertahankan diri sebagai suami setia, justru makin menggelisahkanya, apabila ia ingat kemunafikannya selama ini. Di depan anaknya, Hezan berperan sebagai ayah yang taat beragama dan setia mencintai almarhumah. Namun, di balik itu, Hezan mencari kepuasan lewat perempuan-perempuan lain. Jadilah duda itu hidup seolah-olah dalam dua dunia; sebagai ayah yang ideal di mata putrinya, dan sebagai lelaki yang butuhkehangatan tubuh perempuan, di hadapan hati nuraninya sendiri.
Sebelum itu, Prapti sendiri tak pernah mengusulkan agar ayahnya menikah lagi. Namun ternyata, Hezan sendiri menanggapinya secara lain; dengan kawin lagi, ia khawatir hal itu justru merupakan pengkhianatan terhadap cintanya kepdanya istrinya, almarhumah. “Aku sebenranya tidak tahu, gagasan yang dikemukakan Prapti kepadaku… Yang jelas aku terkejut dengan saran yang di ajukan Prapti.Betapa tidak.Setelah lima belas tahun mendampnginya dan membesarkannya setelah kepergianmu, Prapti menyarankan kepadaku agar aku mencaripenggantimu”.Begitulah.Hezan seolah-olah hendak mengadukan persoalannya kepada Laura, almarhumah.
Apa yang dirasakan Hezan, dirasakan pula oleh Prapti berkenaan dengan usul agar ayahnya mencari penggant ibunya. “Aku malah telah berbuat lebih jauh.Meminta ayah untuk mencari pengganti Ibu.Sampai di amana sebenarnya cintaku pada Ibu?Mungkin cintaku terlalu besar kepada ayah, yang membuatku melupakan Ibu”.
Bagi Hezan, dalam perkembangannya kemudian, persoalammya bukan lagi pada kekhawatran mengkhianati cinta kepada istrinya, melainkan kemunafikannya sendiri. Pada mulanya Hezan beranggapan bahwa tak ada artinya perkawinannya nanti jika hanya karena hendak menghindari dosa.Karena bagaimanapun juga, perkawinannya itu mesti dolandasi oleh perasaan cinta.Padahal cintanya sudah tumpah pada Laura.“Yang jelas aku tidak akan bisa menganggap istri baru seperti Laura. Cintaku kepada Laura tidak akan dapat kualihkan kepadanya. Lalu, apa artinya perkawinan tanpa cinta?”.Itulah yang membuat Hezan lebih ska melakuka hubungan gelap tanpa nikah daripada harus kawin, yang berarti mengalihkan cintanya dari Laura kepada wanita yang dinikahinya.
Belakangan, munculnya Nuning, sosok wanita yang sedikit banyak mengingatkannya kepada Laura, mulai mencairkan sikap Hezan dalam hal keenggangannya untuk menikah lagi.Ia mulai merasakan sesuatu yang lain, dan ia merasa cintanya tumbuh kembali. “Cinta kita adalah cinta tua… Aku akan melupakan semua perasan yang terpendam ini. Kalau kau memang telah ditakdirkan untuk menjadi milikku, kau tidak akan pernah bias dirampasoleh siapa saja”. Nuning pula yang kemudian ia tetapkan sebagai calon istrinya yang bar. Sementara Prapti sendiri telah menemukan sosok Ibunya pada Nuning. Maka, tidak ada alas an baginya untuk menolak Nuning sebagai Ibu tirinya. Apalagi, perempuan yang sudah mulai berumur itu pun merasakan hal yang sama: “Datanglah, datanglah sekali lagi. Aku akan membukakan pintu ini lebar-lebar untukmu.



















3.      Text Box: Pengarang : Suman Hs. (1904)
Penerbit : Nusantara
Tahun : 1931; Cetakan IV, 1961
PERCOBAAN SETIA




Kepindahan Syamsudin beserta bapak dan ibunya ke desa Taraktabuh yang melewati Sungai Kampar, membuka mata Syamsudin bahwa dunia itu begitu luas. Banyak keindahan dan kekayaan alam yang belum pernah dilihat selama ia berada dibawah asuhan orangtuanya.
Pengalaman demi pengalaman di desa baru, lama-kelamaan membuatnya bosan. Timbul keinginan yang lain. Ia ingin perhi merantau. “Akhirnya taklah sanggup lagi aku menahan hatiku, keinginan untuk merantau itu tak dapat kuperangi lagi. Maka, kuberanikanlah hatiku mengabarkan rahasia hatiku tu.”. Denagn berat hati, kedua orang tuanya melepas Syamsudin, yang pergi tanpa menentukan arah yang pastiitu.
Syamsudin tinggal dan bekerja pada seorang saudagar di Malaka setelah beberapa waktu tinggal di Bengkalis dan mengalami pengalaman pahit.Beruntung, saudagar yang kaya itu begit baik padanya.Pemuda itu bahkan diperlakukan seperti anaknya sendiri.Walaupun demikian, Syamsudin tidak melupakan kewajibannya untuk terus mengurus barang dagangan milik saudagar.
Rasa suka saudagar terhadap istrinya bertambah-tambah setelah Syamsudin berhasil menggagalakan kebakaran uang yang hamper melumatkan anak saudagar, yaitu Haji Salwiah. Dengan menimbang segala kebaikan yang pernah dilakukan Syamsudin, saudagar dan istrinya sepakat untuk menikahkanya dengan Haji Salwiah. Namun, untuk menghindari adanya pmpngan-omongan orang, Syamsudin diperintahkan untuk menunaikan ibadah haji terlebih dahulu agar ia sepadan dengan Salwiah yang bergelar haji.
Dalam perjalanan ke Mekah, ia bertemu dengan Jamin, sahabatnya. Suka duka mereka rasakan berdua.Juga ketika dompet Syamsudin kecopetan dalam suatu keramaian di Pulau Pinang, tempat transit mereka.Jamin dengan rela membantu usaha Syamsudin untuk mendapatkan kembali uang yang hilang dengan jalan membantu sahabatnya itu menjualkan rujak di kapal, tanpa meminta imbalan sedikitpun.Setelah sebulan lebih mengarungi lautan, mereka tiba dengan selamat di Mekah.
Sepulang dari tanah suci, Syamsudin mengingap kembali di Pulau Pinang sebelum melanjutkan ke Malaka.Ia tidak bersama Jamin yang akan menuntut ilmu di Mekah. Di penginapan, Syamsudin berkenalan dengan Abdulfatah yang emngaku sangat kenal dengan keluarga Haji Salwiah di Malaka.Kepada dialah Syamsudin banyak bercerita tentang rencana pernikahannya dengan Haji Salwiah.
Rupanya Abdulfatah pun mencintai Haji Salwiah. Begitu ia mengetahui bahwa orang di hadapannya adalah calon suami Haji Salwiah, ia mulai memasang jebakan. Syamsudin dibuat luka parah dalam tabrakan yang direkontruksikan olehnya.Ia sendiri hanya mengalami luka ringan. Dengan jalan demikian akan muluslah rencananya untuk mendapatkan Haji Salwiah.
Dalam ketidakberdayaan Syamsudin itu, Abdulfatah memanfaatkan kelihaianya untuk menipu beberapa pihak.Kepada keluarga Haji Salwiah dikabarkan bahwa Syamsudin telah meninggal, dan kepada Syamsudin dikabarkan bahwa Haji Salwiah menderita penyakit ketumbuhan.
Secara tak diduga, Jamin kembali ke Tanah Air.Ia terkejut bercampur geli begitu mengetahui keadaan Syamsudin, apalagi telah mengetahui siapa pelaku di belakang semua itu. Kemudian dengan kepandaiannya, Jamin balik memperdayai Abdulfatah sehingga rencana perkawinan Abdulfatah dengan Haji Salwiah yang memang tidak menyukainya berhasil digagalkan.
Pada akhirnya, Abdulfatah yang memang sering melakukan penipuan dan penganiayaan. Akan halnya Syamsudin, ia ternyata masih dicintai oleh calon istrinya. “Jika tuhan masih sati dan syurga masih tempat beramal, niscaya aku takkan menyesal bersuamikan Abang,” katanya sambil merebahkan dirinya ke atas ribaanku.



















4.      Text Box: Pengarang : S. Takdir Alisjahbana (11 Februari 1908)
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun  : 1932; Cetakan I, Balai Pustaka, Cetakan VIII, 1984
DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM




Cinta agaknya memang tak mengenal pangkat dan kedudukan.Ia juga merupakan “kekuatan yang maha kuasa, yang tak dapat ditahan atau dimusnahkan. Apa jua pun menghalanginya, yang mengepangnya, namun cinta itu akan terus menurut jalannya”.Demikianlah yang dirasakan Yasin, seorang pemuda udik yang tinggal bersama ibunya.Pemuda yang sudah tidak berayah lagi itu jatuh cinta dalam pandangan pertama kepada Molek, seorang gadis amnak Raden Mahmud yang tinggal di Palembang.Perbedaan derajat antara Yasin yang orang kebanyakan dan Molek yang keturunan bangsawan tidaklah menghalangi dua sejoli itu untuk menyatakan cinta.
Begitulah, saat yang dinantipun tiba.Melayanglah sepuucuk surat cinta Yasin yang diterima Molek dengan sukacita.”…dengan segera, laksana sekejap itu menggulung ombak dendam berahi dating padanya dibukanyalah surat itu. Matanya yang hitam gemerlap itupun mencari nama yang tercantum dibawah…’Yasin,’ keluar dari mulut Molek, seakan-akan ia mengeluh, mengeluarkan sekalian isi sanubarinya”. Beberapa saat kemudian, sambil menunggu saat yang tepat, ditulisnya surat balasan buat Yasin. “Setelah reda gelora cinta itu, ia pun terus menulis, demikian bunyinya. ‘Tiada dapat Adinda katakana betapa girang hati Adinda menerima surat Kakanda itu’… yang kemudian ditutup dengan kalimat, ‘Satu kita di dunia ini, satu pula kita sampai di akhirat”.
Sejak itulah mengalir surat cinta kedua belah pihak. Cinta dua sejoli yang berbeda derajatnya itu pun tumbuh mekar. Bagi Yasin, percintaanya yang sembunyi-sembunyi itu telah melambungkan angan-angannya untuk memiliki gadis pingitan itu. Ia pun bekerja sungguh-sungguh mengusahakan kebunnya karena dari situlah nafkah hidup bersama ibunya yang sudah mulai tua.
Menyadari perasaanya sendiri, Yasin kemudian menyatakan pengharapan kepada ibunya untuk mempersunting Molek.Berumbuklah sanak saudara Yasin, mengatur rencana pelamarannya.Lalu, pada saat yang ditentukan, mereka dating ke rumah saudagar kaya raya Mahmud.Kepada bangsawan itu diutarakan maksud kedatangannya bahwa Yasin bermaksud meminang putri bangsawan itu.Tentu saja, lamaran itu dianggap suatu penghinaan.Bagaimana mungkin putri seorang bangsawan bersuamikan pemuda udik. “Orang lain biarlah orang lain, tetapi aku tidak mau didekati si Ulu pongah itu, meski bagaimana juapun bordering-dering perak dan emasnya”. Itulah sikap Raden Mahmud menanggapi lamaran yang diajukan keluarga Yasin.
Cek Sitti, istri Raden Mahmud, juga beranggapan bahwa anak gadinya mesti mendapatkan jodoh seorang bangsawan. Itulah sebabnya, Cek Sitti begitu marah mendengar bahwa Molek memang kenal baik dengan Yasin, pemuda yang dalam pandangan Cek Sitti sebagai orang yang tak kenal adat.
Nyatalah bagi Yasin dan Molek bahwa pengahrapan cinta saja tak vukup mampu untuk mempertemukan mereka dipelaminan.Hubungan dua sejoli itu harus putus karena perbedaan martabat.Sungguhan demikian, Yasin masih kukuh mencintai Molek.Hal yang juga dirasakan putri bangsawan itu.Ia akan tetap setia menunggu pemuda idamannya. Maka, taka ada pilihan bagi mereka kecuali bersabar menunggu sang nasib yang akan mepertemukan mereka. Kembali pula surat-surat cinta mereka yang menjadi saksi kesetiaan keduanya.
Akan tetapi, apa yang terjadi kemudian, sungguh amat terasa menyakitkan Molek maupun Yasin. Seorang lelaki yang sudah cukup punya umur, dating melamar Molek.Raden Mahmud dan Isrinya yang mengetahui bahwa lelaki keturunan Arab itu termasuk pedagang kaya dan ternama di Palembang, tentu saja dengan senang hati menerima lamarannya.
Setelah usaha untuk kabur dari rumahnya gagal, Molek akhirnya terpaksa menerima kenyataan; menikah dengan Sayid Mustafa, lelaki keturunan Arab itu.Walaupun begitu, cinta Molek kepada Yasin tetap tak dapat dipadamkan.Terlebih lagi, suami Molek mengawininya hanya karena harta kekayaan Raden Mahmud, dan bukan atas dasar cinta atau keinginan untuk membahagiakan Molek. Selanjutnya, kehidupan rumah tangga itu sama sekali tidak mendatangkan kebahagiaan. Molek bagai hidup dalam lingkaran kesepian.Kesepian itu pun makin terasa menggangunya ketika orang tuanya ke Mekah menunaikan ibadah haji.
Pada saat seperti itulah ingatannya kembali kepada Yasin. Kerinduannya untuk berjumpa dengan sang pujaan seperti biasanya ia nyatakan lewat surat. Yasin yang menerima surat itu, segera berniat menemui kekasihnya. Dengan menyamar sebagai penjual nanas, Yasin pergi ke rumah Molek. “ia meneriakkan nanasnya, tetapi pada suaranya kentara benar, bahwa perbuatanyya itu tipu muslihat belaka.” “…sekonyong-konyong terdengar olehnya bunyi orang berteriak amat halusnya: ‘Nenas kemari’”.Terjadilah pertemuan dua ank manusia yang selalu diganggu rindu.Lalu, masing-masing menumpahkan rasa cintanya.
Rupanya, pertemuan itu merupakan perjumpaan yang terakhir. Sebab tak lama  kemudian, Molek jatuh sakit yang ternyata membawanya dalam kematian. Berita itu tentu saja amat menghancurkan Yasin.
Yasin kemudian memutuskan untuk kembali ke desanya di Gunung Megang.Belakangan, setelah ibunya meninggal, Yasin memilih jalan hidupnya dengan menyepi didekat Danau Ranau di lereng Gunung Seminung. Di sini ia memang tidak mendapatkan nikmat dunia, namun terbuka jalan baginya untuk mencapai nikmat akhirat yang kekal dan tiada terbatas.



5.      Text Box: Pengarang : Sori Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun : 1982
TELEPON



Daud bekerja pada sebuah took di Jakarta. Sebetulnya ia sudah sangat bosan dengan pekerjaanya. Namun, karena tak ada pekerjaan lain, ia terpaksa melakukannya juga. Daud mempunyai hobi yang tak biasa, ia gemar sekali menelepon. Kegemarannya yang dimulai dari iseng-iseng itu lama-kelamaan menjadi semacam kebutuhan.Ia tak peduli kapan, di mana dan kepada siapa ia menelepon. Yang penting, apabila hasrta hatinya untuk menelepon sudah terpenuhi, ia akan segera senang. Ia seakan terbebas dbeban yang mengimpitnya.
Demikianlah, telepon yang seharusnya dipergunakan untuk hal-hal yang baik, berubah fungsinya di tangan Daud.Ia menggunakan telepon untuk mengancam, menakiut-nakuti orang yang diteleponnya walaupun dalam hatinya taka da niat jahat. Ia hanya ingin melampiaskan keinginan yang tak dapat dihindarinya yang timbul sesaat.
Orang yang pertama kali ditakut-takutinya adalah Tajudin, direktur perusahaan yang telah memecat Burhan, teman Daud. Lalu Ibu Surso, pelanggan tetap took buku tempat Daud bekerja. Daud sangat puas setelah menakut-nakuti mereka dengan ancaman atau omongan yang sama sekali taka da faktanya. Pada malam hari setelah dau menakut-nakuti mangsanya, ia akan membayangkan keadaan orang yang menjadi korbannya itu. Kadang-kadang bersifat rasa sesal dihatnya, apalagi bila orang yang ditaku-takutinya orang baik, seperti Ibu Suroso.
Demikianlah, perbuatan itu dilakukan berulang-ulang, sampai pada suatu ketika, Lisa kekasihnya memergokinya.Daud terpaksa mengakui perbuatannya yang telah dilarang pacarnya itu. Akibatnya, Lisa mengancam akan memutuskan hubungan mereka . Ancaman Lisa membuat Daud takut dan berjanji sekali lagi untuk tidak mengulangi perbuatan yang merugikan orang lain itu. Namun, untuk menghentikan kegemarannya itu, ternyata tidaklah semudah seperti waktu mengucapkannya; ia tetap menelepon orang-orang ynag merurutnya harus diancam.
Rupanya perasaan Daun tidak selamanya tenang. Hal itu terjadi ketika ia iseng-iseng menelepon seseorang. Orang yang menerima telepon itu mengaku sebagai orang yang dimaksud Daud, padahal ia menyebutkan sekadar nama tiba-tiba terlintas begitu saja di kepalanya.
Sejak peristiwa itu Daud mulai dihinggapi rasa gelisah; dan kegelisahan itu memuncak ketika tanpa diduga ia menerima telepon dari sekretaris Tajudin yang memberitahukan bahwa Tajudin telah mengetahui siapa yang mengancamnya, yaitu Daud. Lebih jauh bahkan telah meminta polisi untuk menangkap Daud dengan alasan melakukan ancaman pembunuhan disertai bukti-bukti berupa rekaman pembicaraan telepon.
Daud mulai menduga-duga bahwa telah terjadi penghianatan terhadap dirinya.Ia menduga Lisa dan Burhanlah yang melakukannya, karena hanya kedua orang tersbut yang mengetahui kegemaran Daud. Namun, ternyata bukan mereka.Lalu siapa?
Dalam kegelisahan itu, Daud mulai menimbang-nimbang untuk menghentikan ancaman-ancaman lewat telepon, seperti yang disarankan Lisa dan Situmeang, teman seperantauan Daud.Usaha yang dilakukannya adalah tidak melakukan kontak telepon dengan siapapun.Di dalam dirinya telah timbul rasa ngeri jika melihat telepon.Ia juga sudah berpikir untuk meminta maaf kepada orang-orang yang telah menjadi korbannya.
Hal yang tak diduga sama sekali oleh Daud adalah ketika Simangunsong dating ke rumah kontrakannya di Kebon Kacang. Yang lebih mengejutkan lagi ketika tiba-tiba ia dipukuli sahabat seperantauannya itu. Simangunsong berang karena perayaan pernikahan adik sepupunya berantakan akibat ulah seorang penelepon gelap yang mengatakan bahwa ditempat pesta itu terdapat bom yang sewaktu-waktu dapat meledak.Para undangan tentu saja bubar begitu mendengar berita yang kemudian terbukti omong kosong itu. Simangunsong berkesimpulan bahwa penelepon gelap itu tak lain adalah Daud. Padahal bukan Daud, lalu siapa?
Simangunsong lalu mencari informasi siapa pengacau itu, Terungkaplah bahwa pelakunya seorang wanita yang kehilangan anak yang sedang dikandungnya.Ia kesepian di rumahnya yang besar, dan untuk membunuh rasa sepinya, setiap hari ia menelepon siapa saja. Kegemaran yang sudah menjadi semacam penyakit itu, kabarnya akan hilang jika wanita itu dikaruniai seorang anak lagi.
Aakan halnya Daud, ia terpaku mendengar cerita Simangunsong itu. Di dalam benaknya terlintas telepon dari seorang wanita yang nada suaranya begitu kesepian. Timbul rasa takutnya: apakah dirinya seperti wanita itu? Daud membayangkan, jangan-jangan dia tidak waras seperti wanita itu.“Daud merangkul Simangunsong, membenamkan wajahnya kepada sahabatnya itu dan tersedu disana.
…Ditengah-tengah keheningan ruangan itu, suara Simangunsong terdengar jelas.‘Tidak.Kau tidak sakit, Daud.Kau tidak sakit’”.









6.      KASIH IBU
Text Box: Pengarang : Paulus Supit
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun  : 1932
 




Corrie, Emma dan Rudolf dipelihara dengan penuh kasih saying oleh seorang ibu yang telah lama ditinggal suaminya di sebuah desa kecil, di Tomohon.Sebagai anak tertua, Corrie telah cukup berhasil membalas kasih saying ibunya dengan menjadi seorang murid Srkolah Guru di Ambon, sekolah yang dipandang sangat tinggi di kalangan masyarakat pada waktu itu.Akan halnya kedua adiknya, mereka masih menuntut ilmu di sekolah menengah di kampungnya.
Jejak Corrie rupanya didambakan juga oleh Rudolf.Anak bungsu ini sudah lama bercita-cita menjadi guru. Oleh karena itulah ketika akan diadakan tes masuk ke Nprmaalschool sekolah untuk pendidikan gutu ia berkeras akan mengikutinya.
Sesungguhnya, Rudolf sedang sakit. Sudah beberapa minggu ia tidak masuk sekolah. Berita akan diadakannya tes masuk itu pun diketahui dari ibunya setelah ibunya menemui kepala sekolah. Berita yang dibawa ibunya membuat hati Rudolf senang.“Percakapan guru dengan ibunya itu adalah seakan-akan obat yang mustajab kepada Rudolf.Sejak ia mendengar ujian itu akan diadakan lagi, makin bertambah-tambah nafsunya makan, sehingga badannya bertambah kuat juga”.
Dengan izin kepala sekolah, Rudolf dapat mengikuti ujian masuk ke Normaalschool.Dengan baik, soal-soal tes dapat dikerjakannya.Namun, karena berkeras dalam mempersiapkan diri menghadapi tes yang dilangsungkan di Manado itu, Rudolf kembali menderita sakit.
Kedatangan Corrie yang baru lulus dari sekolah guru sedikit mengobati sakit Rudolf. Baru setelah hasil ujian diumumkan dan namanya termasuk dalam daftar yang diterima di Normaalschool, Rudolf berangsur-angsur sembuh. Akan tetapi, kemudian timbul rasa sedih di hati Rudolf, ia harus menjalani pemeriksaab kesehatan sebagai syarat untuk menjadi murid Normaalschool. Ia khawatir tidak akan diterima karena badannya yang kurus yang dideritanya itu. “Ridolf sudah habis pengharapannya akan diterima menjadi murid sekolah yang selalu dirinduinya itu.Cita-citanya akan menjadi guru seperti Corrie, ibarat api yang mulanya bernyala-nyala, sekarang makin kurang juga, tinggal menanti padam”.
Penerimaan Rudolf sebagai murid Normaalscholl menjadi buah bibir masyarakat desa yang jauh drai kota itu. Hal itu sungguh membahagiakan ibunya, juga kedua kakaknya.Mereka dengan senang hati membantu persiapan Rudolf.Sang ibu yang sekaligus bertindak sebagai ayah, mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan kepada keluarganya. Tak henti-hentinya ia menasihati Rudolf agar tidak menyia-nyiakan anugrah Tuhan yang diberikan-Nya.
Dengan diiringi doa dan nasihat kaum kerabatnya, Rudolf berangkat menuju Makasar, tempat ia akan menuntut ilmu. Dalam pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sehari setelah tiba di Makasar, Rudolf ternyata dapat diterima menjadi murid sekolah guru, namun ia harus berobat dulu di rumah sakit selam seminggu sebagai penyembuhan dirinya.
Corrie, Emma, dan terutama ibu yang menjadi teladan mereka, bergembira begitu mengetahui pemeriksaan kesehatan yang dikhawatirkan akan menggagalkan Rudolf menjadi guru, berhasil dilalui.
Dalam balasan surat yang dikirimkan kepada anak yang sangat beruntung itu, sang ibu berharap agar Rudolf mau menaati peraturan yang dikeluarkan sekolah, selain mau belajar dengan sungguh-sungguh sebagai murid yang membawa nama keluarga dan sekolah yang ditinggalkannya di Tomohon.




7.      Text Box: Pengarang : Marianne Katopo (9 Juni 1943)
Penerbit : Gaya Favorit Press
Tahun : 1977 II, 1986
RAUMANEN



Raumanen, yang biasa dipanggil Mamen, adalah seorang gadis Manado berumur 18 tahun.Ia aktif dalam nkegiatan berorganisasi di Jakarta. Berbagai acara atau kegiatan yang diselenggarakan organisasinya diikuti Mamen. Pada suatu acara ia berkenalan dengan insinyur muda bernama Monang.
Perkenalan antara Mamen dan Monang berlanjut terus.Keduanya tidak sekadar sering berjumpa, tetapi kerap dilanjutkan dengan berjalan bersama-sama.Lambat laun hubungan mereka makin rapat.Manen menyadari bahwa hubungannya dengan insinyur muda hanya sebatas hubungan sesame teman. Bahkan ia merasa lebih tepat sebagai seorang “adik” kecil bagi Monang. Jadi, Mamen tidak perlu risau pada nasihat teman-temannya yang mengatakan bahwa Monang “si perebut hati wanita” sedang mencari korban berikutnya.Dengan perasaan bahwa dirinya diperlakukan hanya sebagai seorang “adik” dan dalam pandangannya Monang lebih bertingkah laku sebagai seorang kakak terhadapnya, Mamen tetap melanjutkan hubungannya dengan Monang.
Perkembangan berikutnya menunjukan bahwa hubungan mereka meningkat lebih mesra. Kembali, teman-teman Manen merasa perlu mengingatkannya akan tabiat Monang yang sudah dikenal sebagai playboy. Hal yang sama diungkapkan pula oleh ayah Manen agar ia menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Di samping itu, ibunya juga teman-temannya memperingatkan Manen tentang adat yang mengikat nak laki-laki dari keluarga Batak, yang tentu juga berlaku pada diri Monang sebagi anak laki-laki keturunan keluarga Batak.Semua peringatan itu ternyata tak membuta Manen memutuskan hubungannya dengan Monang.Sebaliknya, hubungan keduanya makin mesra.
Bagi Manen, rupanya hubungan itu telah menyadarkan dirinya bahwa inilah untuk pertama kalinya ia merasakan jatuh cinta. Ya, itulah cinta pertamanya.Sebaliknya bagi Monang, Manen termasuk salah satu gadis dari sekian gadis yang ditaklukannya.Sebenarnya, dapat saja Monang menjadikan Manen sebagai korban yang kesekian dan kemudian meninggalkannya.Namun, keluguan gadis Manado itu telah membuat insinyur muda itu amat menyayanginya; suatu perasaan yang sebelumnya tak pernah terjadi dalam petualangan cinta Monang.Bahkan Monang merasakan baru Manenlah yang mengerti perasaannya. Inilah salah satu alas an yang membuat pemuda itu tak ingin meninggalkan Manen.
Kemesraan kedua insan itu pada akhirnya sampai jua pada titik yang melampaui batas larangan.Sebuah bungalow di Cibogo merupakan saksi perbuatan mereka.Apa yang terjadi di tempat itu adalah suatu mimpi buruk bagi Manen yangs eumur hidup tak dapat dilupakannya.
Monang berjanji akan bertanggung jawab atas kejadian itu. Ia akan mengawini Manen. “Kalau Cuma itu sebabnya hingga kau mau kawin denganku… kurasa lebih baik kaulupakan saja,” kata Manen.Gadis itu tak mau kawin dengan lelaki yang menikahinya karena terpaksa. Perkawinan itu harus dilandasi cinta, tegas Manen
Akan tetapi Monang rupanya memilih cara lain mengungkapkan cintanya. Tak pernah sekalipun kata cinta keluar dari mulut lelaki itu; padahal ucapan itu sangat dibutuhkan oleh kekasihnya, Manen. Hal itu juga yang membuat Manen merasa ragu akan niat kekasihnya untuk mengawininya, walaupun pemuda itu sudah berusaha memperkenalkan kekasihnya kepada keluarganya dan mempersiapkan rumah yang akan mereka tinggali kelak. Manen masih ragu.Ia terlalu lugu hingga belum dapat menerjemahkan sikap Mnang sebagai ungkapan pernyataan cintanya. Ia masih menunggu kekasihnya mengucapkan kata cinta. Namun, Monang tak pernah mengungkapkan kata itu.
Sementara itu, perbuatan yang mestinya tidak mereka lakukan lagi karena keduanya belum sah sebagai suami istri terulang kembali dan terus terulang kembali.Sampai akhirnya, Manen hamil.
Di lain pihak, Monang yang berusaha membujuk keluarganya untuk menerima Monang sebagai bagian dari keluarganya, tidak berhasil. Mengingat Monang lahir sebagai anak sulung dari keluarganya, keputusan keluarga berdasarkan adat Batak adalah: Monang harus kawin dengan gadis sesuku. Inilah keputusan keluarga yang  tak dapat diganggu guat dan harus dipatuhi.
Berbeda dengan sikap keluarga Monang yang masih kukuh mempertahankan tradisi adat leluhurnya, orang tua Manen “begitu luas pandangannya, begitu lapang hatinya.Bagi mereka Indonesia itu bukan cuma istilah kosong saja, yang dapat sewaktu-waktu didesak oleh kesetiaan yang berlebih-lebihan pada peninggalan leluhur Minahasa”.
Ketika Manen menyampaikan kabar tentang kehamilannya, Monang begitu gembira membayangkan anak, darah dagingnya sendiri.Sebaliknya, Manen malah merasa takut. Kondisi fisiknya tak mengizinkan punya anak .”Ia akan menjadi buta atau gila apabila melahirkan anak”.
Hasil diagnose seorang dokter, yang juga kawan Manen, menyatakan bahwa anak yang dikandungnya akan lahir cacat. Penyebabnya adalah penyakit syphilis yang diidap Manen.Dokter kemudian menyarankan agar anak yang dikandungnya digugurkan.Tentu saja Manen menolak.Ia tak mampu membunuh anaknya sendiri. Ia rela menderita, sungguhpun itu disebabkan oleh kehidupan Monang yang tak bersih.
Suatu saat Manen mengurung diri di kamarnya.Ia teringat kisah kasihnya dengan Monang; teringat kebahagiaan dan kesedihannya bersama kekasih pertama sekaligus terakhirnya. Manen tak mampu menutupi rasa salahnya yang dalam. Inilah hasil perbuatannya melanggar ketentuan Tuhan dan “… Aku terbuang selama-lamanya dari Tuhan dan manusia”.Manen tak kuasa menerima kenyataan itu. Lalu, ia memilih jalannya sendiri, menghukum dirinya sendiri. Ia lari dari kenyataan hidup. Ia bunuh diri!



















8.      IBU
Text Box: Pengarang  : Tahi Simbolon (28 Desember 1947)
Penerbit  : Erlangga
Tahun  : 1969
 


                                                                                                                                           
Sewaktu dalam perjalanan pulang ke kampong halamannya di Rianite, Remon berkenalan dengan Riana. Perkenalan itu bermula ketika Riana ditolong oleh Remon dalam sebuah kecelakaan kecil di kapal yang mereka tumpangi; padahal, sebelumnya, ia sudah antipasti pada gadis yang sudah membentaknya itu ketika mereka berada dalam satu bus. Perkenalannya dengan Riana, membuat hati Remon terasa bagai diburu bayangan ibunya.Oleh karena itulah, Remon ingin segera saja tiba di kampong halamannya.Ia sudah rindu pada ibunya yang selama ini ia tinggalkan karena harus menuntut ilmu di Jakarta.
Remon merasa bangga terhdap ibunya.Meskipun usianya belum tua, ibunya menjalani kehidupannya sendirian.Kadangkala terbesit juga rasa curiga kepada ibunya, wanita itu menatapnya dengan bijaksana seraya mengatakan sudah demikian burukkah perilaku ibunya. Kalau sudah demikian, Remon akan sangat menyesal karena telah berprasangka yang bukan-bukan terhadap ibunya.
Suatu ketika di kediaman Remon kedatangan seorang pria.Hal itu membuatnya bertanya-tanya.Remon bertambah curiga ketika pria itu hanya berbicara dengan ibunya. Didorong rasa penasaran, ia mengintip dan mendengarkan percakapan mereka. Pria itu ternyata adalah Marajo, orang yang pernah bertemu dengannya ketika Remon baru turun dari kapal.Dalam percakapan itu Marajo menginginkan Maria ibu Remon menjadi istrinya.Maria terkejut dan menolak permintaan Marajo.Ia tak ingin keteguhan yang selama ini dipegangnya menjadi sia-sia dengan menerima kehadiran Marajo, apalagi pria itu sudah beristri. Selain itu, Maria tidak ingin penilaian Remon jadi berubah terhadapnya.
Marajo yang merasa ditolak, mendesak ibu Remon dengan pertanyaan yang memojokkan, yakni dengan menanyakan ayah Remon yang tak pernah ada.Maria diam tak menjawab pertanyaan itu.Ini membuat Marajo yakin dan menuduh bahwa Remon adalah hasil hubungan gelap antara Maria dengan orang tak jelas asalsusulnya.Mendengar tuduhan itu, Maria menangis.Remon yang juga tak tahan mendengar tuduhan itu, langsung menampakkan diri dan mengusir pria itu.
Saat itu juga, Remon masih penasaran akan ketidakjelasan ayahnya, langsung menanyakan kepada ibunya. Namun, jawaban ibunya tidak memuaskan.Remon kecewa dan mengamuk. Dalam keadaan kalut itu, ia kabur dari rumahnya. Malang, perahu kecil yang ditumpanginya dihantam ombak, dan ia hilang ditelan gelombang.
Remon terdampar di suatu tempat.Ia melangkah tak tentu arah. Tanpa disadarinya ia bertemu dengan kawanan perampok. Ia ditangkap. Beruntung, ia tak dibunuh karena Guru Jotak, pemimpin perampok itu, berasal dari desa yang sama dengan Remon. Sebagai gantinya, Remon harus ikut dalam perampokan yang akan dilakukan gerombolan itu.
Rencana perampokan yang baru kali diikutinya di sebuah kota emas, mengalami kegagagalan karena perhiasan dan uang yang menjadi sasaran perampokan tidak berada di tempatnya. Melihat kegagalan itu, Guru Jotak memutuskan untuk menculik anak gadis pemilik took sebagai ssandera nanti ditebus oleh orang tuanya.
Kegagalan itu ternyata berbuntut panjang.Remon yang pada akhirnya mengenali gadis yang diculik itu, yaitu Riana, dituduh telah bersekutu dengan Riana sehingga perampokan itu gagal.
Rupanya kesialan demi kesialan sedang menimpa Guru Jotak dan gerombolannya.Perampokan bus berpenumpang juga mengalami kegagalan, sebab salah seorang penumpang yang bersenjata melakukan perlawanan.Adu tembak ini didengar oleh para petugas keamanan yang akhirnya dapat menghalau gerombolan menuju hutan. Satu orang polisi dan seorang perampok tewas. Guru Jotak sendiri mengalami luka parah.
Akan tetapi, di sinilah semua tabir gelap terungkap, dan hal itu terungkap lewat Guru Jotak yang sedang sekarat.Remon ternyata bukan anak Maria.Ia adalah anak Tiana, ibu Riana, sedangkan ayah Remon adalah Marajo. Jadi, Remon dan Riana saudara sekandung yang berbeda bapak.Maria, yang selama ini mengasuh Remon adalah kekasih Marsius kak Guru Jotak, yang kini tak tentu rimbanya.Dalam penantian yang tak menentu Marsius berjanji menikahi Maria dan tak pernah terlaksana Maria memelihara Remon hingga anak itu besar. Mendengar cerita Guru Jotak itu, keyakinan Remon akan arti seorang ibu bertambah besar dan itu ditemukannya pada Maria, bukan pada Tianna yang melahirkannya.
Guru Jotak meninggal setelah mengungkapkan rahasia itu.Kematiannya telah menggugah sikap Remon terhadap pengertian sosok seorang ibu dan seorang ayah.“Oh, aku menemui diriku memiliki harta yang tak kunjung habis-habisnya.Kini, aku mengerti siapa ibuku, siapa ayahku. …Betulkah seorang ibu, adalah wanita yang melahirkan kita dari kandungannya? Dan betulkah seorang ayah adalah laki-laki yang dari darahnya kita jadi?... Tidak… seorang ibu hanyalah seorang wanita yang mengorbankan apa saja, yang menumpahkan segala kasih saying tanpa sisa, seluruh hidupnya demi kebahagiaan si kecil yang bermain-main di pangkuannya, tanpa mengharapkan balasan apa sekalipun. Seorang ibu, sekaligus adalah cinta. …Dan siapakah ayahku? Oh, Jotak… Jiwamu lebih agung dari seorang ayah.Kau korbankan hidupmu demi anak buahmu. …Salahkah aku jika kaulah ayahku? …Di mana-mana aku memiliki ayah, manusia yang mengorbankan hidupnya demi kehidupan orang lain”.
Akhirnya, Remon dan Riana adiknya satu Rahim, tetapi lain bapakkembali kepada Maria sosok seorang ibu sejati yang tak pernah melahirkannya. Kedua kakak beradik itu pun disambut gembira dengan limpahan cinta kasih seorang ibu.

9.      Text Box: Pengarang  : Selasih (31 Juli 1909)
Penerbit  : Balai Pustaka
Tahun : 1933, Cetakan IX, 1987
KALAU TAK UNTUNG



Rasmani dan Masrul adalah dua seorang sahabat karib. Persahatan yang dimulai sejak mereka masih duduk di sekolah dasar itu menimbulkan perasaan lain pada diri Rasmani. Diam-diam, ia mencintai pemuda yang begitu menyayangi dan memanjakannya itu.
Ketika Masrul harus pindah ke Painan untuk bekerja, Rasmani dengan berat hati melepaskannya.Perasaan ini pun dirasakan oleh Masrul. “Masrul pun tak berkata lagi, kasihan ia melihat adiknya itu menangis, akan tetapi tak menyesal ia rupanya mengeluarkan perkataan yang pedih-pedih itu, karena sekarang ia tahu bahasa untuk Rasmani pun perceraian itu berat juga”.
Surat pertama yang diterima Rasmani dari Masrul, setelah beberapa hari mereka berpisah, membuatnya tak percaya. Guru yang mengajar di desanya in menduga akan mendapatkan berita menggembirakan, tetapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Dalam suratnya, Masrul mengatakan bahwa ia harus menikah dengan Aminah, anak mamaknya, dua tahun setelah ia mendapatkan pengetahuan di Painan. Masrul melakukan itu karena terpaksa harus menuruti keinginan kaum kerabatnya, terutama ibunya.Demi kebaikan Masrul, Rasmani menerima sikap Masrul walaupun dengan menahan perasaanya yang sakit.
Di perantauan, Masrul bekerja sebagai juru tulis.Ia mendapat tawaran dari Guru Kepala untuk menikahi anaknya yang bernama Muslina. Pada mulanya, Masrul menolak karena ternyata hati kecilnya lebih tertarik pada Rasmani yang telah lama dikenalnya. Selain itu, ia juga merasa tidak enak kepada Aminah dan kaum kerabatnya apabila ia mengingkari janjinya. Akan tetapi, karena kepintaran Guru Kealadan istrinya yang terus mendesak Masrul, akhirnya Masrul menerima tawaran itu.
Keputusan Masrul untuk menikah dengan Muslina membuat kaum kerabatnya kecewa dan marah besar.Perasaan Rasmani sendiri begitu kacau. “Bagaimana hati Rsamani ketika menerima surat Masrul yang mengatakan beristri itu tak cukup rasanya perkataan dalam bahasa yang akan mewartakannya karena ketika itulah ia tahu benar dan insyaf bahasa ia cinta kepada Masrul”.
Kehidupan rumah tangga Masrul dengan Muslina yang sudah membuahkan seorang anak, ternyata tidak berjalan serasi.Keduanya sering terlibat percecokan.Hal itu disebabkan tidak dihargainya Masrul sebagai seorang suami.Akibatnya, Masrul sering tidak pulang ke rumahnya.Ia menghabiskan waktunya dengan bermabuk-mabukan. Keadaan yang semakin memburuk dan tidak ada tanda-tanda terselamatkan, membuat Masrul berfikir untuk menceraikan Muslina. Jawaban surat Rasmani mengenai permasalahan yang diajukannya pun tidak memuaskan hatinga sehingga keputusan cerai mutlak dilakukan.
Sementara itu, Rasmani yang sudah berkeinginan untuk menikah setelah pujaan hatinya menikah dengan orang lain, bertambah hancur hatinya.Ia tidak bias melawan rasa cintanya kepada Masrul walaupun berbagai usaha dilakukannya, termasuk mengizinkan Masrul menikah dengan Muslina, keputusan yang sebenarnya bertentangan dengan hati nurani. Hal ini ditambah lagi dengan pernyataan Masrul belakangan, yang mengatakan bahwa selama ini hidupnya tidak beruntung dan sebetulnya ia mencintai Rasmani. “Api yang telah hamper padam itu, mulailah kembali memperlihatkan cahayanya, menyala makin lama, makin besar”.
Kenyataan yang tidak diduga oleh Rasmani dan keluarganya adalah ketika Masrul muncul di kediaman mereka di Bukittinggi.Semua kejadian dieritakan oleh Masrul yang membuat Rasmani begitu sedih dengan penderitaan kekasihnya itu.
Beberapa waktu kemudian, Masrul melamar Rasmani. Namun, sebelum mewujudkan pernikahannya, ia meminta izin untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu karena sebelumnya ia telah mengundurkan diri dari pekerjaannya di Painan. Masrul ingin mencari pekerjaan di Medan, dengan harapan ia akan lebih cepat bekerja dengan bantuan adik Engku Rasad, teman baiknya di Painan.
Akan tetapi sampai beberapa bulan lamanya, Masrul belum juga mendapat pekerjaan, dan berita keadaan dirinya tak pernah dikabarkan kepada Rasmani.Hal ini membuat Rasmani berkecil hati dan menganggap Masrul tidak setia. Rasa putus asa Rasmani bertambah-tambah setelah Masrul mengatakan bahwa Rasmani tidak usah menunggunya kalau ada orang lain yang mencintainya, dalam suratnya yang dating kemudian. Keputusan Masrul itu membuat Rasmani jatuh sakit.
Rupanya sakit Rasmani yang hamper sembuh dengan kedatngan Dalipah, kakaknya yang selalu mendampinginya dalam kesedihan, kambuh lagi karena dikabarkan bahwa Masrul berhasil mendapatkan pekerjaan dan membatalkan keputusan yang dulu disampaikan kepada Rasmani melalui surat yang dating menyusul.”Surat yang membawa kabar baik itu, rupanya lebih mengejutkan Rasmani dan lebih merusakkan jantungnya yang telah luka itu, dari surat yang dahulu”.Rasmani akhirnya meninggal tanpa disaksikan Masrul yang dating terlambat.









10.  AZAB DAN SENGSARA
(KISAH KEHIDUPAN SEORANG ANAK GADIS)
Text Box: Pengarang  : Merari Siregar (13 Juni 1886-23 April 1940)
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun   : 1920; Cetakan IX 1990
 



Aminuddin adalah Baginda Diatas, seorang kepala kampong yang terkenal kedermawanan dan kekayaanya.Masyarakat disekitar Sipirok amat segan dan hormat pada keluarga itu. Adapun Mariamin, yang masih punya ikatan dengan keluarga itu, kini tergolong anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringim almarhum, sebenarnya termasuk keluarga bangsawan kaya. Namun, karena semasa hidupnya terlalu boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan meninggal dalam keadaan demikian.
Bagi Aminuddin, kemiskinan kelurga itu tidaklah mengahalanginya untuk tetap bersahabat dengan Mariamin. Keduanya memang sudah berteman akrab sejak kecil dan terus meningkat setelah dewasa.Tanpa terasa, benih cinta kedua remaja itu pun tumbuh subur.Belakangan, mereka sepakat untuk hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin pun berjanji hendak mempersunting gadis itu jika kelak ia sudah bekerja. Janji pemuda itu akan segera dilaksanakan jika ia sudah mendapat pekerjaan di Medan. Aminuddin segera mengirim surat kepada kekasihnya bahwa ia akan segera membawa Mariamin ke Medan.
Berita Aminuddin tentu saja amat menggembirakan hati Mariamin dan ibunya yang memang selalu berharap agar kehidupannya segera berubah. Setidak-tidaknya, ia dapat melihat putrinya hidup bahagia.
Niat Aminuddin itu disampaikan pula kepada kedua orang tuanya. Ibunya sama sekali tidak keberatan. Bagaimanapun, almarhum ayah Mariamin masih kakak kandungnya sendiri.Maka, jika putranya kelak jadi kawin dengan Mariamin, perkawinan itu dapatlah dianggap sebagai salah satu usaha menolong keluarga miskin itu.
Namun, lain halnya pertimbangan Baginda Diatas, ayah Aminuddin. Sebagai kepala kampong yang kaya dan disegani, ia ingin agar anaknya beristrikan orang yang sederajat. Menurutnya, putranya lebih pantas kawin dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Oleh karena itu, jika Aminuddin kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan merendahkan martabat dan derajat dirinya.Itulah sebabna, Baginda Diatas bermaksud menggagalkan niat putranya.
Untuk tidak menyakiti hati istrinya, Baginda Diatas mengajaknya pergi ke seorang dukun untuk melihat bagaimana nasib anaknya jika kawin dengan Mariamin.Sebenarnya, itu hanya tipu daya Baginda Diatas.Oleh karena sebelumya, dukun itu sudah mendapat pesan tertentu, yaitu memberi ramalan yang tidak menguntungkan rencana dan harapan Aminuddin. Mendengar perkataan si dukun bahwa Aminuddin akan mengalami nasib buruk jika kawin dengan Mariamin, ibu Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima apa yang menurut suaminya baik bagi kehidupan anaknya.
Kedua orang tua aminuddin akhirnya meminang seorang gadis keluarga kaya yang menurut Baginda Diatas sederajat dengan kebangsawanan dan kekayaanya. Aminuddin yang berada di Medan, sama seklai tidak mengetahui apa yang telah dilakukan orang tuanya.dengan penuh harapan, ia tetap menanti kedatangan ayahnya yang akan membawa Mariamin.
Selepas peminangan itu, ayah Aminuddin mengirim telegram kepada anaknya bahwa calon istrinya akan segera dibawa ke Medan. Ia juga minta agar Aminuddin menjemputnya di stasiun.
Betapa sukacita Aminuddin setelah membaca telegram ayahnya.Ia pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Ia membayangkan pula kerinduannya kepada Mariamin akan segera terobati.
Namun, apa yang terjadi hanyalah kekecewaan. Ternyata, ayahnya bukan membawa pujaan hatinya, melainkan seorang gadis yang bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia harus patuh kepada orang tua dan adat negerinya. Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa selain emnerima gadis yang dibawa ayahnya.Perkawinan pun berlangsung dengan keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Berat hati pula ia mengabarkannya pada Mariamin.
Bagi Mariamin, berita itu tentu saja sangat memukul jiwanya. Harapannya musnah sudah.Ia pingsan an jatuh sakit sampai beberapa lama. Tak terlukiskan kekecewaan hati gadis itu.
Setahun setelah peristiwa itu, atas kehendak ibunya, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki yang sebenarnya tidak diketahui asal-usulnya.Ibunya hanya tahu, bahwa Kasibun seorang Kesani yang bekerja di Medan. Menurut pengakuan lelaki itu, ia belum beristri. Dengan harapan dapat mengurangi penderitaan ibu anak itu, ibu Mariamin terpaksa menjodohkan anaknya dengan Kasibun. Belakangan diketahui bahwa lelak itu akan mengawini Mariamin.
Kasibun kemudian membawa Mariamin ke Medan.Namun rupanya, penderitaan wanita itu belum juga berakhir.Suaminya ternyata mengidap penyakit berbahaya yang dapat menular bila keduanya melakukan hubungan suami-istri.Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar jika suaminya ingin berhubungan intim dengan dirinya.Akibatnya, pertengkaran demi pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga itu tak dapat dihindarkan.Hal yang dirasakan Mariamin bukan kebahagiaan, melainkan peneritaan berkepanjangan.Tak segan-segan Kasibun menyiksanya dengan kejam.
Denagn suasana kehidupan rumah tangga ynag seperti itu, secara kebetulan Aminuddin dating bertandang. Sebagaimana lazimnya kedatangan tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa prasangka apa pun. Namun, bagi Kasibun, kedatngan Aminuddin itu makin mengobarkan rasa cemburu dan amarahnya. Tanpa balas kasihan, ia menyiksa istrinya sejadi-jadinya.
Tak kuasa menrima perlakuan kejam Kasibun, Mariamin akhirnya mengadu dan melaporkan rindakan suaminya kepada polisi.Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan sekaligus memutuskan hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.
Janda Mariamin akhirnya terpaksa kembali ke Sipirok, kampong halamannya.Tidak alam kemudian, penderitaan yang silih berganti menimpa wanita itu, sempurna sudah dengan kematiannya.”Azab dan sengsara dunia ini telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad yang kasar itu.”















11.  Text Box: Pengarang  : Aryanti (24 Juni 1928)
Penerbit  : Gaya Favorit Press
Tahun   : 1978
SELEMBUT BUNGA

                                                                                                                                                              

Mini menjumpai Cyntia di sebuah rumah sakit sebagai sesame pasien yang dirawat karena operasi usus buntu.Cyntia adalah istri seorang sosiolog berkebangsaan.

No comments:

Post a Comment