RINGKASAN DAN ULASAN NOVEL
INDONESIA MODERN
Disusun
oleh:
Riska
Ramdiani
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU
PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
2012
KATA
PENGANTAR
Segala
puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga kami mampu menyusun Makalah Pengantar Sastra
yang berjudul tentang “Ringakasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern”.
Makalah
ini sayasusun berdasarkan kemampuan saya dan sumber-sumber yang saya cari.Dikemas
dengan Ringkasan yang cukup dipahami.
Semoga
makalah ini bermanfaat untuk diri saya sendiri maupun untuk orang lain baik
bermanfaat untuk masa sekarang ataupun masa yang akan dating, sehingga dapat
menambah pengetahuan.
Dan
makalah ini sangat sederhana, karna kesederhanaanya banyak sekali
kekurangannya.Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari harapan kesempurnaan,
terimakasih jika para pembaca memberikan sumbang saran untuk perbaikan.
Garut,
Oktober 2012
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................
Daftar
Isi..........................................................................................................
Bab
I Pendahuluan...........................................................................................
a)
Latar Belakang.....................................................................................
b)
Rumusan Masalah.................................................................................
c) Tujuan...................................................................................................
Bab II Pembahasan
1.
Di Bawah Lindungan Kabah, Hamka...................................................
2.
Wanita Itu adalah Ibu, Sori Siregar.......................................................
3.
Percobaan Setia, Suman HS..................................................................
4.
Dian Yang Tak Kunjung Padam, S. Takdir
Alisjahbana.......................
5.
Telepon, Sori Siregar..............................................................................
6.
Kasih Ibu, Paulus Supit.........................................................................
7.
Raumanen, Marianne Katopo................................................................
8.
Ibu, Tahi Simbolon................................................................................
9.
Kalau Tak Untung, Selasih...................................................................
10. Azab
dan Sengsara, Merari Siregar........................................................
Bab III Penutup
a)
Kesimpulan...........................................................................................
b) Saran.....................................................................................................
Daftar
Pustaka..................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Novel-novel
Indonesia yang telah dihasilkan para pengarang dalam kurun waktu 70 tahun,
hamper mencapai 300 buah novel. Jadi, pukul rata dalam setiap tahun terbit
sedikitnya lima buah novel. Dari jumlah tersebut, sekitar 65 persen dihasilkan
setelah merdeka.
Novel
itu penting terutama dalam konteks sejarah perkembangan novel Indonesia.Secara
intrinsic novel itu menyodorkan pembaruan.Secara tematik novel itu dipandang
masih punya hubungan dengan tema-tema novel sebelumnya.Novel tertentu dianggap
dapat mewakili (representasi) karya-karya pengarang tertentu dan novel yang
dibuat ringkasan dan ulasannya itu, dipandang sangat baik untuk dijadikan bahan
kajian atau contoh dalam pengajaran sastra, baik untuk bahan pengajaran
ditingkat sekolah lanjutan, maupun untuk tingkat perguruan tinggi.
Kehidupan
novel di Indonesia modern tetap mendapat tempat dan sepenuhnya tidak terpencil
dari masyarakat. Perlu diperhatikan bahwa ringkasan novel ini sama sekali tidak
dimaksudkan sebagai pengganti novel aslinya. Membaca karya aslinya merupakan
hal yang mutlak perlu. Dalam penyusunannya sendiri, selain diusahakan mendekati
cara ringkasan dalam resensi, juga semua rangkaian peristiwanya diurutkan
secara kronologis, dengan tetap memperhatikan aspek timatik dan unsur intrinsic
lainnya yang menonjol.
B.
Rumusan Masalah
Membaca
novel aslinya memang sangat mutlak perlu tapi untuk lebih mengefktifkan novel
itu diringkas dan diulas kembali agar para pembaca lebih tertarik untuk membaca
novel aslinya, dan bukan malah sebaliknya.
Pembuatan
ringkasan dan ulasan novel ini sebenarnya bukan pekerjaan yang terlalu sulit
karena dipentingkan adalah pendeskripsiannya kembali, dan bukan penganalisian
ataupun penilaian.Hal yang agak berat dan memerlukan konsentrasi serius justru
terjadi pada saat pembacaan novel tersebut.Masalahnya itu menyangkut kecermatan
pembaca dan pemahaman pada bacaannya itu sendiri.
Berbagai
masalah yang terdapat dalam novel Indonesia modern, tentu masih dapat kita
perpanjang lagi.Semakin kita berusaha memperkaya pengetahuan tentang peta
pernovelan di Indonesia.
Oleh
karena itu, secara umum penelitian ini didasarkan kepada rumusan masalah
sebagai berikut:
C.
Tujuan
Tujuan
dari Presentasi ini adalah untuk mengetahui seberapa besarnya antusias para
pembaca terhadap novel-novel Indonesia. Beberapa tujuan yang
melatarbelakanginya adalah sebagai berikut:
1) Memberi
gambaran ringkas tentang isi cerita sejumlah novel tertentu.
2) Memberi
informasi tambahan tentang novel-novel yang dibuat ringkasannya.
3) Memberi
sedikit-sedikit dasar apresiasi agar para pembaca yang mungkin belum membaca
karya aslinya.
4) Memberi
semacam panduan, terutama bagi para pelajar, guru atau pengajar, mahasiswa
maupun pembaca umum yang berminat terhadap novel Indonesia
5) Lewat
ringkasan yang terdapat dalam makalah ini, pembaca dapat membayangkan sendiri
cerita dan temanya, dan lewat ulasannya, pembaca dapat memperoleh informasi
mengenai novel yang bersangkutan. Dengan cara demikian, diharapkan pula akan
tampak letak daya tarik dan kekuatan novel yang bersangkutan.
6) Tujuan
terpenting dalam penyusunan makalah ringkasan dan ulasan novel Indonsia modern
ini, justru agar pembaca lebih tertarik membaca karya aslinya, dan bukan
sebaliknya.
BAB II
1.
DI
BAWAH LINDUNGAN KABAH
Tanpa
memberi tahu siapapun, Hamid meninggalkan kampungnya menuju Siantar, Medan.
Kepergiannya kali ini bukan lagi untuk menuntut ilmu di sekolah, seperti yang
ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Hamid, ibarat orang sudah “jatuh tertimpa
tangga pula”. Setelah Haji Jafar, orang yang selama ini banyak menolongnya,
berpulang ke Rahmatullah, tak lama kemudian ibu kandung yang dicintainya
menyusul pula kea lam baka. Hamid kini tinggal sebatang kara. Ayahnya telah
meninggal ketika ia berusia empat tahun. Dalam kemalangannya itu, mamak Asiah
dan anaknya, Zainab, tetap menganggapnya sebagai saudara sendiri.Oleh karena
itu, Mak Asiah begitu yakin terhadap hamid untuk membujuk Zainab agar mau
dikawinkan dengan saudara dari pihak mendiang suaminya. Dengan berat hati,
Hamid mengutarakan maksud itu walaupun yang sebenarnya, ia sangat mencintai Zainab.
Namun, karena Zainab anak orang kaya di kampong itu, ia tak berani mengutarakan
rasa cintanya itu.
Setibanya
di Medan, Hamid sempat menulis surat kepada Zainab. Isi surat itu mengandung
arti yang sangat dalam tentang perasaan hatinya. Namun, apa mau dikata, ibarat
bumi dengan langit; rasanya tak mungkin keduanya dapat bersatu. Meninggalkan
kampong halamannya berikut orang yang dicintainya adalah salah satu jalan
terbaik. Begitu menurut pikiran Hamid.Dari Medan, Hamid meneruskan perjalanan
ke Singapura dan akhirnya sampailah ia di tanah suci, Mekah. Di Mekah ia
tinggal pada seorah Syekh, yang pekerjaanya menyewakan tempat bagi orang-orang
yang akan menunaikan ibadah haji.
Telah
setahun Hamid tinggal di kota suci itu. Pada musim Haji, banyaklah orang dating
dari berbagai penjuru. Tanpa diduganya,teman sekampungnya, menyewa pulka tempat
Syejh itu. Orang yang baru dating itu bernama Saleh, suami Rosna, yang hendak
menuntut ilmu agama di Mesir setelah ibadah haji selesai.
Dari
pertemuan yang tak disangka-sangka itu, ternyata banyak sekali berita dari
kampong halaman, terutama tentang Zainab yang sejak ditinggalkan Hamid dan
tidak jadi dikawinkan dengan saudara ayahnya itu, kini sedang dalam keadaan
sakit-sakitan. Hamid sangat senang hatinya mendengar kabar itu, tetapi ia harus
menyelesaikan ibadah hajinya yang tinggal beberapa hari. Ia bermaksud segera
pulang ke kampong. Sementara itu Saleh, yteman Hamid, segera mengirim surat
kepada istrinya. Surat Saleh diterima istrinya yang segera pula memberitahukan
kepada Zainab.Alangkah senang hati Zainab mengetahui bahwa orang yang
dicintainya ternyat masih ada.Namun, penyakit yang diderita Zainab makin hari
makin parah. Dengan segala kekuatan tenaganya ia menulis surat untuk orang yang
dikasihinya.
Surat
yang dikirim Zainab diterima Hamid. Namun, rupanya isi surat itu sangat
mempengaruhinya. Dua hari setelah itu, kebersamaan dengan keberangkatan para
jamaah haji ke Arafah guna mengerjakan wukuf, kesehatan Hamid
terganggu.Walaupun demikian, Hamid tetap menjalankan perintah suci itu.
Sekembalinya
Hamid dari Arafah, suhu badannya semakin tinggi.Apalagi di Arafah udarnya
sangat panas.Hamid tak mau menyentuh makanan sehingga badannya menjadi lemah.
Pada saat yang sama, surat dari Rosna diterima Saleh yang menerangkan bahwa
Zainab telah wafat. Kendati Hamid dalam dalam keadaan lemah, ia mengetahui
bahwa ada surat dari kampungnya. Firasatnya begitu kuat pada berita surat yang
disembunyikan Saleh. Hamid menanyakan isi surat itu. Dengan berat hati Saleh
menerangkan musibah kematian Zainab. “O, jadi Zainab telah dahulu dari kita?”
tanyanya pula.
Ketika
akan berangkat ke Mina, Hamid tak sadarkan diri. Temannya, Saleh, terpaksa
mengupah orang Badui untuk membawa Hamid ke Mina. Dari situ mereka menuju
Masjidil Haram dan kemudian mengeliling Kabah sebanyak tujuh kali.Tepat di
antara pintu Kabah dengan Batu Hitam, kedua orang badui itu diminta berhenti.
Hamid mengulurkan tangannya, memegang kiswah sambil memanjatkan doa yang
panjang “Ya Rabbi, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasih dan Penyayang!” semakin lama
sura Hamid semakin terdengar pelan. Sesaat kemudian, Hamid menutup matanya
untuk selama-lamanya.
2.
WANITA
ITU ADALAH IBU
Meninggalnya Laura membuat Hezan merasa
begitu sangat kehilangan seseorang yang dicintainya. Cinta Hezan yang mendalam
terhadap istrinya itu menyebabkan ia beretkan untuk tidak mempunyai istri lagi.
Dengan hidup teteap menduda, ia merasa tidak mengkhianati cintanya kepada almarhumah.
Begitu pula ia merasa sanggup membesarkan putri tunggalnya, Prapti, tanpperlu
mengakhiri status dudanya. Yang penting baginya, ia dapat menumpahkan kasih
sayangnya kepada putrinya seorang.
Sungguhpun demikian, Hezan juga tidak
dapata membohongi dirinya sendiri bahwa sesungguhnya ia begitu kesepian.
Bertahun-tahun sejak istrinya meninggal, ia merasakan kesepian itu. Namun, ia
juga tidak ingin Prapti mengetahui apa yang selama ini ia pendam dengan penuh
kegelisahan.
Kesepian yang dirasakan Hezan makin
terasa menggangguna setelah Prapti menikah dengan Tonron. Mitos untuk
mempertahankan diri sebagai suami setia, justru makin menggelisahkanya, apabila
ia ingat kemunafikannya selama ini. Di depan anaknya, Hezan berperan sebagai
ayah yang taat beragama dan setia mencintai almarhumah. Namun, di balik itu,
Hezan mencari kepuasan lewat perempuan-perempuan lain. Jadilah duda itu hidup
seolah-olah dalam dua dunia; sebagai ayah yang ideal di mata putrinya, dan
sebagai lelaki yang butuhkehangatan tubuh perempuan, di hadapan hati nuraninya
sendiri.
Sebelum itu, Prapti sendiri tak pernah
mengusulkan agar ayahnya menikah lagi. Namun ternyata, Hezan sendiri
menanggapinya secara lain; dengan kawin lagi, ia khawatir hal itu justru
merupakan pengkhianatan terhadap cintanya kepdanya istrinya, almarhumah. “Aku
sebenranya tidak tahu, gagasan yang dikemukakan Prapti kepadaku… Yang jelas aku
terkejut dengan saran yang di ajukan Prapti.Betapa tidak.Setelah lima belas
tahun mendampnginya dan membesarkannya setelah kepergianmu, Prapti menyarankan
kepadaku agar aku mencaripenggantimu”.Begitulah.Hezan seolah-olah hendak
mengadukan persoalannya kepada Laura, almarhumah.
Apa yang dirasakan Hezan, dirasakan pula
oleh Prapti berkenaan dengan usul agar ayahnya mencari penggant ibunya. “Aku
malah telah berbuat lebih jauh.Meminta ayah untuk mencari pengganti Ibu.Sampai
di amana sebenarnya cintaku pada Ibu?Mungkin cintaku terlalu besar kepada ayah,
yang membuatku melupakan Ibu”.
Bagi Hezan, dalam perkembangannya
kemudian, persoalammya bukan lagi pada kekhawatran mengkhianati cinta kepada
istrinya, melainkan kemunafikannya sendiri. Pada mulanya Hezan beranggapan
bahwa tak ada artinya perkawinannya nanti jika hanya karena hendak menghindari
dosa.Karena bagaimanapun juga, perkawinannya itu mesti dolandasi oleh perasaan
cinta.Padahal cintanya sudah tumpah pada Laura.“Yang jelas aku tidak akan bisa
menganggap istri baru seperti Laura. Cintaku kepada Laura tidak akan dapat
kualihkan kepadanya. Lalu, apa artinya perkawinan tanpa cinta?”.Itulah yang membuat
Hezan lebih ska melakuka hubungan gelap tanpa nikah daripada harus kawin, yang
berarti mengalihkan cintanya dari Laura kepada wanita yang dinikahinya.
Belakangan, munculnya Nuning, sosok
wanita yang sedikit banyak mengingatkannya kepada Laura, mulai mencairkan sikap
Hezan dalam hal keenggangannya untuk menikah lagi.Ia mulai merasakan sesuatu
yang lain, dan ia merasa cintanya tumbuh kembali. “Cinta kita adalah cinta tua…
Aku akan melupakan semua perasan yang terpendam ini. Kalau kau memang telah ditakdirkan
untuk menjadi milikku, kau tidak akan pernah bias dirampasoleh siapa saja”.
Nuning pula yang kemudian ia tetapkan sebagai calon istrinya yang bar.
Sementara Prapti sendiri telah menemukan sosok Ibunya pada Nuning. Maka, tidak
ada alas an baginya untuk menolak Nuning sebagai Ibu tirinya. Apalagi,
perempuan yang sudah mulai berumur itu pun merasakan hal yang sama: “Datanglah,
datanglah sekali lagi. Aku akan membukakan pintu ini lebar-lebar untukmu.
3. PERCOBAAN SETIA
Kepindahan Syamsudin beserta bapak dan
ibunya ke desa Taraktabuh yang melewati Sungai Kampar, membuka mata Syamsudin
bahwa dunia itu begitu luas. Banyak keindahan dan kekayaan alam yang belum
pernah dilihat selama ia berada dibawah asuhan orangtuanya.
Pengalaman demi pengalaman di desa baru,
lama-kelamaan membuatnya bosan. Timbul keinginan yang lain. Ia ingin perhi
merantau. “Akhirnya taklah sanggup lagi aku menahan hatiku, keinginan untuk
merantau itu tak dapat kuperangi lagi. Maka, kuberanikanlah hatiku mengabarkan
rahasia hatiku tu.”. Denagn berat hati, kedua orang tuanya melepas Syamsudin,
yang pergi tanpa menentukan arah yang pastiitu.
Syamsudin tinggal dan bekerja pada
seorang saudagar di Malaka setelah beberapa waktu tinggal di Bengkalis dan
mengalami pengalaman pahit.Beruntung, saudagar yang kaya itu begit baik
padanya.Pemuda itu bahkan diperlakukan seperti anaknya sendiri.Walaupun
demikian, Syamsudin tidak melupakan kewajibannya untuk terus mengurus barang
dagangan milik saudagar.
Rasa suka saudagar terhadap istrinya
bertambah-tambah setelah Syamsudin berhasil menggagalakan kebakaran uang yang
hamper melumatkan anak saudagar, yaitu Haji Salwiah. Dengan menimbang segala
kebaikan yang pernah dilakukan Syamsudin, saudagar dan istrinya sepakat untuk
menikahkanya dengan Haji Salwiah. Namun, untuk menghindari adanya
pmpngan-omongan orang, Syamsudin diperintahkan untuk menunaikan ibadah haji
terlebih dahulu agar ia sepadan dengan Salwiah yang bergelar haji.
Dalam perjalanan ke Mekah, ia bertemu
dengan Jamin, sahabatnya. Suka duka mereka rasakan berdua.Juga ketika dompet
Syamsudin kecopetan dalam suatu keramaian di Pulau Pinang, tempat transit
mereka.Jamin dengan rela membantu usaha Syamsudin untuk mendapatkan kembali
uang yang hilang dengan jalan membantu sahabatnya itu menjualkan rujak di
kapal, tanpa meminta imbalan sedikitpun.Setelah sebulan lebih mengarungi
lautan, mereka tiba dengan selamat di Mekah.
Sepulang dari tanah suci, Syamsudin
mengingap kembali di Pulau Pinang sebelum melanjutkan ke Malaka.Ia tidak
bersama Jamin yang akan menuntut ilmu di Mekah. Di penginapan, Syamsudin
berkenalan dengan Abdulfatah yang emngaku sangat kenal dengan keluarga Haji
Salwiah di Malaka.Kepada dialah Syamsudin banyak bercerita tentang rencana
pernikahannya dengan Haji Salwiah.
Rupanya Abdulfatah pun mencintai Haji
Salwiah. Begitu ia mengetahui bahwa orang di hadapannya adalah calon suami Haji
Salwiah, ia mulai memasang jebakan. Syamsudin dibuat luka parah dalam tabrakan
yang direkontruksikan olehnya.Ia sendiri hanya mengalami luka ringan. Dengan
jalan demikian akan muluslah rencananya untuk mendapatkan Haji Salwiah.
Dalam ketidakberdayaan Syamsudin itu,
Abdulfatah memanfaatkan kelihaianya untuk menipu beberapa pihak.Kepada keluarga
Haji Salwiah dikabarkan bahwa Syamsudin telah meninggal, dan kepada Syamsudin
dikabarkan bahwa Haji Salwiah menderita penyakit ketumbuhan.
Secara tak diduga, Jamin kembali ke
Tanah Air.Ia terkejut bercampur geli begitu mengetahui keadaan Syamsudin,
apalagi telah mengetahui siapa pelaku di belakang semua itu. Kemudian dengan
kepandaiannya, Jamin balik memperdayai Abdulfatah sehingga rencana perkawinan
Abdulfatah dengan Haji Salwiah yang memang tidak menyukainya berhasil
digagalkan.
Pada akhirnya, Abdulfatah yang memang
sering melakukan penipuan dan penganiayaan. Akan halnya Syamsudin, ia ternyata
masih dicintai oleh calon istrinya. “Jika tuhan masih sati dan syurga masih
tempat beramal, niscaya aku takkan menyesal bersuamikan Abang,” katanya sambil
merebahkan dirinya ke atas ribaanku.
4. DIAN YANG TAK KUNJUNG
PADAM
Cinta
agaknya memang tak mengenal pangkat dan kedudukan.Ia juga merupakan “kekuatan
yang maha kuasa, yang tak dapat ditahan atau dimusnahkan. Apa jua pun
menghalanginya, yang mengepangnya, namun cinta itu akan terus menurut
jalannya”.Demikianlah yang dirasakan Yasin, seorang pemuda udik yang tinggal
bersama ibunya.Pemuda yang sudah tidak berayah lagi itu jatuh cinta dalam
pandangan pertama kepada Molek, seorang gadis amnak Raden Mahmud yang tinggal
di Palembang.Perbedaan derajat antara Yasin yang orang kebanyakan dan Molek
yang keturunan bangsawan tidaklah menghalangi dua sejoli itu untuk menyatakan
cinta.
Begitulah,
saat yang dinantipun tiba.Melayanglah sepuucuk surat cinta Yasin yang diterima
Molek dengan sukacita.”…dengan segera, laksana sekejap itu menggulung ombak
dendam berahi dating padanya dibukanyalah surat itu. Matanya yang hitam
gemerlap itupun mencari nama yang tercantum dibawah…’Yasin,’ keluar dari mulut
Molek, seakan-akan ia mengeluh, mengeluarkan sekalian isi sanubarinya”.
Beberapa saat kemudian, sambil menunggu saat yang tepat, ditulisnya surat
balasan buat Yasin. “Setelah reda gelora cinta itu, ia pun terus menulis,
demikian bunyinya. ‘Tiada dapat Adinda katakana betapa girang hati Adinda
menerima surat Kakanda itu’… yang kemudian ditutup dengan kalimat, ‘Satu kita
di dunia ini, satu pula kita sampai di akhirat”.
Sejak
itulah mengalir surat cinta kedua belah pihak. Cinta dua sejoli yang berbeda
derajatnya itu pun tumbuh mekar. Bagi Yasin, percintaanya yang
sembunyi-sembunyi itu telah melambungkan angan-angannya untuk memiliki gadis
pingitan itu. Ia pun bekerja sungguh-sungguh mengusahakan kebunnya karena dari
situlah nafkah hidup bersama ibunya yang sudah mulai tua.
Menyadari
perasaanya sendiri, Yasin kemudian menyatakan pengharapan kepada ibunya untuk
mempersunting Molek.Berumbuklah sanak saudara Yasin, mengatur rencana
pelamarannya.Lalu, pada saat yang ditentukan, mereka dating ke rumah saudagar
kaya raya Mahmud.Kepada bangsawan itu diutarakan maksud kedatangannya bahwa
Yasin bermaksud meminang putri bangsawan itu.Tentu saja, lamaran itu dianggap
suatu penghinaan.Bagaimana mungkin putri seorang bangsawan bersuamikan pemuda
udik. “Orang lain biarlah orang lain, tetapi aku tidak mau didekati si Ulu
pongah itu, meski bagaimana juapun bordering-dering perak dan emasnya”. Itulah
sikap Raden Mahmud menanggapi lamaran yang diajukan keluarga Yasin.
Cek
Sitti, istri Raden Mahmud, juga beranggapan bahwa anak gadinya mesti
mendapatkan jodoh seorang bangsawan. Itulah sebabnya, Cek Sitti begitu marah
mendengar bahwa Molek memang kenal baik dengan Yasin, pemuda yang dalam
pandangan Cek Sitti sebagai orang yang tak kenal adat.
Nyatalah
bagi Yasin dan Molek bahwa pengahrapan cinta saja tak vukup mampu untuk
mempertemukan mereka dipelaminan.Hubungan dua sejoli itu harus putus karena
perbedaan martabat.Sungguhan demikian, Yasin masih kukuh mencintai Molek.Hal
yang juga dirasakan putri bangsawan itu.Ia akan tetap setia menunggu pemuda
idamannya. Maka, taka ada pilihan bagi mereka kecuali bersabar menunggu sang
nasib yang akan mepertemukan mereka. Kembali pula surat-surat cinta mereka yang
menjadi saksi kesetiaan keduanya.
Akan
tetapi, apa yang terjadi kemudian, sungguh amat terasa menyakitkan Molek maupun
Yasin. Seorang lelaki yang sudah cukup punya umur, dating melamar Molek.Raden
Mahmud dan Isrinya yang mengetahui bahwa lelaki keturunan Arab itu termasuk
pedagang kaya dan ternama di Palembang, tentu saja dengan senang hati menerima
lamarannya.
Setelah
usaha untuk kabur dari rumahnya gagal, Molek akhirnya terpaksa menerima
kenyataan; menikah dengan Sayid Mustafa, lelaki keturunan Arab itu.Walaupun
begitu, cinta Molek kepada Yasin tetap tak dapat dipadamkan.Terlebih lagi,
suami Molek mengawininya hanya karena harta kekayaan Raden Mahmud, dan bukan
atas dasar cinta atau keinginan untuk membahagiakan Molek. Selanjutnya,
kehidupan rumah tangga itu sama sekali tidak mendatangkan kebahagiaan. Molek
bagai hidup dalam lingkaran kesepian.Kesepian itu pun makin terasa menggangunya
ketika orang tuanya ke Mekah menunaikan ibadah haji.
Pada
saat seperti itulah ingatannya kembali kepada Yasin. Kerinduannya untuk
berjumpa dengan sang pujaan seperti biasanya ia nyatakan lewat surat. Yasin
yang menerima surat itu, segera berniat menemui kekasihnya. Dengan menyamar
sebagai penjual nanas, Yasin pergi ke rumah Molek. “ia meneriakkan nanasnya,
tetapi pada suaranya kentara benar, bahwa perbuatanyya itu tipu muslihat
belaka.” “…sekonyong-konyong terdengar olehnya bunyi orang berteriak amat
halusnya: ‘Nenas kemari’”.Terjadilah pertemuan dua ank manusia yang selalu
diganggu rindu.Lalu, masing-masing menumpahkan rasa cintanya.
Rupanya,
pertemuan itu merupakan perjumpaan yang terakhir. Sebab tak lama kemudian, Molek jatuh sakit yang ternyata
membawanya dalam kematian. Berita itu tentu saja amat menghancurkan Yasin.
Yasin
kemudian memutuskan untuk kembali ke desanya di Gunung Megang.Belakangan,
setelah ibunya meninggal, Yasin memilih jalan hidupnya dengan menyepi didekat
Danau Ranau di lereng Gunung Seminung. Di sini ia memang tidak mendapatkan
nikmat dunia, namun terbuka jalan baginya untuk mencapai nikmat akhirat yang
kekal dan tiada terbatas.
5. TELEPON
Daud
bekerja pada sebuah took di Jakarta. Sebetulnya ia sudah sangat bosan dengan
pekerjaanya. Namun, karena tak ada pekerjaan lain, ia terpaksa melakukannya
juga. Daud mempunyai hobi yang tak biasa, ia gemar sekali menelepon.
Kegemarannya yang dimulai dari iseng-iseng itu lama-kelamaan menjadi semacam
kebutuhan.Ia tak peduli kapan, di mana dan kepada siapa ia menelepon. Yang
penting, apabila hasrta hatinya untuk menelepon sudah terpenuhi, ia akan segera
senang. Ia seakan terbebas dbeban yang mengimpitnya.
Demikianlah,
telepon yang seharusnya dipergunakan untuk hal-hal yang baik, berubah fungsinya
di tangan Daud.Ia menggunakan telepon untuk mengancam, menakiut-nakuti orang yang
diteleponnya walaupun dalam hatinya taka da niat jahat. Ia hanya ingin
melampiaskan keinginan yang tak dapat dihindarinya yang timbul sesaat.
Orang
yang pertama kali ditakut-takutinya adalah Tajudin, direktur perusahaan yang
telah memecat Burhan, teman Daud. Lalu Ibu Surso, pelanggan tetap took buku
tempat Daud bekerja. Daud sangat puas setelah menakut-nakuti mereka dengan
ancaman atau omongan yang sama sekali taka da faktanya. Pada malam hari setelah
dau menakut-nakuti mangsanya, ia akan membayangkan keadaan orang yang menjadi
korbannya itu. Kadang-kadang bersifat rasa sesal dihatnya, apalagi bila orang
yang ditaku-takutinya orang baik, seperti Ibu Suroso.
Demikianlah,
perbuatan itu dilakukan berulang-ulang, sampai pada suatu ketika, Lisa
kekasihnya memergokinya.Daud terpaksa mengakui perbuatannya yang telah dilarang
pacarnya itu. Akibatnya, Lisa mengancam akan memutuskan hubungan mereka .
Ancaman Lisa membuat Daud takut dan berjanji sekali lagi untuk tidak mengulangi
perbuatan yang merugikan orang lain itu. Namun, untuk menghentikan kegemarannya
itu, ternyata tidaklah semudah seperti waktu mengucapkannya; ia tetap menelepon
orang-orang ynag merurutnya harus diancam.
Rupanya
perasaan Daun tidak selamanya tenang. Hal itu terjadi ketika ia iseng-iseng
menelepon seseorang. Orang yang menerima telepon itu mengaku sebagai orang yang
dimaksud Daud, padahal ia menyebutkan sekadar nama tiba-tiba terlintas begitu
saja di kepalanya.
Sejak
peristiwa itu Daud mulai dihinggapi rasa gelisah; dan kegelisahan itu memuncak
ketika tanpa diduga ia menerima telepon dari sekretaris Tajudin yang
memberitahukan bahwa Tajudin telah mengetahui siapa yang mengancamnya, yaitu
Daud. Lebih jauh bahkan telah meminta polisi untuk menangkap Daud dengan alasan
melakukan ancaman pembunuhan disertai bukti-bukti berupa rekaman pembicaraan
telepon.
Daud
mulai menduga-duga bahwa telah terjadi penghianatan terhadap dirinya.Ia menduga
Lisa dan Burhanlah yang melakukannya, karena hanya kedua orang tersbut yang
mengetahui kegemaran Daud. Namun, ternyata bukan mereka.Lalu siapa?
Dalam
kegelisahan itu, Daud mulai menimbang-nimbang untuk menghentikan
ancaman-ancaman lewat telepon, seperti yang disarankan Lisa dan Situmeang,
teman seperantauan Daud.Usaha yang dilakukannya adalah tidak melakukan kontak
telepon dengan siapapun.Di dalam dirinya telah timbul rasa ngeri jika melihat
telepon.Ia juga sudah berpikir untuk meminta maaf kepada orang-orang yang telah
menjadi korbannya.
Hal
yang tak diduga sama sekali oleh Daud adalah ketika Simangunsong dating ke
rumah kontrakannya di Kebon Kacang. Yang lebih mengejutkan lagi ketika
tiba-tiba ia dipukuli sahabat seperantauannya itu. Simangunsong berang karena
perayaan pernikahan adik sepupunya berantakan akibat ulah seorang penelepon
gelap yang mengatakan bahwa ditempat pesta itu terdapat bom yang sewaktu-waktu
dapat meledak.Para undangan tentu saja bubar begitu mendengar berita yang
kemudian terbukti omong kosong itu. Simangunsong berkesimpulan bahwa penelepon
gelap itu tak lain adalah Daud. Padahal bukan Daud, lalu siapa?
Simangunsong
lalu mencari informasi siapa pengacau itu, Terungkaplah bahwa pelakunya seorang
wanita yang kehilangan anak yang sedang dikandungnya.Ia kesepian di rumahnya
yang besar, dan untuk membunuh rasa sepinya, setiap hari ia menelepon siapa
saja. Kegemaran yang sudah menjadi semacam penyakit itu, kabarnya akan hilang
jika wanita itu dikaruniai seorang anak lagi.
Aakan
halnya Daud, ia terpaku mendengar cerita Simangunsong itu. Di dalam benaknya
terlintas telepon dari seorang wanita yang nada suaranya begitu kesepian.
Timbul rasa takutnya: apakah dirinya seperti wanita itu? Daud membayangkan,
jangan-jangan dia tidak waras seperti wanita itu.“Daud merangkul Simangunsong,
membenamkan wajahnya kepada sahabatnya itu dan tersedu disana.
…Ditengah-tengah
keheningan ruangan itu, suara Simangunsong terdengar jelas.‘Tidak.Kau tidak
sakit, Daud.Kau tidak sakit’”.
6. KASIH
IBU
Corrie, Emma dan Rudolf dipelihara
dengan penuh kasih saying oleh seorang ibu yang telah lama ditinggal suaminya
di sebuah desa kecil, di Tomohon.Sebagai anak tertua, Corrie telah cukup
berhasil membalas kasih saying ibunya dengan menjadi seorang murid Srkolah Guru
di Ambon, sekolah yang dipandang sangat tinggi di kalangan masyarakat pada waktu
itu.Akan halnya kedua adiknya, mereka masih menuntut ilmu di sekolah menengah
di kampungnya.
Jejak Corrie rupanya didambakan juga
oleh Rudolf.Anak bungsu ini sudah lama bercita-cita menjadi guru. Oleh karena
itulah ketika akan diadakan tes masuk ke Nprmaalschool sekolah untuk pendidikan
gutu ia berkeras akan mengikutinya.
Sesungguhnya, Rudolf sedang sakit. Sudah
beberapa minggu ia tidak masuk sekolah. Berita akan diadakannya tes masuk itu
pun diketahui dari ibunya setelah ibunya menemui kepala sekolah. Berita yang
dibawa ibunya membuat hati Rudolf senang.“Percakapan guru dengan ibunya itu
adalah seakan-akan obat yang mustajab kepada Rudolf.Sejak ia mendengar ujian
itu akan diadakan lagi, makin bertambah-tambah nafsunya makan, sehingga
badannya bertambah kuat juga”.
Dengan izin kepala sekolah, Rudolf dapat
mengikuti ujian masuk ke Normaalschool.Dengan baik, soal-soal tes dapat
dikerjakannya.Namun, karena berkeras dalam mempersiapkan diri menghadapi tes
yang dilangsungkan di Manado itu, Rudolf kembali menderita sakit.
Kedatangan Corrie yang baru lulus dari
sekolah guru sedikit mengobati sakit Rudolf. Baru setelah hasil ujian diumumkan
dan namanya termasuk dalam daftar yang diterima di Normaalschool, Rudolf
berangsur-angsur sembuh. Akan tetapi, kemudian timbul rasa sedih di hati
Rudolf, ia harus menjalani pemeriksaab kesehatan sebagai syarat untuk menjadi
murid Normaalschool. Ia khawatir tidak akan diterima karena badannya yang kurus
yang dideritanya itu. “Ridolf sudah habis pengharapannya akan diterima menjadi murid
sekolah yang selalu dirinduinya itu.Cita-citanya akan menjadi guru seperti
Corrie, ibarat api yang mulanya bernyala-nyala, sekarang makin kurang juga,
tinggal menanti padam”.
Penerimaan Rudolf sebagai murid
Normaalscholl menjadi buah bibir masyarakat desa yang jauh drai kota itu. Hal
itu sungguh membahagiakan ibunya, juga kedua kakaknya.Mereka dengan senang hati
membantu persiapan Rudolf.Sang ibu yang sekaligus bertindak sebagai ayah,
mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan kepada keluarganya. Tak henti-hentinya
ia menasihati Rudolf agar tidak menyia-nyiakan anugrah Tuhan yang
diberikan-Nya.
Dengan diiringi doa dan nasihat kaum
kerabatnya, Rudolf berangkat menuju Makasar, tempat ia akan menuntut ilmu.
Dalam pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sehari setelah tiba di Makasar,
Rudolf ternyata dapat diterima menjadi murid sekolah guru, namun ia harus
berobat dulu di rumah sakit selam seminggu sebagai penyembuhan dirinya.
Corrie, Emma, dan terutama ibu yang
menjadi teladan mereka, bergembira begitu mengetahui pemeriksaan kesehatan yang
dikhawatirkan akan menggagalkan Rudolf menjadi guru, berhasil dilalui.
Dalam balasan surat yang dikirimkan
kepada anak yang sangat beruntung itu, sang ibu berharap agar Rudolf mau
menaati peraturan yang dikeluarkan sekolah, selain mau belajar dengan
sungguh-sungguh sebagai murid yang membawa nama keluarga dan sekolah yang
ditinggalkannya di Tomohon.
7. RAUMANEN
Raumanen, yang biasa dipanggil Mamen,
adalah seorang gadis Manado berumur 18 tahun.Ia aktif dalam nkegiatan
berorganisasi di Jakarta. Berbagai acara atau kegiatan yang diselenggarakan
organisasinya diikuti Mamen. Pada suatu acara ia berkenalan dengan insinyur
muda bernama Monang.
Perkenalan antara Mamen dan Monang
berlanjut terus.Keduanya tidak sekadar sering berjumpa, tetapi kerap
dilanjutkan dengan berjalan bersama-sama.Lambat laun hubungan mereka makin
rapat.Manen menyadari bahwa hubungannya dengan insinyur muda hanya sebatas
hubungan sesame teman. Bahkan ia merasa lebih tepat sebagai seorang “adik”
kecil bagi Monang. Jadi, Mamen tidak perlu risau pada nasihat teman-temannya
yang mengatakan bahwa Monang “si perebut hati wanita” sedang mencari korban
berikutnya.Dengan perasaan bahwa dirinya diperlakukan hanya sebagai seorang
“adik” dan dalam pandangannya Monang lebih bertingkah laku sebagai seorang
kakak terhadapnya, Mamen tetap melanjutkan hubungannya dengan Monang.
Perkembangan berikutnya menunjukan bahwa
hubungan mereka meningkat lebih mesra. Kembali, teman-teman Manen merasa perlu
mengingatkannya akan tabiat Monang yang sudah dikenal sebagai playboy. Hal yang sama diungkapkan pula
oleh ayah Manen agar ia menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Di samping
itu, ibunya juga teman-temannya memperingatkan Manen tentang adat yang mengikat
nak laki-laki dari keluarga Batak, yang tentu juga berlaku pada diri Monang
sebagi anak laki-laki keturunan keluarga Batak.Semua peringatan itu ternyata
tak membuta Manen memutuskan hubungannya dengan Monang.Sebaliknya, hubungan
keduanya makin mesra.
Bagi Manen, rupanya hubungan itu telah
menyadarkan dirinya bahwa inilah untuk pertama kalinya ia merasakan jatuh
cinta. Ya, itulah cinta pertamanya.Sebaliknya bagi Monang, Manen termasuk salah
satu gadis dari sekian gadis yang ditaklukannya.Sebenarnya, dapat saja Monang
menjadikan Manen sebagai korban yang kesekian dan kemudian
meninggalkannya.Namun, keluguan gadis Manado itu telah membuat insinyur muda
itu amat menyayanginya; suatu perasaan yang sebelumnya tak pernah terjadi dalam
petualangan cinta Monang.Bahkan Monang merasakan baru Manenlah yang mengerti
perasaannya. Inilah salah satu alas an yang membuat pemuda itu tak ingin
meninggalkan Manen.
Kemesraan kedua insan itu pada akhirnya
sampai jua pada titik yang melampaui batas larangan.Sebuah bungalow di Cibogo
merupakan saksi perbuatan mereka.Apa yang terjadi di tempat itu adalah suatu
mimpi buruk bagi Manen yangs eumur hidup tak dapat dilupakannya.
Monang berjanji akan bertanggung jawab
atas kejadian itu. Ia akan mengawini Manen. “Kalau Cuma itu sebabnya hingga kau
mau kawin denganku… kurasa lebih baik kaulupakan saja,” kata Manen.Gadis itu
tak mau kawin dengan lelaki yang menikahinya karena terpaksa. Perkawinan itu
harus dilandasi cinta, tegas Manen
Akan tetapi Monang rupanya memilih cara
lain mengungkapkan cintanya. Tak pernah sekalipun kata cinta keluar dari mulut
lelaki itu; padahal ucapan itu sangat dibutuhkan oleh kekasihnya, Manen. Hal
itu juga yang membuat Manen merasa ragu akan niat kekasihnya untuk
mengawininya, walaupun pemuda itu sudah berusaha memperkenalkan kekasihnya
kepada keluarganya dan mempersiapkan rumah yang akan mereka tinggali kelak.
Manen masih ragu.Ia terlalu lugu hingga belum dapat menerjemahkan sikap Mnang
sebagai ungkapan pernyataan cintanya. Ia masih menunggu kekasihnya mengucapkan
kata cinta. Namun, Monang tak pernah mengungkapkan kata itu.
Sementara itu, perbuatan yang mestinya
tidak mereka lakukan lagi karena keduanya belum sah sebagai suami istri
terulang kembali dan terus terulang kembali.Sampai akhirnya, Manen hamil.
Di lain pihak, Monang yang berusaha
membujuk keluarganya untuk menerima Monang sebagai bagian dari keluarganya,
tidak berhasil. Mengingat Monang lahir sebagai anak sulung dari keluarganya,
keputusan keluarga berdasarkan adat Batak adalah: Monang harus kawin dengan gadis
sesuku. Inilah keputusan keluarga yang
tak dapat diganggu guat dan harus dipatuhi.
Berbeda dengan sikap keluarga Monang
yang masih kukuh mempertahankan tradisi adat leluhurnya, orang tua Manen
“begitu luas pandangannya, begitu lapang hatinya.Bagi mereka Indonesia itu
bukan cuma istilah kosong saja, yang dapat sewaktu-waktu didesak oleh kesetiaan
yang berlebih-lebihan pada peninggalan leluhur Minahasa”.
Ketika Manen menyampaikan kabar tentang
kehamilannya, Monang begitu gembira membayangkan anak, darah dagingnya
sendiri.Sebaliknya, Manen malah merasa takut. Kondisi fisiknya tak mengizinkan
punya anak .”Ia akan menjadi buta atau gila apabila melahirkan anak”.
Hasil diagnose seorang dokter, yang juga
kawan Manen, menyatakan bahwa anak yang dikandungnya akan lahir cacat.
Penyebabnya adalah penyakit syphilis yang diidap Manen.Dokter kemudian
menyarankan agar anak yang dikandungnya digugurkan.Tentu saja Manen menolak.Ia
tak mampu membunuh anaknya sendiri. Ia rela menderita, sungguhpun itu
disebabkan oleh kehidupan Monang yang tak bersih.
Suatu saat Manen mengurung diri di
kamarnya.Ia teringat kisah kasihnya dengan Monang; teringat kebahagiaan dan
kesedihannya bersama kekasih pertama sekaligus terakhirnya. Manen tak mampu
menutupi rasa salahnya yang dalam. Inilah hasil perbuatannya melanggar
ketentuan Tuhan dan “… Aku terbuang selama-lamanya dari Tuhan dan
manusia”.Manen tak kuasa menerima kenyataan itu. Lalu, ia memilih jalannya
sendiri, menghukum dirinya sendiri. Ia lari dari kenyataan hidup. Ia bunuh
diri!
8. IBU
Sewaktu dalam perjalanan pulang ke
kampong halamannya di Rianite, Remon berkenalan dengan Riana. Perkenalan itu
bermula ketika Riana ditolong oleh Remon dalam sebuah kecelakaan kecil di kapal
yang mereka tumpangi; padahal, sebelumnya, ia sudah antipasti pada gadis yang
sudah membentaknya itu ketika mereka berada dalam satu bus. Perkenalannya
dengan Riana, membuat hati Remon terasa bagai diburu bayangan ibunya.Oleh
karena itulah, Remon ingin segera saja tiba di kampong halamannya.Ia sudah
rindu pada ibunya yang selama ini ia tinggalkan karena harus menuntut ilmu di
Jakarta.
Remon merasa bangga terhdap
ibunya.Meskipun usianya belum tua, ibunya menjalani kehidupannya
sendirian.Kadangkala terbesit juga rasa curiga kepada ibunya, wanita itu
menatapnya dengan bijaksana seraya mengatakan sudah demikian burukkah perilaku
ibunya. Kalau sudah demikian, Remon akan sangat menyesal karena telah
berprasangka yang bukan-bukan terhadap ibunya.
Suatu ketika di kediaman Remon
kedatangan seorang pria.Hal itu membuatnya bertanya-tanya.Remon bertambah
curiga ketika pria itu hanya berbicara dengan ibunya. Didorong rasa penasaran,
ia mengintip dan mendengarkan percakapan mereka. Pria itu ternyata adalah
Marajo, orang yang pernah bertemu dengannya ketika Remon baru turun dari
kapal.Dalam percakapan itu Marajo menginginkan Maria ibu Remon menjadi
istrinya.Maria terkejut dan menolak permintaan Marajo.Ia tak ingin keteguhan yang
selama ini dipegangnya menjadi sia-sia dengan menerima kehadiran Marajo,
apalagi pria itu sudah beristri. Selain itu, Maria tidak ingin penilaian Remon
jadi berubah terhadapnya.
Marajo yang merasa ditolak, mendesak ibu
Remon dengan pertanyaan yang memojokkan, yakni dengan menanyakan ayah Remon
yang tak pernah ada.Maria diam tak menjawab pertanyaan itu.Ini membuat Marajo
yakin dan menuduh bahwa Remon adalah hasil hubungan gelap antara Maria dengan
orang tak jelas asalsusulnya.Mendengar tuduhan itu, Maria menangis.Remon yang
juga tak tahan mendengar tuduhan itu, langsung menampakkan diri dan mengusir
pria itu.
Saat itu juga, Remon masih penasaran
akan ketidakjelasan ayahnya, langsung menanyakan kepada ibunya. Namun, jawaban
ibunya tidak memuaskan.Remon kecewa dan mengamuk. Dalam keadaan kalut itu, ia
kabur dari rumahnya. Malang, perahu kecil yang ditumpanginya dihantam ombak,
dan ia hilang ditelan gelombang.
Remon terdampar di suatu tempat.Ia
melangkah tak tentu arah. Tanpa disadarinya ia bertemu dengan kawanan perampok.
Ia ditangkap. Beruntung, ia tak dibunuh karena Guru Jotak, pemimpin perampok
itu, berasal dari desa yang sama dengan Remon. Sebagai gantinya, Remon harus
ikut dalam perampokan yang akan dilakukan gerombolan itu.
Rencana perampokan yang baru kali
diikutinya di sebuah kota emas, mengalami kegagagalan karena perhiasan dan uang
yang menjadi sasaran perampokan tidak berada di tempatnya. Melihat kegagalan
itu, Guru Jotak memutuskan untuk menculik anak gadis pemilik took sebagai
ssandera nanti ditebus oleh orang tuanya.
Kegagalan itu ternyata berbuntut
panjang.Remon yang pada akhirnya mengenali gadis yang diculik itu, yaitu Riana,
dituduh telah bersekutu dengan Riana sehingga perampokan itu gagal.
Rupanya kesialan demi kesialan sedang
menimpa Guru Jotak dan gerombolannya.Perampokan bus berpenumpang juga mengalami
kegagalan, sebab salah seorang penumpang yang bersenjata melakukan perlawanan.Adu
tembak ini didengar oleh para petugas keamanan yang akhirnya dapat menghalau
gerombolan menuju hutan. Satu orang polisi dan seorang perampok tewas. Guru
Jotak sendiri mengalami luka parah.
Akan tetapi, di sinilah semua tabir
gelap terungkap, dan hal itu terungkap lewat Guru Jotak yang sedang
sekarat.Remon ternyata bukan anak Maria.Ia adalah anak Tiana, ibu Riana,
sedangkan ayah Remon adalah Marajo. Jadi, Remon dan Riana saudara sekandung
yang berbeda bapak.Maria, yang selama ini mengasuh Remon adalah kekasih Marsius
kak Guru Jotak, yang kini tak tentu rimbanya.Dalam penantian yang tak menentu
Marsius berjanji menikahi Maria dan tak pernah terlaksana Maria memelihara
Remon hingga anak itu besar. Mendengar cerita Guru Jotak itu, keyakinan Remon
akan arti seorang ibu bertambah besar dan itu ditemukannya pada Maria, bukan
pada Tianna yang melahirkannya.
Guru Jotak meninggal setelah
mengungkapkan rahasia itu.Kematiannya telah menggugah sikap Remon terhadap
pengertian sosok seorang ibu dan seorang ayah.“Oh, aku menemui diriku memiliki
harta yang tak kunjung habis-habisnya.Kini, aku mengerti siapa ibuku, siapa
ayahku. …Betulkah seorang ibu, adalah wanita yang melahirkan kita dari
kandungannya? Dan betulkah seorang ayah adalah laki-laki yang dari darahnya
kita jadi?... Tidak… seorang ibu hanyalah seorang wanita yang mengorbankan apa
saja, yang menumpahkan segala kasih saying tanpa sisa, seluruh hidupnya demi
kebahagiaan si kecil yang bermain-main di pangkuannya, tanpa mengharapkan
balasan apa sekalipun. Seorang ibu, sekaligus adalah cinta. …Dan siapakah
ayahku? Oh, Jotak… Jiwamu lebih agung dari seorang ayah.Kau korbankan hidupmu
demi anak buahmu. …Salahkah aku jika kaulah ayahku? …Di mana-mana aku memiliki
ayah, manusia yang mengorbankan hidupnya demi kehidupan orang lain”.
Akhirnya, Remon dan Riana adiknya satu
Rahim, tetapi lain bapakkembali kepada Maria sosok seorang ibu sejati yang tak
pernah melahirkannya. Kedua kakak beradik itu pun disambut gembira dengan
limpahan cinta kasih seorang ibu.
9. KALAU TAK UNTUNG
Rasmani dan Masrul adalah dua seorang
sahabat karib. Persahatan yang dimulai sejak mereka masih duduk di sekolah
dasar itu menimbulkan perasaan lain pada diri Rasmani. Diam-diam, ia mencintai
pemuda yang begitu menyayangi dan memanjakannya itu.
Ketika Masrul harus pindah ke Painan
untuk bekerja, Rasmani dengan berat hati melepaskannya.Perasaan ini pun
dirasakan oleh Masrul. “Masrul pun tak berkata lagi, kasihan ia melihat adiknya
itu menangis, akan tetapi tak menyesal ia rupanya mengeluarkan perkataan yang
pedih-pedih itu, karena sekarang ia tahu bahasa untuk Rasmani pun perceraian
itu berat juga”.
Surat pertama yang diterima Rasmani dari
Masrul, setelah beberapa hari mereka berpisah, membuatnya tak percaya. Guru
yang mengajar di desanya in menduga akan mendapatkan berita menggembirakan,
tetapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Dalam suratnya, Masrul mengatakan
bahwa ia harus menikah dengan Aminah, anak mamaknya, dua tahun setelah ia
mendapatkan pengetahuan di Painan. Masrul melakukan itu karena terpaksa harus
menuruti keinginan kaum kerabatnya, terutama ibunya.Demi kebaikan Masrul,
Rasmani menerima sikap Masrul walaupun dengan menahan perasaanya yang sakit.
Di perantauan, Masrul bekerja sebagai
juru tulis.Ia mendapat tawaran dari Guru Kepala untuk menikahi anaknya yang
bernama Muslina. Pada mulanya, Masrul menolak karena ternyata hati kecilnya
lebih tertarik pada Rasmani yang telah lama dikenalnya. Selain itu, ia juga
merasa tidak enak kepada Aminah dan kaum kerabatnya apabila ia mengingkari
janjinya. Akan tetapi, karena kepintaran Guru Kealadan istrinya yang terus
mendesak Masrul, akhirnya Masrul menerima tawaran itu.
Keputusan Masrul untuk menikah dengan
Muslina membuat kaum kerabatnya kecewa dan marah besar.Perasaan Rasmani sendiri
begitu kacau. “Bagaimana hati Rsamani ketika menerima surat Masrul yang
mengatakan beristri itu tak cukup rasanya perkataan dalam bahasa yang akan
mewartakannya karena ketika itulah ia tahu benar dan insyaf bahasa ia cinta
kepada Masrul”.
Kehidupan rumah tangga Masrul dengan
Muslina yang sudah membuahkan seorang anak, ternyata tidak berjalan
serasi.Keduanya sering terlibat percecokan.Hal itu disebabkan tidak dihargainya
Masrul sebagai seorang suami.Akibatnya, Masrul sering tidak pulang ke
rumahnya.Ia menghabiskan waktunya dengan bermabuk-mabukan. Keadaan yang semakin
memburuk dan tidak ada tanda-tanda terselamatkan, membuat Masrul berfikir untuk
menceraikan Muslina. Jawaban surat Rasmani mengenai permasalahan yang
diajukannya pun tidak memuaskan hatinga sehingga keputusan cerai mutlak dilakukan.
Sementara itu, Rasmani yang sudah
berkeinginan untuk menikah setelah pujaan hatinya menikah dengan orang lain,
bertambah hancur hatinya.Ia tidak bias melawan rasa cintanya kepada Masrul
walaupun berbagai usaha dilakukannya, termasuk mengizinkan Masrul menikah
dengan Muslina, keputusan yang sebenarnya bertentangan dengan hati nurani. Hal
ini ditambah lagi dengan pernyataan Masrul belakangan, yang mengatakan bahwa
selama ini hidupnya tidak beruntung dan sebetulnya ia mencintai Rasmani. “Api
yang telah hamper padam itu, mulailah kembali memperlihatkan cahayanya, menyala
makin lama, makin besar”.
Kenyataan yang tidak diduga oleh Rasmani
dan keluarganya adalah ketika Masrul muncul di kediaman mereka di
Bukittinggi.Semua kejadian dieritakan oleh Masrul yang membuat Rasmani begitu
sedih dengan penderitaan kekasihnya itu.
Beberapa waktu kemudian, Masrul melamar
Rasmani. Namun, sebelum mewujudkan pernikahannya, ia meminta izin untuk mencari
pekerjaan terlebih dahulu karena sebelumnya ia telah mengundurkan diri dari
pekerjaannya di Painan. Masrul ingin mencari pekerjaan di Medan, dengan harapan
ia akan lebih cepat bekerja dengan bantuan adik Engku Rasad, teman baiknya di
Painan.
Akan tetapi sampai beberapa bulan
lamanya, Masrul belum juga mendapat pekerjaan, dan berita keadaan dirinya tak
pernah dikabarkan kepada Rasmani.Hal ini membuat Rasmani berkecil hati dan
menganggap Masrul tidak setia. Rasa putus asa Rasmani bertambah-tambah setelah
Masrul mengatakan bahwa Rasmani tidak usah menunggunya kalau ada orang lain yang
mencintainya, dalam suratnya yang dating kemudian. Keputusan Masrul itu membuat
Rasmani jatuh sakit.
Rupanya sakit Rasmani yang hamper sembuh
dengan kedatngan Dalipah, kakaknya yang selalu mendampinginya dalam kesedihan,
kambuh lagi karena dikabarkan bahwa Masrul berhasil mendapatkan pekerjaan dan
membatalkan keputusan yang dulu disampaikan kepada Rasmani melalui surat yang
dating menyusul.”Surat yang membawa kabar baik itu, rupanya lebih mengejutkan
Rasmani dan lebih merusakkan jantungnya yang telah luka itu, dari surat yang
dahulu”.Rasmani akhirnya meninggal tanpa disaksikan Masrul yang dating
terlambat.
10. AZAB
DAN SENGSARA
(KISAH KEHIDUPAN SEORANG ANAK
GADIS)
Aminuddin adalah Baginda Diatas, seorang
kepala kampong yang terkenal kedermawanan dan kekayaanya.Masyarakat disekitar
Sipirok amat segan dan hormat pada keluarga itu. Adapun Mariamin, yang masih
punya ikatan dengan keluarga itu, kini tergolong anak miskin. Ayah Mariamin,
Sutan Baringim almarhum, sebenarnya termasuk keluarga bangsawan kaya. Namun,
karena semasa hidupnya terlalu boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan
meninggal dalam keadaan demikian.
Bagi Aminuddin, kemiskinan kelurga itu
tidaklah mengahalanginya untuk tetap bersahabat dengan Mariamin. Keduanya
memang sudah berteman akrab sejak kecil dan terus meningkat setelah
dewasa.Tanpa terasa, benih cinta kedua remaja itu pun tumbuh subur.Belakangan,
mereka sepakat untuk hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin pun
berjanji hendak mempersunting gadis itu jika kelak ia sudah bekerja. Janji
pemuda itu akan segera dilaksanakan jika ia sudah mendapat pekerjaan di Medan.
Aminuddin segera mengirim surat kepada kekasihnya bahwa ia akan segera membawa
Mariamin ke Medan.
Berita Aminuddin tentu saja amat
menggembirakan hati Mariamin dan ibunya yang memang selalu berharap agar
kehidupannya segera berubah. Setidak-tidaknya, ia dapat melihat putrinya hidup
bahagia.
Niat Aminuddin itu disampaikan pula
kepada kedua orang tuanya. Ibunya sama sekali tidak keberatan. Bagaimanapun,
almarhum ayah Mariamin masih kakak kandungnya sendiri.Maka, jika putranya kelak
jadi kawin dengan Mariamin, perkawinan itu dapatlah dianggap sebagai salah satu
usaha menolong keluarga miskin itu.
Namun, lain halnya pertimbangan Baginda
Diatas, ayah Aminuddin. Sebagai kepala kampong yang kaya dan disegani, ia ingin
agar anaknya beristrikan orang yang sederajat. Menurutnya, putranya lebih
pantas kawin dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Oleh karena itu,
jika Aminuddin kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan
merendahkan martabat dan derajat dirinya.Itulah sebabna, Baginda Diatas
bermaksud menggagalkan niat putranya.
Untuk tidak menyakiti hati istrinya,
Baginda Diatas mengajaknya pergi ke seorang dukun untuk melihat bagaimana nasib
anaknya jika kawin dengan Mariamin.Sebenarnya, itu hanya tipu daya Baginda
Diatas.Oleh karena sebelumya, dukun itu sudah mendapat pesan tertentu, yaitu
memberi ramalan yang tidak menguntungkan rencana dan harapan Aminuddin.
Mendengar perkataan si dukun bahwa Aminuddin akan mengalami nasib buruk jika
kawin dengan Mariamin, ibu Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa selain
menerima apa yang menurut suaminya baik bagi kehidupan anaknya.
Kedua orang tua aminuddin akhirnya
meminang seorang gadis keluarga kaya yang menurut Baginda Diatas sederajat
dengan kebangsawanan dan kekayaanya. Aminuddin yang berada di Medan, sama
seklai tidak mengetahui apa yang telah dilakukan orang tuanya.dengan penuh
harapan, ia tetap menanti kedatangan ayahnya yang akan membawa Mariamin.
Selepas peminangan itu, ayah Aminuddin
mengirim telegram kepada anaknya bahwa calon istrinya akan segera dibawa ke
Medan. Ia juga minta agar Aminuddin menjemputnya di stasiun.
Betapa sukacita Aminuddin setelah
membaca telegram ayahnya.Ia pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Ia
membayangkan pula kerinduannya kepada Mariamin akan segera terobati.
Namun, apa yang terjadi hanyalah
kekecewaan. Ternyata, ayahnya bukan membawa pujaan hatinya, melainkan seorang
gadis yang bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia harus
patuh kepada orang tua dan adat negerinya. Aminuddin tidak dapat berbuat
apa-apa selain emnerima gadis yang dibawa ayahnya.Perkawinan pun berlangsung
dengan keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Berat hati pula ia
mengabarkannya pada Mariamin.
Bagi Mariamin, berita itu tentu saja
sangat memukul jiwanya. Harapannya musnah sudah.Ia pingsan an jatuh sakit
sampai beberapa lama. Tak terlukiskan kekecewaan hati gadis itu.
Setahun setelah peristiwa itu, atas
kehendak ibunya, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki
yang sebenarnya tidak diketahui asal-usulnya.Ibunya hanya tahu, bahwa Kasibun
seorang Kesani yang bekerja di Medan. Menurut pengakuan lelaki itu, ia belum
beristri. Dengan harapan dapat mengurangi penderitaan ibu anak itu, ibu
Mariamin terpaksa menjodohkan anaknya dengan Kasibun. Belakangan diketahui
bahwa lelak itu akan mengawini Mariamin.
Kasibun kemudian membawa Mariamin ke
Medan.Namun rupanya, penderitaan wanita itu belum juga berakhir.Suaminya
ternyata mengidap penyakit berbahaya yang dapat menular bila keduanya melakukan
hubungan suami-istri.Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar jika suaminya
ingin berhubungan intim dengan dirinya.Akibatnya, pertengkaran demi
pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga itu tak dapat dihindarkan.Hal yang
dirasakan Mariamin bukan kebahagiaan, melainkan peneritaan berkepanjangan.Tak
segan-segan Kasibun menyiksanya dengan kejam.
Denagn suasana kehidupan rumah tangga
ynag seperti itu, secara kebetulan Aminuddin dating bertandang. Sebagaimana
lazimnya kedatangan tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa
prasangka apa pun. Namun, bagi Kasibun, kedatngan Aminuddin itu makin
mengobarkan rasa cemburu dan amarahnya. Tanpa balas kasihan, ia menyiksa
istrinya sejadi-jadinya.
Tak kuasa menrima perlakuan kejam
Kasibun, Mariamin akhirnya mengadu dan melaporkan rindakan suaminya kepada
polisi.Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan
sekaligus memutuskan hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.
Janda Mariamin akhirnya terpaksa kembali
ke Sipirok, kampong halamannya.Tidak alam kemudian, penderitaan yang silih
berganti menimpa wanita itu, sempurna sudah dengan kematiannya.”Azab dan
sengsara dunia ini telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad yang kasar
itu.”
11. SELEMBUT BUNGA
Mini menjumpai Cyntia di sebuah rumah
sakit sebagai sesame pasien yang dirawat karena operasi usus buntu.Cyntia
adalah istri seorang sosiolog berkebangsaan.
No comments:
Post a Comment