Parafrase "Sajadah Panjang"
dianalisis oleh: Riska Ramdiani
Sajadah Panjang
Karya: Taufik Ismail
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya
Puisi yang termasuk religi ini menceritakan
berdasarkan tentang ke Tuhanan seperti dialog antara manusia dengan Tuhannya
yaitu Allah swt. Kata-kata dalam puisi ini sangat sederhana tapi puisi ini
mempunyai pesan atau makna yang sangat istimewa, pesan ke Islaman yang sangat
kental sehingga puisi ini menjadi sangat indah. Karena kesederhanaan dan pesan
yang kuat yang ingin di sampaikan penyair itulah yang membuat puisi ini begitu
indah dan istimewa. Penyerahan seorang hamba kepada Tuhannya, sehingga ketika siapapun
yang membaca puisi ini hatinya akan terenyuh dan menyadari ternyata kuasa Allah
swt begitu besar dan ternyata kehidupan manusia di dunia hanyalah sementara dan
kehidupan itu harus di jalani dengan beribadah kepada Allah swt seumur
hidupnya.
Sajadah dipakai sebagai alas
untuk menunaikan shalat. Shalat sendiri merupakan ibadah dan kewajiban bagi
setiap muslim, barang siapa yang mengerjakannya pasti akan mendapatkan pahala
namun barang siapa yang meninggalkannya pasti akan mendapatkan dosa. Seperti dalam perintah Allah swt bahwa “Dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat”, hal ini sangat meyakinkan bahwa shalat itu
adalah perintah Allah swt dan harus selalu dikerjakan.
“Ada sajadah
panjang terbentang, dari kaki buaian sampai ke tepi kuburan hamba, kuburan
hamba bila mati”
Kata sajadah selalu menandakan ke arah shalat,
sama dengan
beribadah.
Kalimat ‘sajadah panjang’ menunjukkan sesuatu yang sedang diceritakan saat ini
benda yang dapat dilihat. Kemudian kata
‘terbentang’ mencoba untuk menjelaskan hal yang tidak berujung. Sehingga
hal tersebut dikerjakan terus menerus dan entah sampai kapan akan berhenti untuk
dikerjakannya.
Pada kata ‘kaki buaian’ dan ‘kuburan’ maksudnya mungkin, sejak lahir hingga
mati, seumur hidup. Menjelaskan
bahwa seumur hidup manusia, apapun yang dikerjakan
berada dalam keadaan beribadah kepada Allah swt. Aktivitas tersebut dilakukan
terus menerus, saat ini dan entah di mana manusia akan berhenti untuk
beribadah, namun yang pasti kematianlah sebagai batas akhirnya yang berdasarkan
kehendak Allah swt.
Kehidupan ibarat sajadah. Kehidupan
adalah tempat untuk beribadah semata-mata karena Allah swt.
Sebelum sajadah ditutup, jalanilah
kehidupan sesuai
dengan perintah Allah swt, memanfaatkan kehidupan sebagai ibadah. Menjalani kehidupan, mengerjakan semua perintah dengan mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi semua larangannya.
Kehidupan
dunia tidak akan diulang untuk kedua kalinya karena hidup di dunia itu hanyalah
sementara, yang kekal itu adalah di akherat nanti. Selagi kita hidup di dunia jadikanlah kehidupan kita sebagai ibadah, melakukan segala
sesuatu hal hanya karena Allah swt.
Penyair
mengulanginya lagi pada kalimat “Ada sajadah panjang terbentang, hamba tunduk
dan sujud” maksudnya mungkin sebuah penegasan kembali untuk benar-benar meyakinkan bahwa beribadah
harus dilakukan secara terus menurus selama hidup.
Orang
tunduk belum tentu sujud, tetapi orang sujud sudah pasti tunduk. Tunduk adalah
lambang penghormatan, penyerahan. Sedangkan sujud adalah lambang kerendahan
hati, sebagaimana saat shalat ada sujud dan ada doanya.
Manusia diciptakan hanya untuk semata-mata
bersujud kepada Allah swt. Manusia dituntut untuk selalu melakukan perintah
Allah dan harus pula menjauhi larangannya. Manusia adalah mahluk yang paling
mulia yang Allah swt ciptakan, maka dari itu manusia harus selalu tunduk,
bersujud, menyerahkan semuanya terhadap Allah swt, mempercayai bahwa semua yang
ada dan terjadi di dunia ini semata-mata hanya karena kehendak Allah swt, tiada
sekutu baginya.
“Di
atas sajadah yang panjang ini, Diselingi
sekedar interupsi, Mencari rezeki,
mencari ilmu”
Bekerja mencari nafkah bagi seorang
laki-laki sebagai tulang punggung keluarga juga itu adalah suatu ibadah amal
shaleh yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan. Rasul bersabda, “Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah
menunaikan yang wajib (fardlu)". Maka jelaslah barang siapa yang berusaha
bersungguh-sungguh mencari rezeki karena Allah swt itu merupakan suatu ibadah
yang akan mendapatkan pahalanya.
Kehidupan seperti sajadah panjang yang terbentang. Telah dipaparkan sebelumnya bahwa kehidupan adalah wadah untuk beribadah. Namun bukan berarti ibadah yang selalu saja
shalat, puasa, itikaf dalam mesjid, membaca al-qur’an, atau hal lainnya. Tapi
beribadah juga adalah melakukan semua aktifitas sesuai dengan syariatnya. Menuntut
ilmu adalah termasuk ibadah di jalan Allah, karena di dalam Islam juga mewajibkan
mencari ilmu bukan hanya ilmu pengetahuan apa saja yang membawa kemaslahatan
dan berguna bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya di dunia, selama tidak
bertentangan dan merusak aqidah/syari’at Islam,
Rasulullah bersabda : "Carilah ilmu pengetahuan sekalipun adanya di negeri
Cina, bahwasanya mencari ilmu itu wajib bagi semua pemeluk Islam " dan “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat” maka jelaslah bahwa menuntut ilmu itu adalah salah satu aktifitas
beribadah di jalan Allah swt.
“Di atas
sajadah yang panjang ini, diselingi sekedar interupsi”
Kata ‘di atas sajadah’ bermaksud menceritakan aktivitas, karena
sajadah panjang telah dimaknai sebagai suatu hal yang tidak jelas ujungnya, dan
mungkin itu adalah sebuah proses kehidupan.
Dalam
proses kehidupan manusia saat semua aktivitas telah diniatkan untuk beribadah,
interupsi selalu ada. Puisi ini adalah dialog seorang hamba dengan Tuhannya.
Manusia dalam hidupnya, terkadang selalu menyalahkan takdir, manusia selalu
memohon, meminta kepada Allah swt ketika sedang mengalami kesulitan, padahal
Allah swt tidak akan memberikan kesulitan kepada makhluknya jika makhluknya
tidak mampu untuk menghadapinya. Meski manusia telah mengetahui hal itu, manusia tetap
saja berontak meminta hal yang berlebih dengan apa yang telah Allah swt
berikan. Manusia selalu bertanya “mengapa semua ini terjadi padaku ya Allah?”
hal itu sama saja telah menyalahkan takdir Allah. Karena sesungguhnya Allah
tidak akan memberikan cobaan yang tidak mungkin mampu di hapadi oleh hambanya.
“Mencari
rezeki, mencari ilmu, mengukur jalanan seharian”
Mencari rezeki adalah ibadah, mencari ilmu juga termasuk ke dalam
ibadah. Keduanya terus menerus dilakukan mulai dari kaki buaian hingga tepi kuburan/mulai sejak dilahirkan sampai meninggal,
sesuai dengan penjelasan sebelumnya.
Kata ‘mengukur’ menjelaskan perilaku selama hidup.
Sebuah pekerjaan yang dilakukan bertahap secara sabar dan tawakal, seperti
pepatah mengatakan “berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian” yang
berarti bahwa besusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.
Kata ‘seharian’ menjelaskan bahwa pekerjaan membuat seseorang
menghabiskan banyak waktunya. Dengan itu, orang yang melakukannya akan merasa lelah dan letih. Namun jangan sampai lupa untuk beribadah, melakukan shalat dan perintah
Allah swt yang lainnya.
“Begitu
terdengar suara adzan, kembali tersungkur hamba”
Kalimat di atas menjelaskan bahwa ketika adzan terdengar, manusia harus segera melaksanakan shalat
dengan tepat waktu dan menghentikan semua pekerjaannya sejenak. Jangankan manusia, iblis dan jin pun ketika mendengar suara adzan
mereka diam, apa lagi manusia mahluk yang paling sempurna yang Allah ciptakan
haruslah segera mengehentikan pekerjaan duniawi dan bersegeralah melaksanakan
shalat. Kata ‘tersungkur’ menjelaskan aktivitas merendahkan diri kepada Allah
swt, menyerahkan tawakal kepadanya. Manusia hanyalah mahluk lemah yang tidak punya daya
apapun, semua kesempurnaan itu hanyalah milik Allah swt. Allah swt adalah
tempat manusia kembali, maka dari itu jangan sampai kita melupakan-Nya dan
jangan pula lalai dalam melaksanakan semua perintahnya.
No comments:
Post a Comment