https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: karangan Study tour ke Jakarta (ke Dufan dan Bale Bahasa) https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Saturday, July 5, 2014

karangan Study tour ke Jakarta (ke Dufan dan Bale Bahasa)



Nama               : Riska Ramdiani
NIM                : 12211029
Kelas               : 2A
Mata Kuliah    : Menulis II
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Study tour ke Jakarta (ke Dufan dan Bale Bahasa)
Langit kian mengurung pergi dari selimut birunya, ia mulai tertutupi awan jingga tergantikan senja, ia terlihat menggempal. Rintikan hujan memberi alunan kegelisahan, setiap tetesnya hitungan kegelisahan menunggu tak sabar arah jarum jam menunjukan pukul 23.00 di sudut kamarku. Jakarta memang merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang menjanjikan, disana kita bisa menemukan banyak sekali tempat indah untuk dikunjungi, salah satunya Badan Bahasa dan Dufan. Maka dari itu aku beserta rombongan akan study tour ke sana nanti malam.
Setelah arah jarum jam menunjukan pukul 22.00, aku bergegas berangkat menuju kampus diantar dengan Ibu dengan mengendarai motor. Setibanya di depan kampus aku bertemu dengan teman-teman yang sedang menungguku sejak lama, kami pun bergegas menuju bus yang sedang menunggu kami.
Sebagian teman-teman sudah berada di dalam bus beserta dosen pengampu mata kuliah “Menulis II”, mereka bersorak sorai kegirangan tak sabar untuk segera berangkat. Setelah waktu menunjukan pukul 00.00, bus pun segera melaju dengan cepat membawa kami ke tempat tujuan. Di dalam bus aku duduk bersebelahan dengan Rose dan Gina, mereka teman terbaikku. Selama di dalam bus aku merasakan kantuk yang sangat hebat, aku pun memutuskan untuk tidur. Aku tertidur tanpa lelap karena merasakan kakiku yang sangat pegal, bagaimana tidak? Aku tidur dengan posisi duduk, dengan posisi yang tidak nyaman. Entah mengapa malam itu begitu dingin menelusuk seluruh tubuhku, merenggut semua kehangatan dalam tubuhku. Ku ambil jaket yang berada dalam tas, ku selimutkan pada tubuhku, tapi tetap saja terasa dingin. Beberapa kali aku merubah posisi dudukku, sampai membuat Rose dan Gina terbangun dari tidurnya. Mereka hanya tersenyum tipis melihat perangaiku, kemudian melanjutkan tidurnya.
Tepat pukul 04.30 bus yang membawa kami pun telah sampai di masjid Istiqlal, kami berbondong-bondong keluar dari bus untuk melaksanakan shalat subuh di mesjid Istiqlal. Aku merasa takjub saat melihat dan melangkahkan kaki di mesjid Istiqlal itu, begitu megah. Aku dan teman-teman pun bergegas ke toilet untuk mengambil air wudhu, ketika sampai di toilet terpaksa aku harus mengantre untuk mengambil wudhu. Setelah 30 menit mengantre akhirnya aku masuk ke toilet dan mengambil air wudhu dengan cepat. Kemudian aku bergegas ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh, ruangannya begitu besar, aku takjub melihatnya. Aku pun melaksanakan shalat subuh dengan tenangnya. Setelah selesai melaksanakan shalat subuh, aku dan teman-teman bergegas kembali menuju bus untuk melanjutkan perjalanan menuju Badan Bahasa.
Bus pun melaju dengan cepat menuju badan bahasa, dan matahari kini mulai meninggi. Maka dimulailah kehidupan masyarakat di Jakarta ini. Selama dalam perjalanan, kulirik ke luar jendela. Beberapa orang mulai bersiap-siap untuk pergi bekerja, meski dalam lelahnya, dalam kantuknya, mereka tetap tersenyum mendesah disejuknya udara berharap mampu mengais lebih banyak rezeki dari hari sebelumnya. Ada yang pergi berangkat kerja ke kantor, ada yang pergi berangkat sekolah, dan lain sebagainya. Mereka terlihat terburu-buru dan berbaju rapi. Lihatlah, jalanan kini mulai ramai dipenuhi kendaraan yang saling mendahului, sepanjang jalan nampak terlihat gedung-gedung menjulang tinggi dengan kokohnya, saling berhimpitan bercat lembut, seolah menyambut siapa pun yang menghampiri. Gedung-gedung itu seolah ingin mendekati langit, jendela bertemu jendela di lantai atas, pot-pot bunga bertebaran di halaman gedung, cukup mewah. Pun teman-teman yang berada dalam bus, mereka kini tidak lagi tertidur, mereka sama denganku, mereka melihat pemandangan di Jakarta ini, pemandangan yang menakjubkan. Saking takjubnya, kami tidak berbicara apa pun, kami hanya diam dan menyaksikan pemandangn yang tidak kami dapatkan di kota kami.
 Setelah satu setengah jam menikmati pemandangan Jakarta yang membuat mata keruh, akhirnya kami sampai di Badan Bahasa sekitar pukul 08.00. Aku beserta rombongan berbondong-bondong menuju gedung Badan Bahasa itu, aku mengambil poisisi duduk paling depan. Setelah acara seminar di Badan Bahasa dimulai aku pun merasakan kantuk yang sangat hebat kembali, namun penyuluh yang sedang memaparkan materi membuat mataku kembali segar karena memberikan materi yang sangat menarik yaitu seputar profil Badan Bahasa dan bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian yang dilakukan Badan Bahasa. Aku mencatat poin-poin yang penting dalam buku kecil yang dipaparkan oleh penyuluh tersebut, aku mendapatkan wawasan baru. Waktu pun menunjukan pukul 11.00, dan penyuluh selesai memaparkan materinya, aku beserta rombongan diberikan masing-masing empat buah buku yang sangat berguna untuk kami, yaitu Kamus Bahasa Indonesia, Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Pembentukan Istilah, dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaaan, kemudian kami pun diberikan kudapan untuk sarapan. Lalu kami pun bergegas menuju bus kembali untuk melanjutkan perjalanan kami ke dufan, aku beserta rombongan tak sabar ingin segera sampai di dufan untuk melepaskan penat.
Sekitar pukul 12.30 kami sampai di dufan, rasanya perutku terasa kembung dan mual. Aku pun mengajak Rose, Hera, dan Gina untuk mengantarku ke toilet. Setelah sampai di toilet kepala ku terasa pusing, aku pikir bakalan muntah tapi ternyata tidak. Setelah selesai kami pun bergegas menuju rombongan kami, dan ternyata setelah kami sampai ditempat parkiran tadi mereka sudah tidak ada. Kami pun tertinggal dari rombongan, kami berempat sangat cemas. Kami pun menanyakan kepada seorang lelaki paruh baya kemana jalan masuk ke dufan, beliau pun menjawab dengan ramahnya, dan kami pun bergegas menuju dufan. Sepanjang perjalanan kami tertawa tiada henti dengan kejadian ini, hal yang tak akan pernah terlupakan. Jalan menuju gerbang dufan cukup jauh, membuat kaki terasa pegal. Tapi rasa pegal itu terbayar dengan melihat pemandangan yang sangat indah sepanjang perjalanan menuju gerbang dufan. Pepohonan yang begitu banyak dan juga rindang berdiri dengan kokohnya, sehingga ujung-ujung rantingnya saling bersentuhan membuat siapa pun akan merasa nyaman duduk di bawah pohon itu. Bunga-bunga cantik pun tertata rapi sepanjang jalan menuju gerbang dufan itu, membuat hati terasa damai meski cemas karena tertinggal dari rombongan.
Setelah beberapa menit kami pun sampai di gerbang dufan, hati kami pun merasa lega. Di dalam Dufan sangat ramai, dan banyak pengunjungnya. Kami bergegas mencari rombongan kami, dan ternyata mereka sedang asyik menikmati wahana yang ada di dufan. Aku dan teman-teman bergegas menaiki beberapa wahana, yang pertama kami menaiki wahana bianglala, permainan ini tidak begitu menantang tapi membuat kakiku terasa ngilu karena aku takut ketinggian. Kemudian kami menaiki wahana kora-koral, mawalnya aku tidak mau naik tapi akhirnya aku naik juga karena hasutan teman-teman. Wahana ini sangat menantang membuat jantungku terasa lepas, aku berteriak sekeras-kerasnya. Setelah menaiki wahana kora-koral, kami memasuki wahana ice age, dengan terpaksa kami harus mengantre panjang untuk menaiki wahana ini. Setelah hampir satu jam kami mengantre, akhirnya kami menaiki wahana ice age ini. Wahana ini sangat mengasyikan, membuatku ingin kembali menaiki wahana ini lagi. Dari banyaknya wahana yang ada di Dufan, aku hanya menaiki tiga wahana, karena tubuhku sudah benar-benar merasakan lelah. Aku pun mengajak teman-teman untuk mencari makanan, karena beberapa wahana yang aku naiki telah membuat perutku lapar.
Tidak terasa waktu pun telah menunjukan pukul 16.00, aku dan teman-teman bergegas mencari masjid untuk melaksanakan shalat ashar. Setelah kami selesai shalat ashar, dosen pengampu mata kuliah “Menulis II” kami pun menyuruh kami segera menuju bus untuk makan. Aku dan teman-teman lalu menuju bus, dan bodohnya ternyata kami salah jalan. Berangkat tertinggal rombongan, pulang pun salah jalan. Sudah terjatuh tertimpa tangga pula, mungkin itu peribahasa yang cocok untuk kami saat itu. Kami pun mencari-cari bus tapi kami tidak menemukannya. Lalu, ada seorang laki-laki memberitahu kami bahwa kami salah jalan, bus kami tidak parkir disana. Laki-laki itu pun memberikan arahan supaya kami menaiki bus wara-wiri dan berhenti di pantai indah untuk menuju bus kami, karena kalau kembali lagi ke jalan yang tadi cukup jauh. Dengan hati yang cemas, kami pun bergegas mencari bus wara-wiri. Setelah kami menemukannya, kami pun segera naik dengan terburu-buru. Lalu bus wara-wiri ini melaju dengan cepat membawa kami ke pantai indah, kami pun buru-buru turun. Hati pun terasa tenang meski merasa lelah. Setelah itu kami bergegas menuju rombongan yang sedang makan. Aku pun langsung antre mengambil makan, dan aku makan dengan lahapnya. Setelah selesai makan, sekitar pukul 18.15, aku dan rombongan kembali bergegas menuju bus untuk kembali pulang.
Selama dalam perjalanan pulang, teman-teman bernyanyi di dalam bus. Mereka terlihat sangat bahagia, setumpuk tugas yang menjadi beban rasanya hilang seketika. Meski tubuhku benar-benar merasa lelah, aku pun ikut bernyanyi bersama mereka. Kebersamaan yang tidak pernah ku dapatkan di dalam kelas. Setelah kami lelah bernyanyi, satu-persatu mulai tertidur. Ketika semua teman-teman tertidur, semuanya hening hanya ada suara kendaraan yang bising. Kulirik ke arah jendela bus, terlihat gemerlap menyilaukan pesona kota dan segenap kemewahannya, kerlip-kerlip lampu gedung-gedung itu seolah menari-narikan kesibukannya. Pemandangan yang tak pernah ku dapatkan di kotaku, kota Jakarta memang lebih indah dilihat jika malam hari. Tanpa ku sadari, aku pun mulai tertidur dengan lelapnya. Hingga akhirnya aku dan rombongan tiba di halaman kampus. Dengan lelahnya kami bergegas untuk segera turun dari bus, dan aku pun bergegas untuk pulang ke rumah dijemput oleh saudara laki-lakiku yang telah menungguku sejak lama.
Semuanya terasa sangat melelahkan, dan takaran lelahnya benar-benar sesuai dengan takaran kebahagiaannya. Dari study tour inilah aku bisa memahami bagaimana karakter teman-teman yang sebenarnya, aku menjadi diri sendiri, pun mereka menjadi diri mereka sendiri. Study tour yang sangat menyenangkan, memberikan kesan yang melekat dalam ulu hati, memberikan kebersamaan yang sebelumnya tidak pernah kami dapatkan di dalam kelas.

No comments:

Post a Comment