BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa adalah alat interaksi sosial
atuau alat komunikasi manusia yang digunakan dalam masyarakat. Dalam setiap
komunikasi di dalam masyarakat manusia saling menyampaikan informasi, yang
berupa pikiran, gagasan, maupun emosi secara langsung. Bahasa
sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia
(penutur). Bahasa dan tutur saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.
Dalam
berkomunikasi yang baik harus ada interaksi dua arah antara penutur dan mitra
tutur, interaksi dua arah dalam berkomunikasi merupakan suatu respon yang
ditunjukkan oleh si mitra tutur. Respon tersebut bisa berupa respon positif
maupun respon negatif. Respon ujaran yang diberikan oleh mitra tutur merupakan
dampak dari ujaran pesan yang disampaikan penutur.
Bahasa
adalah wahana komunikasi (untuk semua orang dalam suatu masyarakat), dan tutur
adalah penggunaan wahana itu oleh seseorang pada suatu kejadian tertentu.
Jelasnya, bahasa adalah sandi (kode)
sedangkan tutur adalah penyandian (enkode), yaitu penggunaan sandi dengan
isi makna tertentu, oleh penutur, yang kemudian didekodekan (ditafsirkan maknannya) oleh pendengar.
Tutur
adalah penggunaan bahasa oleh satu orang dalam situasi yang khas (spesifik),
suatu tindakan individual. Sebaliknya bahasa menguasai individu karena bahasa
menjadi milik dan kelengkapan masyarakat secara luas. Bahasa dapat bertindak
sebagai alat komunikasi hanya jika bahasa itu secara mendasar sama bagi semua
penutur. Bahasa adalah lembaga sosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan hakikat
bahasa?
2. Bagaimana pandangan para ahli
terhadap bahasa?
3. Apa yang dimaksud dengan sediaan
bahasa dan apa saja yang termasuk dalam sediaan bahasa?
4. Apakah yang dimaksud dengan tuturan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
maka ada beberpa tujuan yaitu sebagai berikut.
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah “Sosiolinguistik” dari dosen Drs. H. Didin Sahidin, M. Pd.
2. Untuk mengetahui dan memahami hakikat bahasa.
3. Untuk mengetahui dan memahami
pandangan para ahli mengenai bahasa.
4. Untuk mengetahui dan memahami yang
dimaksud dengan sediaan bahasa dan beberapa jenisnya.
5. Untuk mengetahui dan memahami
tuturan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Bahasa
Dalam kajian linguistik umum bahasa, baik sebagai langage
maupun langue, lazim didefinisikan sebagai sebuah sistem lambing bunyi yang
bersifat arbiter yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi atau alat
interaksi sosial. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga
bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut
suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan
sistematis artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal,
melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, morfologi,
sintaksis dan leksikon.
Sebagai lambang artinya, seperti satuan bahasa seperti kata
dan kalimat, tentu ada yang dilambangkannya. Kemudian karena lambang bahasa itu
berupa bunyi, maka lambang bahasa yang berbunyi [air] digunakan untuk
melambangkan atau menandai ‘sejenis zat cair yang biasa digunakan sehari-hari’
(seperti mandi, minum, masak, mencuci, dan lain-lain).
Lambang bahasa itu bersifat arbiter. Artinya tidak ada
hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkan. Jadi, kalau ditanyakan
“mengapa zat cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari” disebut
atau dilambangkan dengan bunyi [air].
Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbiter,tetapi
juga bersifat konvensional. Artinya, artinya setiap penutur suatu bahasa akan
mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannnya. Misalnya lambang
[kuda] hanya digunakan untuk menyatakan ‘sejenis binatang yang berkaki empat
yang biasa dikendarai’ dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab
jika dilakukannya berarti telah melanggar konvensi itu.
Bahasa itu bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur
yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hamper tidak
terbatas.
Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak
terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi.
Bahasa itu beragam, artinya, meskipun sebuah bahasa
mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu
digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang social dan
kebiasaan yang berbeda maka bahasa itu menjadi beragam.
Bahasa itu bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat
komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang
dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat,
tidak bersifat produktif dan tidak
dinamis.
B. Pengertian
dan Definisi Bahasa Menurut Para Ahli
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,
yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri
berfungsi sabagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks intersubjektif
(Bill Adams dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas,
dan memiliki bentuk dan struktur yang logis (Wittgenstein dalam
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok
sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
(Ferdinand De Saussure dalam
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama
benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide
seseorang dalam arus udara lewat mulut (Plato dalam
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu
kelompok sosial bekerja sama (Bloch & Trager dalam
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
adalah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang
sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi
antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama
kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan
hidup manusia (Carrol dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga
ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber
terjadinya kesalahpahaman (Sudaryono dalam
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa
adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan
arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu
(William A. Haviland dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
C. Sediaan Bahasa
Yang tersedia dalam setiap bahasa adalah kata-kata
(kosakata) kalimat-kalimat, ungkapan-ungkapan, majas-majas dan unsur-unsur
suprasegmental.
1.
Kata-kata
Kata-kata yang pertama-tama disediakan oleh bahasa agar kita
dapat berinteraksi dalam suatu pertuturan adalah kata atau kata-kata. Kata-kata
ini berasal dari lambang-lambang bunyi yang digunakan untuk melambangkan suatu
keadaan dan konsep yang dilambangkan oleh suatu lambang bunyi adalah yang lazim
disebut makna. Jadi, apabila lambang bunyi itu disebut kata maka konsep yang
dilambangkannya disebut makna. Dengan dengan demikian dapat pula dikatakan
bahwa setiap kata memiliki makna.
Dalam realitasnya ada kata-kata yang maknanya berdekatan
(bersinonim), bisa karena:
a) faktor objeknya, seperti kata ‘mati’
yang objeknya bias manusia, bisa binatang, sedangkan kata ‘meninggal’ atau
‘wafat’ objeknya hanya manusia.
b) Faktor sosial. Misalnya, kata ‘bini’
atau ‘istri’ maknanya berdekatan. Namun, ada perbedaannya: kata ‘bini’ digunkan
untuk kelas social rendah sedangkan kata ‘istri’ untuk kelas sosial atas.
c) Faktor nuansa. Misalnya, kata
‘melirik’ yang berarti melihat dengan sudut mata; kata’melotot’ berarti melihat
dengan mata terbuka lebar; dan mengintip melihat melalui celah-celah sempit.
d) Faktor rasa kesantunan. Umpanya
deretan kata-kata berikut semakin kebawah semakin lebih santun.
Mampus
Mati
Meninggal
Berpulang
Tutup usia
Ada juga kata-kata yang maknanya saling bertentangan atau
berkebalikan (berantonim):
a)
Secara
mutlak. Seperi kata mati x hidup, disebut kebalikan mutlak karena yang sudah
mati pasti tidak hidup dan yang masih hidup pasti belum mati.
b)
Secara
bergradasi. Seperti kata mahal x murah. Disebut bergradasi karena batas antara
mahal dan murah itu tidak bisa ditetapkan. Sesuatu yang mahal bagi seseorang
mungkin saja bisa murah, lebih murah, atau sangat murah bagi otang lain.
c)
Secara
relasional. Seperti kata suami dan
kata istri. Suami dan istri ini
bersifat relasional, tidak akn ada suami kalau tidak ada istri, juga
sebaliknya.
Banyak juga kata yang tidak punya pasangan kebalikannya
sehingga untuk mewadahi konsep kebalikan digunkan kata ingkar tidak atau bukan. Umpanya kata mandi dan
tidak mandi, kata sirop dan bukan sirop, dan sebagainya.
Ada kata juga kata-kata yang maknanya mencakup sejumlah
makna kata-kata lain seperti kata ikan yang maknanya mencakup makna kata-kata
tongkol, kakap, ter, tuna, dan
lain-lain.
2.
Kalimat-kalimat
Kalimat adalah satuan ujaran atau tuturan yang berisi
pengertian yang lengkap karena ada subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Ada empat jenis kalimat:
a) kalimat pernyataan (deklaratif)
adalah kalimat yang di ujarkan oleh seorang penutur hanya dengan maksud untuk
menjadi perhatian saja bagi pendengar atu lawan tutur.
b) Kalimat pertanyaan (interogatif)
adalah kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur dan dengan harapan agar
pendengar atau lawan tutur memberi jawaban dalam bentuk ujaran juga.
c) Kalimat perintah (imperatif) adalah
kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur dan dengan harapan agar pendengar
memberi reaksi dalam bentuk tindakan secara fisik.
d) Kalimat seruan (interjektif) adalah
kalimat yang di ujarkan oleh seorang penutur
untuk menyatakan perasaan emosinya.
3.
Ungkapan-ungkapan
Ungkapan adalah satuan bahasa yang terdiri dari sebuah kata
atau lebih, tetapi maknanya tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun
gramatikal. Misalnya ungkpan ‘membanting tulang’ yang berarti kerja keras. Kata
‘kerja keras’ tidak punya hubungan dengan kata ‘membanting’ dan kata ‘tulang’.
Banyak ungkapn yang teras lebih santun daripada sebuah kata
yang memiliki konsep makna yang sama dengan makna ungkapan itu, misalnya
deretan kata-kata berikut semakin kebawah semakin lebih santun.
Bunting
Hamil
Mengandung
Duduk perut
Berbadan dua
4. Majas-majas
Bahasa juga menyediakan majas atau gaya bahasa untuk
digunakan dalam pertuturan. Dengan menggunakan majas pertuturan bisa lebih
santun. Majas adalah bahasa kias atau pengungkapan gaya bahasa yang dalam
pemakaiannya bertujuan untuk memperoleh efek-efek tertentu. Ada beberapa macam
majas seperti majas:
a) Majas Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan
tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini
sebagai tanda terima kasihku atau Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal
rumahnya besar dan mewah )
b) Majas Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga
kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.ah mencapai
langit. Contoh: Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
c) Majas Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan
perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Atau yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk
hidup. Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting.
5.
Unsur
Suprasegmental
Unsur suprasegmental
ini berupa tekanan kata atau tekanan kalimat; nada, yakni turun naiknya bunyi;
jeda yaitu mengenai adanya perhentian bunyi; dan durasi yaitu mengenai panjang
pendeknya bunyi. Secara umum semuanya bisa dirangkum dalam istilah intonasi
kalimat. Intonasi yang bebeda dapat menyebabkan makna kalimat berbeda. Contoh
“kucing makan tikus mati” kalau diberi tekanan berbeda seperti:
a) Kucing/ makan tikus mati:
Bermakna
ada seekor kucing yang memakan tikus
yang sudah mati (bangkai tikus)
b) Kucing makan/ tikus mati:
Bermakna
ada seekor kucing yang sedang makan sesuatu, sementara di tempat lain ada tikus
yang mati.
c) Kucing makan tikus/ mati:
Bermakna
ada seekor kucing yang mati setelah makan seekor tikus.
6.
Kinesik
Sebenarnya kinesik ini tidak disediakan oleh bahasa. Jadi,
bukan merupakan perangkat dari bahasa, tetapi kinesik merupakan unsur yang
sangat penting didalam pertuturan. Kinesik yang wujudnya berupa gerak-gerik
tubuh, mimik muka, gerak-gerik kepala, tangan, dan dapat menggantikan maksud
dari suatu tuturan. Misalnya “anggukan kepala” berate ‘persetujuan’ dan
“gelengan kepala” berarti ‘penolakan.
D.
Tuturan
Peristiwa tutur (inggris: speech event) adalah
terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran
atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan
satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi,
interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada
waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah
sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati pula dalam acara diskusi
di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Tuturan dapat dikatakan sebagai realisasi dari bahasa yang
bersifat abstrak karena suatu penutur bahasa terdiri dari berbagai kelompok
yang heterogen, mak tuturan dari suatu bahasa mejadi tidak seragam. Tuturan
yang beragam itu mula-mula direkam lalu ditranskripsi dan kemudian dianalisis
sehingga didapatkan kaidah-kaidah atau keteraturan mulai dari keteraturan
sisitem bunyi bahasa (fonologi) keteraturan system pembentukan kata
(morfologi), keteraturan system penyusunan kalimat (sintaksis), keteraturan system
makna (semantik); dan keteraturan
lainnya.
Keteraturan-keteraturan komponen bahasa dikaji dalam ilmu
yang disebut linguistic, maka bagaimana bahasa itu digunakan (dalam bentuk
ujaran atau tuturan) dikaji dalam bidang ilmu yang disebut pragmatik. Pragmatic
adalah ilmu yang mengkaji bagaimana satuan-satuan bahasa digunakan dalam
pertuturan dalam rangka melaksanakan komunikasi. Acapkali didapati satuan
bahasa yang di sajikan dalam rangka gramatika tidak sama maknanya dengan kalau
satuan bahasa itu digunakan dalam pertuturan.
Contoh: pertuturan antara (A) yang menjadi penutur, dengan
(B) yang menjadi lawan tutur.
A: punya korek?
B: punya nih (B mengeluarkan korek
dan memberikan kepada A)
Secara gramatikal (linguistik) pertanyaan A kepada B
hanyalah A ingin tahu apakah B punya korek atau tudak; tetapi secara pragmatik
mengandung pengertian bahwa A ingin meminjam korek untuk menyulut rokoknya.
Pengertian yang terkandung didalam ujaran dalam kajian pragmatik pertanyaan A
kepada B itu bukan berisi makna melainkan berisi maksud. Tampak B memahami
maksud pertanyaan A sehingga selain menjawab “punya” juga sekaligus
mengeluarkan dan memberika korek kepada A.
Karena pragmatik itu mengkaji maksud ujaran dan bukan makna
ujaran, maka ada pakar yang mengatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai
hubungan antara lambang dengan penafsiran (Poerwo 1990;15). Yang dimaksud
dengan lambang disini adalah satuan ujaran, entah berupa satu kalimat atu lebih
yang membawa pengertian seperti yang dimaksud oleh penutur maupun lawan tutur.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata
bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian.
Banyak pakar yang membuat definisi tentang bahasa dengan pertama-tama
menonjolkan segi fungsinya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang
digunakan oleh para anggota kelompok untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri.
Masalah
lain yang berkenaan dengan pengertian bahasa adalah sebuah tuturan disebut
bahasa, yang berbeda dengan bahasa lainnya; bilamana hanya dianggap sebagai
variasi dari suatu bahasa. Dua buah tuturan bisa disebut sebagai dua bahasa
yang berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan
politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua buah bahasa
yang berbeda, kalau anggota-anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak
saling mengerti. Karena rumitnya menetukan suatu parole bahasa atau bukan,
hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada
angka yang pasti berupa jumlah bahasa yang ada di dunia ini.
Berdasarkan pembahasan pembahasan diatas dapat kami
simpulkan jika Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi
manusia. Memang manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi,
tetapi tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik diantara
alat-alat komunikasi lainnya. Dalam setiap komunikasi manusia saling
menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,
maupun emosi secara langsung.
Peristiwa tutur adalah terjadinya
atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih
yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok
tuturan, didalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan
unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar, atau penulis, pembaca,
serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya tindak tuturdigunakan oleh beberapa
disiplin ilmu. Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah
tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujua
B. Saran
Diharapkan
agar para siswa/mahasiswa lebih memahami akan fungi bahasa dan tutur, agar
mereka menjadi penutur dengan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan etika
dan kaidahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan
Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta
Muktadil, Syarotul.
Selasa, 19 Juni 2012. Bahasa dan Tutur [online]. http://syarotul26muktadil.blogspot.com/2012/06/bahasa-dan-tutur.html. 29 Maret 2014
Himai,
Mahliana. Senin, 12 Desember 2011. Makalah Sosiolinguistik (Bahasa dan Tutur,
Verbal Refertoire) [online]. http://mahliana-himai.blogspot.com/2011/12/makalah-sosiolinguistik-bahasa-dan.html.
29 Maret 2014
No comments:
Post a Comment