https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: BAHASA DAN TUTUR https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Friday, July 11, 2014

BAHASA DAN TUTUR

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa adalah alat interaksi sosial atuau alat komunikasi manusia yang digunakan dalam masyarakat. Dalam setiap komunikasi di dalam masyarakat manusia saling menyampaikan informasi, yang berupa pikiran, gagasan, maupun emosi secara langsung. Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia (penutur). Bahasa dan tutur saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.
Dalam berkomunikasi yang baik harus ada interaksi dua arah antara penutur dan mitra tutur, interaksi dua arah dalam berkomunikasi merupakan suatu respon yang ditunjukkan oleh si mitra tutur. Respon tersebut bisa berupa respon positif maupun respon negatif. Respon ujaran yang diberikan oleh mitra tutur merupakan dampak dari ujaran pesan yang disampaikan penutur.
Bahasa adalah wahana komunikasi (untuk semua orang dalam suatu masyarakat), dan tutur adalah penggunaan wahana itu oleh seseorang pada suatu kejadian tertentu. Jelasnya, bahasa adalah sandi (kode) sedangkan tutur adalah  penyandian (enkode), yaitu penggunaan sandi dengan isi makna tertentu, oleh penutur, yang kemudian didekodekan (ditafsirkan maknannya) oleh pendengar.
Tutur adalah penggunaan bahasa oleh satu orang dalam situasi yang khas (spesifik), suatu tindakan individual. Sebaliknya bahasa menguasai individu karena bahasa menjadi milik dan kelengkapan masyarakat secara luas. Bahasa dapat bertindak sebagai alat komunikasi hanya jika bahasa itu secara mendasar sama bagi semua penutur. Bahasa adalah lembaga sosial.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1.      Apakah yang dimaksud dengan hakikat bahasa?
2.      Bagaimana pandangan para ahli terhadap bahasa?
3.      Apa yang dimaksud dengan sediaan bahasa dan apa saja yang termasuk dalam sediaan bahasa?
4.      Apakah yang dimaksud dengan tuturan?
C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka ada beberpa tujuan yaitu sebagai berikut.
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sosiolinguistik” dari dosen Drs. H. Didin Sahidin, M. Pd.
2.      Untuk mengetahui dan memahami hakikat bahasa.
3.      Untuk mengetahui dan memahami pandangan para ahli mengenai bahasa.
4.      Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan sediaan bahasa dan beberapa jenisnya.
5.      Untuk mengetahui dan memahami tuturan.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Bahasa
Dalam kajian linguistik umum bahasa, baik sebagai langage maupun langue, lazim didefinisikan sebagai sebuah sistem lambing bunyi yang bersifat arbiter yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi atau alat interaksi sosial. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistematis artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon.
Sebagai lambang artinya, seperti satuan bahasa seperti kata dan kalimat, tentu ada yang dilambangkannya. Kemudian karena lambang bahasa itu berupa bunyi, maka lambang bahasa yang berbunyi [air] digunakan untuk melambangkan atau menandai ‘sejenis zat cair yang biasa digunakan sehari-hari’ (seperti mandi, minum, masak, mencuci, dan lain-lain).
Lambang bahasa itu bersifat arbiter. Artinya tidak ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkan. Jadi, kalau ditanyakan “mengapa zat cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari” disebut atau dilambangkan dengan bunyi [air].
Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbiter,tetapi juga bersifat konvensional. Artinya, artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannnya. Misalnya lambang [kuda] hanya digunakan untuk menyatakan ‘sejenis binatang yang berkaki empat yang biasa dikendarai’ dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti telah melanggar konvensi itu.
Bahasa itu bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hamper tidak terbatas.
Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi.
Bahasa itu beragam, artinya, meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang social dan kebiasaan yang berbeda maka bahasa itu menjadi beragam.
Bahasa itu bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif  dan tidak dinamis.
B.     Pengertian dan Definisi Bahasa Menurut Para Ahli
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sabagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi (http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks intersubjektif (Bill Adams dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis (Wittgenstein dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain (Ferdinand De Saussure dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut (Plato dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama (Bloch & Trager dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa adalah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia (Carrol dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman (Sudaryono dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu (William A. Haviland dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494).
C.     Sediaan Bahasa
Yang tersedia dalam setiap bahasa adalah kata-kata (kosakata) kalimat-kalimat, ungkapan-ungkapan, majas-majas dan unsur-unsur suprasegmental.
1.      Kata-kata
Kata-kata yang pertama-tama disediakan oleh bahasa agar kita dapat berinteraksi dalam suatu pertuturan adalah kata atau kata-kata. Kata-kata ini berasal dari lambang-lambang bunyi yang digunakan untuk melambangkan suatu keadaan dan konsep yang dilambangkan oleh suatu lambang bunyi adalah yang lazim disebut makna. Jadi, apabila lambang bunyi itu disebut kata maka konsep yang dilambangkannya disebut makna. Dengan dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa setiap kata memiliki makna.
Dalam realitasnya ada kata-kata yang maknanya berdekatan (bersinonim), bisa karena:
a)      faktor objeknya, seperti kata ‘mati’ yang objeknya bias manusia, bisa binatang, sedangkan kata ‘meninggal’ atau ‘wafat’ objeknya hanya manusia.
b)      Faktor sosial. Misalnya, kata ‘bini’ atau ‘istri’ maknanya berdekatan. Namun, ada perbedaannya: kata ‘bini’ digunkan untuk kelas social rendah sedangkan kata ‘istri’ untuk kelas sosial atas.
c)      Faktor nuansa. Misalnya, kata ‘melirik’ yang berarti melihat dengan sudut mata; kata’melotot’ berarti melihat dengan mata terbuka lebar; dan mengintip melihat melalui celah-celah sempit.
d)     Faktor rasa kesantunan. Umpanya deretan kata-kata berikut semakin kebawah semakin lebih santun.
Mampus
Mati
Meninggal
Berpulang
Tutup usia
Ada juga kata-kata yang maknanya saling bertentangan atau berkebalikan (berantonim):
a)      Secara mutlak. Seperi kata mati x hidup, disebut kebalikan mutlak karena yang sudah mati pasti tidak hidup dan yang masih hidup pasti belum mati.
b)      Secara bergradasi. Seperti kata mahal x murah. Disebut bergradasi karena batas antara mahal dan murah itu tidak bisa ditetapkan. Sesuatu yang mahal bagi seseorang mungkin saja bisa murah, lebih murah, atau sangat murah bagi otang lain.
c)      Secara relasional. Seperti kata suami dan kata istri. Suami dan istri ini bersifat relasional, tidak akn ada suami kalau tidak ada istri, juga sebaliknya.
Banyak juga kata yang tidak punya pasangan kebalikannya sehingga untuk mewadahi konsep kebalikan digunkan kata ingkar tidak atau bukan. Umpanya kata mandi dan tidak mandi, kata sirop dan bukan sirop, dan sebagainya.
Ada kata juga kata-kata yang maknanya mencakup sejumlah makna kata-kata lain seperti kata ikan yang maknanya mencakup makna kata-kata tongkol, kakap, ter,  tuna, dan lain-lain.
2.      Kalimat-kalimat
Kalimat adalah satuan ujaran atau tuturan yang berisi pengertian yang lengkap karena ada subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Ada empat jenis kalimat:
a)      kalimat pernyataan (deklaratif) adalah kalimat yang di ujarkan oleh seorang penutur hanya dengan maksud untuk menjadi perhatian saja bagi pendengar atu lawan tutur.
b)      Kalimat pertanyaan (interogatif) adalah kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur dan dengan harapan agar pendengar atau lawan tutur memberi jawaban dalam bentuk ujaran juga.
c)      Kalimat perintah (imperatif) adalah kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur dan dengan harapan agar pendengar memberi reaksi dalam bentuk tindakan secara fisik.
d)     Kalimat seruan (interjektif) adalah kalimat yang di ujarkan oleh seorang penutur  untuk menyatakan perasaan emosinya.
3.      Ungkapan-ungkapan
Ungkapan adalah satuan bahasa yang terdiri dari sebuah kata atau lebih, tetapi maknanya tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya ungkpan ‘membanting tulang’ yang berarti kerja keras. Kata ‘kerja keras’ tidak punya hubungan dengan kata ‘membanting’ dan kata ‘tulang’.
Banyak ungkapn yang teras lebih santun daripada sebuah kata yang memiliki konsep makna yang sama dengan makna ungkapan itu, misalnya deretan kata-kata berikut semakin kebawah semakin lebih santun.
Bunting
Hamil
Mengandung
Duduk perut
Berbadan dua
4.      Majas-majas
Bahasa juga menyediakan majas atau gaya bahasa untuk digunakan dalam pertuturan. Dengan menggunakan majas pertuturan bisa lebih santun. Majas adalah bahasa kias atau pengungkapan gaya bahasa yang dalam pemakaiannya bertujuan untuk memperoleh efek-efek tertentu. Ada beberapa macam majas seperti majas:
a)      Majas Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku atau Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah )
b)      Majas Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.ah mencapai langit. Contoh: Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
c)      Majas Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Atau yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup. Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting.
5.      Unsur Suprasegmental
Unsur  suprasegmental ini berupa tekanan kata atau tekanan kalimat; nada, yakni turun naiknya bunyi; jeda yaitu mengenai adanya perhentian bunyi; dan durasi yaitu mengenai panjang pendeknya bunyi. Secara umum semuanya bisa dirangkum dalam istilah intonasi kalimat. Intonasi yang bebeda dapat menyebabkan makna kalimat berbeda. Contoh “kucing makan tikus mati” kalau diberi tekanan berbeda seperti:
a)      Kucing/ makan tikus mati:
Bermakna ada seekor kucing yang memakan  tikus yang sudah mati (bangkai tikus)
b)      Kucing makan/ tikus mati:
Bermakna ada seekor kucing yang sedang makan sesuatu, sementara di tempat lain ada tikus yang mati.
c)      Kucing makan tikus/ mati:
Bermakna ada seekor kucing yang mati setelah makan seekor tikus.
6.      Kinesik
Sebenarnya kinesik ini tidak disediakan oleh bahasa. Jadi, bukan merupakan perangkat dari bahasa, tetapi kinesik merupakan unsur yang sangat penting didalam pertuturan. Kinesik yang wujudnya berupa gerak-gerik tubuh, mimik muka, gerak-gerik kepala, tangan, dan dapat menggantikan maksud dari suatu tuturan. Misalnya “anggukan kepala” berate ‘persetujuan’ dan “gelengan kepala” berarti ‘penolakan.
D.    Tuturan
Peristiwa tutur (inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati pula dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Tuturan dapat dikatakan sebagai realisasi dari bahasa yang bersifat abstrak karena suatu penutur bahasa terdiri dari berbagai kelompok yang heterogen, mak tuturan dari suatu bahasa mejadi tidak seragam. Tuturan yang beragam itu mula-mula direkam lalu ditranskripsi dan kemudian dianalisis sehingga didapatkan kaidah-kaidah atau keteraturan mulai dari keteraturan sisitem bunyi bahasa (fonologi) keteraturan system pembentukan kata (morfologi), keteraturan system penyusunan kalimat (sintaksis), keteraturan system makna (semantik); dan keteraturan  lainnya.
Keteraturan-keteraturan komponen bahasa dikaji dalam ilmu yang disebut linguistic, maka bagaimana bahasa itu digunakan (dalam bentuk ujaran atau tuturan) dikaji dalam bidang ilmu yang disebut pragmatik. Pragmatic adalah ilmu yang mengkaji bagaimana satuan-satuan bahasa digunakan dalam pertuturan dalam rangka melaksanakan komunikasi. Acapkali didapati satuan bahasa yang di sajikan dalam rangka gramatika tidak sama maknanya dengan kalau satuan bahasa itu digunakan dalam pertuturan.
Contoh: pertuturan antara (A) yang menjadi penutur, dengan (B) yang menjadi lawan tutur.
A: punya korek?
B: punya nih (B mengeluarkan korek dan memberikan kepada A)
Secara gramatikal (linguistik) pertanyaan A kepada B hanyalah A ingin tahu apakah B punya korek atau tudak; tetapi secara pragmatik mengandung pengertian bahwa A ingin meminjam korek untuk menyulut rokoknya. Pengertian yang terkandung didalam ujaran dalam kajian pragmatik pertanyaan A kepada B itu bukan berisi makna melainkan berisi maksud. Tampak B memahami maksud pertanyaan A sehingga selain menjawab “punya” juga sekaligus mengeluarkan dan memberika korek kepada A.
Karena pragmatik itu mengkaji maksud ujaran dan bukan makna ujaran, maka ada pakar yang mengatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara lambang dengan penafsiran (Poerwo 1990;15). Yang dimaksud dengan lambang disini adalah satuan ujaran, entah berupa satu kalimat atu lebih yang membawa pengertian seperti yang dimaksud oleh penutur maupun lawan tutur.





BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Banyak pakar yang membuat definisi tentang bahasa dengan pertama-tama menonjolkan segi fungsinya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.
Masalah lain yang berkenaan dengan pengertian bahasa adalah sebuah tuturan disebut bahasa, yang berbeda dengan bahasa lainnya; bilamana hanya dianggap sebagai variasi dari suatu bahasa. Dua buah tuturan bisa disebut sebagai dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua buah bahasa yang berbeda, kalau anggota-anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak saling mengerti. Karena rumitnya menetukan suatu parole bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berupa jumlah bahasa yang ada di dunia ini.
Berdasarkan pembahasan pembahasan diatas dapat kami simpulkan jika Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Memang manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik diantara alat-alat komunikasi lainnya. Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung.
           Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, didalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar, atau penulis, pembaca, serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya tindak tuturdigunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujua
B.  Saran
Diharapkan agar para siswa/mahasiswa lebih memahami akan fungi bahasa dan tutur, agar mereka menjadi penutur dengan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan etika dan kaidahnya.
















DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta
Muktadil, Syarotul. Selasa, 19 Juni 2012. Bahasa dan Tutur [online]. http://syarotul26muktadil.blogspot.com/2012/06/bahasa-dan-tutur.html. 29 Maret 2014
Himai, Mahliana. Senin, 12 Desember 2011. Makalah Sosiolinguistik (Bahasa dan Tutur, Verbal Refertoire) [online]. http://mahliana-himai.blogspot.com/2011/12/makalah-sosiolinguistik-bahasa-dan.html. 29 Maret 2014



No comments:

Post a Comment