https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: PELBAGAI VARIASI DAN JENIS BAHASA https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Friday, July 11, 2014

PELBAGAI VARIASI DAN JENIS BAHASA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sosiolinguistik adalah perkawinan antara sosiologi dan linguistic yang menghasilkan bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat.
Di dalam kehidupan di dunia ini banyak sekalivariasi-variasi bahasa yang dimiliki, khususnya di Indonesia yang kita cintai ini. Untuk lebih mengenal dan memahami keanekaragaman variasi dari bahasa ini, maka di sini kami mencoba untuk mengemukakan ha-hal yang perlu dikaji di dalam pemahaman ragam bahasa.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan variasi bahasa?
2.      Ragam variasi apa saja yang dikaji?
3.      Apa yang dimaksud dengan jenis bahasa?
4.      Berdasarkan apa saja jenis bahasa dapat dikaji?
C.     Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Sosiolinguistik adalah untuk menambah wawasan khususnya bagi kami para penyusun, umumnya bagi para pembaca yang ingin menambah pengetahuannya tentang variasi-variasi bahasa dan ragam bahasa yang ada.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan variasi bahasa.
2.      Untuk memahami ragam variasi bahasa.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jenis bahasa.
4.      Untuk memahami jenis-jenis bahasa.



BAB II
PEMBAHASAN
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana (1974) mendefenisikan sosiolinguistik sebagain cabang linguistic yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Kemudian dengan mengutip pendapat Fishman (1971: 4) Kridalaksana mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu ynag mempelajari ciri dan fungsi pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara bahasa dengan ciri dan fungsi itu dalam suatu masyarakat bahasa. 
A.    Variasi Bahasa
            Sebagai sebuah language sebuah bahasa mempunyai system dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun karena penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan menusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini buka hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogeny, tetapi juga karena kegiatan interalsi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Keragaman bahasa akan bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya, bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia; bahasa Arab yang luas wilayahnya dari Jabal Thariq di Afrika Utara sampai ke perbatasan Iran.
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua variasi atau ragam bahasa  itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Namun yang jelas variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat social.
1.      Variasi dari Segi Penutur
Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep iidiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan ‘’warna’’ suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah ‘’warna’’ suara itu, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bi8icaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya.
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Misalnya, bbahasa jawa dialek Banyumas memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang atau juga dialek Surabaya.
Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Yang mana variasai ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi maupun sintaksis.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau dsialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain-lainya. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasin bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar,slang, kolokial,jargon, argot, dan kent.
Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status dan kelas sosial para penuturnya maka muncul beberapa istilah yaitu;
a)      Akrolek yaitu variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada variasi sosial lainnya.
b)      Basilek yaitu variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dianggap rendah.
c)      Vulgar yaitu variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pemakaian bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar.
d)     Slang yaitu variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu.
e)      Kolokial yaitu variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
f)       Jargon yaitu variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu.
g)      Argot yaitu variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia.
h)      Ken yaitu variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek dan penuh dengan kepura-puraan.
2.      Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunalan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan,pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasai bahasa dalam bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Variasi bahasa atau ragam bahasa sastra biasanya menekankan penggunaan bahasa dari degi estetis, sehingga dipilihlah dan digunakanlah kosakata yang secara estetis memiliki ciri eufoni sastra dan daya ungkap paling tepat.
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan instruksi. Ragam bahasa ilmiah yang juga dekenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala macam metafora dan idiom. Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Dalam pembicaraan tentang register ini biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register berkenaan dengan masalah behasa itu digunakan untuk kegiatan apa.
3.      Variasi dari Segi Keformalan
Bardasarkan tingkat keformalan, dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris Style), yaitu gaya atau ragam beku, (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual) dan gaya atau ragam akrab (intimate). Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-uoacara resmi. Ragam usaha atau ragam konsulatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapata atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak reami uuntuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berkreasi, dan sebagainya. Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para peutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, atau antar teman yang sudah karib.
4.      Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapaat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis,atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni, misalnya, dalam bertelepon dan bertelegraf.
Umpanyanya kalau kita menyurujh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada di hadapan kita, maka lisan menunjuk atau mengarah pandangan pada kursi itu kita cukup mengatakan, ‘’ Tolong pindahkan ini!’’. Tetapi dalam bahasa tulis karena tiadanya unsur penunjuk atau pengarahan pandangan pada kursi itu, maka kita harus mengatakan, ‘ Tolong pindahkan kursi itu!’’. Jadi, dengan secara eksplisit menyebutkan kata kursi itu.
Ragam bahasa bertelepon sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa dalam telegraf sebenanrnya termasuk dalam ragam bahasa tulis; tetapi kedua macam sarana komunikasi itu mempunyai ciri-ciri dan keterbatasannya sendiri-sendiri, menyebabkan kita tidak dapat menggunakan ragam lisan dan  ragam tulis semau kita.
B.     Jenis Bahasa
            Penjenisan bahasa secara sosiolinguistik yaitu menjeniskan bahasa berkenaan dengan faktor-faktor eksternal bahasa yaitu faktor sosiologis, politis dan kultural yang tentunya tidak sama dengan penjenisan secara geneologis maupun tipologis yang menjeniskan bahasa berkenaan dengan ciri-ciri internal bahasa itu.
1.      Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis
            Penjenisan berdasarkan faktor sosiologis artinya penjenisan ini tidak terbatas pada struktur internal bahasa tetapi juga berdasarkan faktor sejarahnya, kaitannya dengan sistem linguistik lain dan pewarisan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
            Stewart menggunakan empat dasar untuk menjeniskan bahasa-bahasa secara sosiologis yaitu:
a)      Standardisasi atau pembakuan adalah adanya kondifikasi dan penerimaan terhadap sebuah bahasa oleh masyarakat pemakai bahasa itu akan seperangkat kaidah atau norma yang menentukan pemakaian bahasa yang benar. Jadi, standardisasi ini mempersoalkan apakah sebuah bahasa memiliki kaidah-kaidah atau norma-norma yang sudah dikondifikasikan atau tidak yang diterima oleh masyarakat tutur dan merupakan dasar dalam pengajaran bahasa baik sebagai bahasa pertama maupun bahasa kedua.
b)      Otonomi atau keotonomian yaitu bila sistem linguistik memiliki kemandirian sistem yang tidak berkaitan dengan bahasa lain. Jadi, kalau dua sistem linguistik atau lebih tidak mempunyai hubungan kesejarahan, maka berarti keduanya memiliki keotonomian masing-masing.
c)      Historis atau kesejarahan yaitu bila diketahui atau dipercaya sebagai hasil perkembangan yang normal pada masa yang lalu serta berkaitan dengan tradisi dan etnik tertentu. Jadi, faktor historis mempersoalkan apakah sistem linguistik itu tumbuh melalui pemakaian oleh kelompok etnik atau sosial tertentu atau tidak.
d)     Vitalitas atau keterpakaian yaitu pemakaian sistem linguistik oleh suatu masyarakat penutur asli yang tidak terisolasi. Jadi, unsur vitalitas ini mempersoalkan apakah sistem linguistik tersebut memiliki penutur asli yang masih menggunakan atau tidak.
            Jenis bahasa vernakular menurut Pei dan Gaynor adalah bahasa umum yang digunakan sehari-hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, yang bisa dibedakan dari bahasa sastra yang dipakai terutama di sekolah-sekolah dan dalam kesusastraan yang ditandai dengan memiliki ciri otonomi, historis dan vitalitas tetapi tidak mempunyai standardisasi.
            Jenis bahasa yang disebut dialek memiliki ciri vitalitas dan historisitas tetapi tidak memiliki ciri standardisasi dan otonomi sebab keotonomian bahasa itu berada di bawah langue bahasa induknya.
Bahasa yang berjenis kreol hanya memiliki vasilitas, tidak memiliki ciri standardisasi, otonomi dan historis. Pada mulanya sebuah kreol berasal dari bahasa pijin yang dalam perkembangannya digunakan pada generasi berikutnya, sebagai satu-satunya alat komunikasi vebal yang mereka kuasai.
            Bahasa berjenis pijin tidak memiliki keempat dasar penjenisan. Bahasa jenis ini terbentuk secara alami di dalam suatu kontak sosial yang terjadi antara sejumlah penutur yang masing-masing memiliki bahasa ibu. Sebuah pijin biasanya terjadi di kota-kota pelabuhan tempat bertemunya pedagang dan pelaut dari berbagai bangsa dan atau suku bangsa yang berlainan dengan bahasa ibunya. Pijin terbentuk sebagai bahasa campuran dari bahasa pelaut dan pedagang itu, serta hanya digunakan sebagai alat komunikasi di antara mereka yang berbahasa ibu berbeda itu.
2.      Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik
            Berdasarkan sikap politik atau sosial politik, bahasa dibedakan menjadi:
a)      Bahasa nasional atau bahasa kebangsaan adalah kalau sistem linguistik itu diangkat oleh suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) sebagai salah satu identitas kenasionalan bangsa itu.
b)      Bahasa negara adalah sebuah sistem linguistik yang secara resmi dalam undang-undang dasar sebuah negara ditetapkan sebagai alat komunikasi resmi kenegaraan. Artinya, segala urusan kenegaraan, administrasi kenegaraan dan kegiatan-kegiatan kenegaraan dijalankan dengan menggunakan bahasa itu. Pemilihan dan penetapan sebuah sistem linguistik menjadi bahasa negara biasanya dikaitkan dengan keterpakaian bahasa itu yang sudah merata di seluruh wilayah negara itu.
c)      Bahasa resmi adalah sebuah sistem linguistik yang ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan seperti seminar, konferensi, rapat dan sebagainya.
d)     Bahasa persatuan pengangkatannya dilakukan oleh suatu bangsa dalam rangka perjuangan, di mana bangsa yang berjuang itu merupakan masyarakat yang multilingual. Kebutuhan akan adanya sebuah bahasa persatuan adalah untuk mengikat dan mempererat rasa persatuan sebagai satu kesatuan bangsa.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa bahasa nasional, bahasa negara, bahasa resmi dan bahasa persatuan di Indonesia mengacu pada satu sistem linguistik yang sama yaitu bahasa Indonesia.
3.      Jenis Bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehan
            Berdasarkan tahap pemerolehannya, bahasa dapat dibedakan menjadi:
a)      Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajarinya dan terjadi di lingkungan keluarga.
b)      Bahasa kedua (disingkat B2) yaitu bahasa lain yang dipelajari setelah memperoleh bahasa pertama.
c)      Bahasa ketiga (disingkat B3) yaitu bahasa lain yang dipelajari setelah memperoleh bahsa kedua.
d)     Bahasa asing akan selalu merupakan bahasa kedua bagi seorang anak. Di samping itu bahasa asing ini juga bersifat politis yaitu bahasa yang digunakan oleh bangsa lain.
4.      Lingua Franca
            Lingua franca adalah sebuah sistem linguistik yang digunakan sebagai alat komunikasi sementara oleh para partisipan yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda. Pemilihan satu sistem linguistik menjadi sebuah lingua franca adalah berdasarkan adanya kesalingpahaman di antara sesama mereka. Karena dasar pemilihan lingua franca adalah keterpahaman atau kesalingpengertian dari para partisipan yang digunakannya, maka bahasa apapun, baik sebuah langue, pijin maupun kreol dapat menjadi sebuah lingua franca.
                                                        











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa variasi bahasa dan masyarakat tutur merupakan bagian dari kajian sosiolinguistik.
Keragaman atau kevariasian bahasa bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang dilakukan sangat beragam. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Bahasa dipergunakan sesuai dengan strata – strata social tersebut, sehingga terbentuk variasi – variasi bahasa karena adanya pola bahasa yang sama,pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif yang dibatasi oleh makna tersebut, yang dipergunakan oleh penutur untuk berkomunikasi.
B.     Saran
Alangkah baiknya sebagai warga Indonesia yang baik maka kita harus selalu menjaga dan mempertahankan kebudayaan kita, salah satunya dengan menjaga dan mempertahankan pelbagai variasi dan jenis bahasa yang dimiliki. Alangkah baiknya pula semua warga Indonesia khususnya para siswa dan mahasiswa harus mengetahui pelbagai variasi dan jenis bahasa yang ada di Indonesia, karena akan mendapatkan manfaatnya dan mengetahui variasi dan jenis bahasa yang harus mereka gunakan pada suatu kedaan dan tempat tertentu.




DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul & Agustina Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gian Sugianto. Jumat, 15 Maret 2013. PELBAGAI VARIASI DAN JENIS BAHASA [online]. http://sugiantouir.blogspot.com/2013/03pelbagai-variasi-dan-jenis-bahasa.html?m=1. Selasa, 25 Maret 2014. 18:06.

No comments:

Post a Comment