https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: Karangan Kisahan/Narasi Tentang Kampung Halamanku Desa Daeyuhmanggung di KAB. Garut https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Monday, February 10, 2014

Karangan Kisahan/Narasi Tentang Kampung Halamanku Desa Daeyuhmanggung di KAB. Garut


Karangan Kisahan (narasi)
Karya: Riska Ramdiani
KAMPUNG HALAMANKU DESA DAYEUHMANGGUNG di KAB. GARUT
Ketika Adzan subuh berkumandang masyarakat Desa Dayeuhmanggung berbondong-bondong memadati masjid untuk melaksanakan kewajiban perintah Allah swt yaitu melaksanakan shalat subuh, setelah selesai shalat mereka mengadakan kultum dan pematerinya dari semua warga bergatian setiap hari.
Ketika matahari mulai meninggi dimulailah kehidupan masyarakat Desa Dayeuhmanggung. Beberapa orang mulai bersiap-siap untuk pergi bekerja, meski dalam lelahnya, dalam kantuknya, mereka tetap tersenyum mendesah disejuknya udara berharap mampu mengais lebih banyak rezeki dari hari sebelumnya dan tentunya berkah. Ada yang pergi berangkat kerja ke ladang sebagai petani, ada yang pergi berangkat sebagai pegawai Desa, pergi ke Sekolah untuk mengajar, dan lain sebagainya.
Disamping itu di rumah anak-anak ramai beranjak mandi, ada yang memakai air hangat ada pula yang memakai air dingin, berlama-lama di kamar mandi dan berteriak memanggil orangtuanya untuk mengambilkan handuk dan membuatkan sarapan untuknya, memakai seragam dengan terburu-buru, menyemprotkan parfum sampai menusuk hidung siapapun yang menciumnya, memakai kaos kaki dan sepatu dengan cepat. Lantas pamit mencium tangan kedua orangtuanya, sangat tergesa-gesa. Dan itu semua membuat orangtuanya kerepotan. Lantas para Ibu-ibu merapikan semua barang yang berantakan, menyapu, mengepel, mencuci baju, dan menyiapkan makanan untuk makan siang keluarga dengan keringat bercucurn dan tetap melukiskan senyum pada bibir indahnya. Di jalan terlihat  banyak ibu-ibu pergi ke warung untuk membeli menu masakan yang akan dimasaknya hari ini. Pemilik toko juga mulai membuka gerbang tokonya, membersihkan toko itu dengan suka cita berdoa lirih agar banyak pembeli. Tiap-tiap sekolah di Desa Dayeuhmanggung kini ramai sekali banyak anak-anak yang berlalulalang memasuki kelas bersiap-siap mendapatkan ilmu yang akan disampaikan oleh pengajarnya.
Salah satu rutininas masyarakat Desa Daeyuhmanggung adalah setiap hari rabu mereka pergi ke Masjid untuk mengikuti acara pengajian yang rutin dilakukan setiap minggunya, mulai pada pukul 13.00-15.00 wib. Kemudian pada rabu malam dan jumat malam pun mereka selalu mengadakan pengajian rutin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt juga mempererat tali silaturahmi. Mereka duduk rapih di masjid mendengarkan penceramah, kemudian bertanya tentang hal yang belum mereka ketahui. Kemudian pada hari kamis pada pukul 13.00-15.00 wib diadakan pengajian Nasyiatul Aisyiah, pengajian itu dilakukan oleh para remaja Desa Dayeuhmanggung. Dan setiap hari Jumat pagi para ibu-ibu membersikan masjid secara bergantian sesuai dengan jadwal piketnya. Para kaum remaja di Desa Dayeuhmanggung pun begitu sangat aktif, mereka selalu mengadakan bermacam-macam kegiatan setiap memperingati hari-hari besar, seperti hari Ibu, maulid Nabi, pesantren kilat di bulan ramadhan, dan lain sebagainya.
Begitu halnya dengan Bapak Ehep Hidayat, dia selalu rutin mengikuti pengajian-pengajian tersebut. Bapak Ehep Hidayat adalah salah satu tokoh masyarakat Desa Dayeuhmanggung, beliau lahir pada tanggal 16 Januari 1955 dan kini usianya 58 tahun. Beliau adalah sosok seseorang yang patut dicontoh dan selalu dihormati oleh warga Desa Dayeuhmanggung.  Beliau sangat bangga atas pemberian kedua orangtuanya yang memberikan nama kepadanya “Ehep Hidayat”, meski pun beliau tidak tau apa arti sebenarnya “Ehep” namun beliau tau bahwa arti dari “Hidayat” itu adalah petunjuk, semenjak beliau berusia tujuh tahun beliau bertekad mempunyai visi dan misi sesuai dengan namanya itu. Dia ingin menjadi petunjuk bagi semua umat dalam Rida Allah swt. Beliau anak pertama dari enam bersaudara. Beliau mulai sekolah SD pada tahun 1962 di SD Desa Dayeuhmanggung, beliau sangat mencintai atas kesibukannya pada waktu itu. Meski tak ada penerangan lampu, pada waktu itu hanya ada penerangan dari obor beliau tetap semangat selalu belajar mengulang materi yang diterima di Sekolah pada malam hari seusai shalat isya. Beliau adalah anak selalu mmbanggakan kedua orantuanya, sesuai pulang sekolah beliau selalu membantu kedua orangtuanya di ladang, beliau tidak pernah meunjukan kegelisahan atau pun rasa capai kepada kedua orangtua dan ke-lima adiknya. Waktu terasa begitu cepat akhirnya beliau lulus SD dengan hasil terbaik, dan kedua orangtuanya tersenyum bangga memiliki anak seperti beliau. Namun, beliau tidak berniat untuk melanjutkan sekolah SMP dikarenakan beliau ingin membantu kedua orangtuanya mencari uang untuk biaya ke-lima adiknya bersekolah.
Setelah beliau beranjak dewasa, tepatnya pada usia 20 tahun beliau bertekad ingin mengadu nasib melakukan perubahan pada hidupnya dan juga keluarganya. Beliau pergi ke Jakarta, ke Bandung, bahkan sampai ke Sumatra, beliau mencari uang sebagai buruh harian. Meski dalam lelahnya, dalam rindu yang tak tertahankan kepada keluarganya, beliau tetap semangat bekerja sebagai buruh harian, mengumpulkan uang untuk diberikan kepada keluarga tercintanya. Bahkan ketika beliau sebagai buruh di Bandung dan di Jakarta beliau ditawari oleh masyarakat untuk mengajar ngaji anak-anak  seusai shalat magrib, dan beliau dengan suka cita menerima tawaran itu. Beliau melakukannya dengan ikhlas, berharap agar allah swt melihatnya bahwa meski beliau sibuk dalam urusan duniawi beliau tidak akan pernah melupakan pesan kedua orangtuanya agar tidak meninggalkanshalat lima waktu dan juga kewajibannya beribadah kepada Allah swt.
Pada usia 22 tahun beliau memutuskan untuk pulang ke kampung kelahirannya, karena beliau sungguh merasakan rasa rindu yang maha hebat kepada keluarga tercintanya. Kemudian pada usia itu beliau memutuskan untuk menikah dengan serang wanita yang beliau anggap akan menjadi malaikat bagi anak-anaknya kelak, beliau menikah dengan seorang wanita 3 tahun lebih muda darinya. Wanita yang sangat beruntung itu bernama Lilis. Kemudin pada usia pernikahan mereka memasuki umur dua tahun, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Siti mulyani, setelah Siti mulyani anak pertamanya berusia tujuh tahun beliau pun dikaruniai anak perempuan lagi yang diberi nama Imas. Lngkap sudah kebahagaan beliau juga keluarganya, namun biaya kehidupan pun semakin bertambah. Lantas beliau memutuskan untuk membuat bumbu-bumbuan seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, dan lain-lain, karena upah menjadi buruh tidak cukup untuk membiayai istri dan kedua anaknya itu. Proses pembuatan bumbu-bumbu itu pun selalu dibantu oleh istri dan kedua anaknya. Seusai bumbu-bumbu itu dibungkus, beliau langsung bergegas menjual bumbu itu dengan dimasukkan ke dalam karung dan di gendongnya mengelilingi Desa Dayeuhmanggung berbisik lirih semoga banyak yang membeli. Bahkan beliau sempat mengalami hal yang kurang menyenangkan ketika berdagang bumbu dengan menggendong karung, pada waktu itu beliau sedang melewati salah satu rumah besar dan menawari bumbu kepada pemilik rumah itu, namun yang terjadi sebelum beliau menawari bumbu itu sang pemilik rumah sudah memaki-makinya mengira beliau adalah seseorang yang ingin meminta-minta. Beliau saat itu tidak berkata apa-apa, namun beliau berdoa semoga sang pemilik rumah tadi dibukakan hatinya agar mampu menghargai orang lain meski status soialnya lebih rendah darinya. Dan beliau bertekaddalam hatinya, beliau tidak akan pernah membuat atau membiarkan nasib anak-anaknya kelak mengalami hal pahitnya kehidupan seperti apa yang beliau rasakan, beliau bertekad untuk menyekolahkan anak-anaknya sampi perguruan tinggi agar mereka sukses danmerasakan indahnya kebahagiaan dan nikmat Allah swt. Setelah beberapa bulan usaha bumbunya pun berjalan dengan lancar, dan beliau memutuskan untuk berdagang bumbu sampai keluar kampung dengan memakai sepeda, dan setelah dua tahun berjalannya usaha itu akhirnya beliau membeli sepeda motor dan berjualan dengan sepeda motor, berjualan lebih jauh dari kampung ke kampung, dan beliau sangat mencintai rutinitas itu. Dari usaha bumbu itulah beliau mampu membiayai hidup istri dan kedua anaknya bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi.
Kemudian pada tahun 2004 beliau memutuskan untuk berhenti berdagang bumbu, karena beliau ditawari untuk menjadi pegawai di Desa Dayeuhmanggung. Disamping itu kedua anak beliau kini telah menikah dan sukses sesuai engan apa yang beliau harapkan dulu, dan beliau pun dikaruniai anak perempuan lagi yang bernama Elsa. Dan hingga sekarang beliau masih menjadi salah satu pegawai di Desa Dayeuhmanggung, dan disela-sela kesibukannya beliau sibuk dengan menjadi seorang lebe. Dan beliau sangat beryukur atas takdir Allah swt yang telah memberikan nikmat dan karunianya yang lebih dari cukup kepadanya. Semua jerih payah, pahit manis dalam hidupnya dulu kini tak sia-sia, dia mempunyai segalanya, orangtua yang kini tak susah seperti dulu bahagia melihat anak-anaknya sukses, meski ayahnya telah meinggalkannya terlebih dahulu dan belum sempat melihat anak kebanggannya seperti sekarang, ke-lima adik beliau yang kini mempunyai kebahagiaan yang sama dengannya, dan juga keluarga yang benar-benar sangat menyayanginya,
Di Desa Dayeuhmanggung bukan hanya Bapak Ehep Hidayat yang harus dicontoh, Ibu entang pun sangat patut untuk dicontoh. Ibu entang pun salah satu masyarakat Desa Dayeuhmanggung yang selalu aktif mengikuti pengajian dan kegiatan di Desa Dayeuhmanggung. Ibu entang lahir pada tanggal 20 April 1950, kini Ibu Entang berusia 63 tahun. Wanita paruh baya itu adalah sosok seorang perempuan yang mempunyai hati yang sangat lembut, meski beliau mempunyai segalanya namun beliau selalu hidup dalam kesederhanaan. Menurutnya bahagia tak selalu harus istimewa, karena bahagia itu sederhana. Dulu dalam masa-masa sulitnya ketika beliau berusia 20 tahun beliau selalu membantu kedua orangtuanya berjualan gorengan mengelilingi kampung Desa Dayeuhmanggung, sesekali beliau selalu menyeka keringat yang berucuran juga air mata yang menetes dari kelopak matanya, namun beliau selalu merasa bahagia karena beliau melakukan semua ini untuk kedua orangtua terintanya. Kemudian ketika beliau memasuki usia 21 tahun, beliau dijodohkan oleh kedua orangtuanya dengan seorang pria yang sangat gagah dan sama sederhananya seperti beliau. Setelah beliau menikah ketika usia pernikahannya memasuki usia enam bulan beliau dan suaminya dikaruniai seorang perempuan yang bernama Maryam. Beliau dan suaminya sangat bahagia dan menyayangi anak pertamanya itu, suaminya kini berprofesi sebagai pencukur rambut yang tersohor pada masa itu, banyak masyarakat yang selalu mencukur rambutnya pada beliau, selain hasil cukur rambutnya yang memuaskan beliau selalu harmonis dan ramah kepda setiap pelanggannya, dan beliau berprofesi masih berjualan gorengan. Namun kini beliau tidak lagi berjualan gorengan dengan berkeliling kampung, kini beliau berdagang di halaman rumahnya jadi beliau tidak terlalu capai dan bisa mengontrol anak semata wayangnya. Kehidupannya punberjalan seperti sehelai daun yang mengalir di dasar air sungai, mengayunkan berjalan lurus meski beberapa masalah menghampiri namun dengan begitu tegar beliau menjalaninya. Ketika semata wayangnya beranjak remaja, ketika lulus SMA anaknya mendapatkan perngahrgaan dengan hasil UN tertinggi dan terbaik sepanjang  tahun dan itu sangat membuat beliau dan suaminya sangat bahagia. Kemudian abeliau ingin sekali melanjutkan sekolah anaknya keperguruan lebih tinggi, namun ekonomi mereka sangatlah tidak cukup untuk membiayai anaknya melanjutkan sekolah keperguruan lebih tinggi lagi. Kemudian akhirnya Maryam pun berkata lembut kepada kedua orangtuanya bahwa dia tidak akan melanjutkan kuliah, Maryam akan membantu beliau berjualan di rumah, meringankan beban kedua orangtuanya. Setelah beberapa tahun Maryam membantu beliau dan suaminya, Maryam yang mempunyai kreatifitas dan cerdas, Maryam memasrkan gorengan buatan beliau ke pasar, dan kepada teman-temannya, dan tidak disangka ternyata masyararakat sangat menyukai gorengan beliau dan akhirnyabeliau memutuskan untuk membuat toko kecil-kecilan yang dinamai “gorengan maryam”, dan atas kesabaran dan usahanya toko gorengan maryam itu akhirnya sangat berkembang dengan pesat, beliau sering mendapatkan pesanandan itu hasilnya sangat menjanjikan. Kemudian disamping tu suami beliau dikarena kan semakin banyak pelanggan yang membutuhkan jasa suaminya, akhirnya mereka memutuskan untuk membuat salon kecul-kecilan dan tidak disangka usaha salon itu sangat berkembang pesat pula, pelanggan tetapnya semakin banyak dan bahkan sampai terkenal ke kota. Beliau dan suaminya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan lagi sekolah Maryam keperguruan lebih tinggi yaitu salah satu universitas di daerah Garut, dan itu merupakan kabar yng sangat membahagiaakan bagi Maryam. Dan Maryam pun mengikuti seleksi dan akhirnya Maryam diterima. Meski kini Ibu Entang dan Suaminya menghasilkan ekonomi yang sangat menjanjikan dan banyak orang yang menghargai mereka, Ibu Entang, suaminya, beserta Maryam selalu rendah hati dan berbagi kepada stiap orang yang membutuhkan. Hidupnya benar-benar sangat sederhana, meski mereka memiliki segalanaya.

No comments:

Post a Comment