dianalisis oleh: Riska Ramdiani
Indonesia-ku
Karya: Andri VB
Indonesia-ku,
Entah dimana engaku Indonesia-ku
Entah dimana kebanggaan itu dulu
Tercabik-cabik penuh peluh
Berdarah-darah dihujam peluru
Sampai kering air mata bunda pertiwi
Sampai hati kau puaskan ragawi
Sampai hati kau carut-marut noh-lijawi
Sampai hati kau makan hati orang mati
Indonesia-ku,
Siapakah yang tega berbuat ini padamu
Siapakah yang tega menorah luka yang
menganga penuh
Siapakah yang tega memenggal leher memburai
perut
Benarkah semua ini demi perseteruan tahta
Atau konflik antar etnis penyebabnya
Ataukah perburuan harta
Demi demokrasi katanya
Atau demi reformasi seutuhnya
Demi politik pastinya
Ataukah otonomi penyebabnya
Mereka tak ada yang mengerti, kawan
Tak mengerti mengapa semua ini tak
terselesaikan
Hanya engkau yang mengerti, saudara
Dulu kau bilang hanya engkaulah penyelamat
bangsa
Kemanakah kau saat ini?
Masih punyakah kau hati nurani
Masih adakah setitik niat murni
Ataukah hanya masih terlena
Bercengrama disinggah sana?
Indonesia-ku,
Masih adakah sisa air matamu ‘tuk esok
hari?
A. Parafrase puisi “Indonesia-Ku” karya Andri
VB
Sebuah kritik sosial seseorang terhadap
Negara Indonesia yang mulanya menilai bahwa Indonesia adalah Negara yang sangat
dibanggakan, namun kini kebanggaan itu entah dimana lagi letaknya. Mungkin kita
sebagai warga Indonesiapun merasakan hal yang sama seperti apa yang di
ungkapkan penyair dalam puisi tersebut, Indonesia memang patut dibanggakan, Indonesia
kaya akan budayanya, rempah-rempahnya, dan juga masyarakat Indonesia mempunyai
watak sopan santun, tapi kini harus dipertanyakan kembali apa lagi yang harus
dibanggakan? Kemana kebanggan yang dulu dibanggakan itu?
“Tercabik-cabik penuh peluh, Berdarah-darah
dihujam peluru
Dalam bait tersebut dapat diartikan bahwa kini
Indonesia telah hancur berantakan dengan segala permasalahan yang tak kunjung
terselesaikan, terkoyak-koyak keadaannya penuh dengan keringat yang sia-sia.
Bahkan sang bunda pertiwi pun sudah tak
mampu meneteskan air matanya lagi karena sangat begitu miris sekali melihat keadaan
Indonesia yang berantakan dengan masalah yang tak kunjung selesai, si aku tak
habis pikir bahwa sang pemimpin dengan teganya memuaskan dirinya sendiri tanpa
memperdulikan rakyatnya, membiarkan kemiskinan dimana-mana, bahkan sang
pemimpin begitu tega mengambil hak rakyatnya sendiri demi kepuasan dirinya
sendiri, bencana dimana-mana namun tak banyak bantuan yang diberikan oleh sang
pemimpin.
Si aku berusaha untuk menerka-nerka, dan
berusaha untuk mengerti apakah semua yang terjadi kebanggan yang telah hilang
itu apakah hanya demi perseteruan tahta, etnis, harta, demokasi, keutuhan
reformasi, politik, ataukah otonomi? Namun semuanya percuma, si aku dan rakyat
Indonesia tidak akan mampu mengerti dan menyelesaikan masalah yang saat ini
masih belum terselesaikan yang membuat mereka menderita, karena bagi si aku
hanya sang pemimpinlah yang mampu mengerti dan menyelesaikannya. Dan si aku
menantang, bahwa dulu sang pemimpin berjanji bahwa sang pemimpinlah sang mampu
meynyelamatkan bangsa ini, dan si aku mencoba untuk menagih janji sang pemimpin
dan bertanya dimanakah sang pemimpin saat ini, apakah dia masih mempunyai hati
nurani atau setitik niat murni untuk mencoba berusaha menyelesaikan masalah
yang begitu rumit ini, atau mungkin apakah sang pemimpin masih saja terlena
bersenang-senang dengan semua kekayaan yang seharusnya menjadi hak rakyatnya.
B. Analisis strata norma (roman ingarden)
puisi “Indonesia-ku” karya Andri VB
1. Lapis Suara (sound statum)
a. Pola persajakan
Indonesia-ku,
Entah dimana engaku Indonesia-ku
Entah dimana kebanggaan itu dulu
Tercabik-cabik penuh peluh
Berdarah-darah dihujam pelur
Pola persajakan dalam bait pertama adalah a-a-a-a-a.
Sampai kering air mata bunda pertiwi
Sampai hati kau puaskan ragawi
Sampai hati kau carut-marut noh-lijawi
Sampai hati kau makan hati orang mati
Pola persajakan dalam bait kedua adalah
a-a-a-a.
Indonesia-ku,
Siapakah yang tega berbuat ini padamu
Siapakah yang tega menorah luka yang
menganga penuh
Siapakah yang tega memenggal leher memburai
perut
Pola persajakan dalam bait ketiga adalah
a-a-a-a-a.
Benarkah semua ini demi perseteruan taht
Atau konflik antar etnis penyebabnya
Ataukah perburuan harta
Demi demokrasi katanya
Atau demi reformasi seutuhnya
Demi politik pastinya
Ataukah otonomi penyebabnya
Pola persajakan dalam bait keempat adalah
a-a-a-a-a-a-a.
Mereka tak ada yang mengerti, kawan
Tak mengerti mengapa semua ini tak terselesaikan
Hanya engkau yang mengerti, saudara
Dulu kau bilang hanya engkaulah penyelamat
bangsa
Kemanakah kau saat ini?
Masih punyakah kau hati nurani
Masih adakah setitik niat murni
Ataukah hanya masih terlena
Bercengrama disinggah sana?
Pola persajakan dalam bait kelima adalah
a-a-a-a-b-b-b-a-a.
Indonesia-ku,
Masih adakah sisa air matamu ‘tuk esok
hari?
Pola persajakan dalam bait ketujuh adalah
a-b.
b. Asonansi (bunyi vocal)
Dalam puisi ini terdapat asonasi yaitu pada bait kedua bari ke 2 dan 4.
Sampai hati kau
puaskan ragawi
Sampai hati kau
makan hati orang mati
2. Lapis Arti (units of meaning)
Dalam bait pertama si aku bertanya-tanya
seolah menantang bahwa si aku merasa kebanggan Indonesia kini telah hilang
entah kemana, yang ada hanya penderitaan, Negara Indonesia kini namanya telah
tercemar buruk akibat orang-rang di dalamnya. Negara Indonesia terkoyak-koyak
penuh dengan keringat yang tak berarti ditandai dengan pada kalimat:
“Tercabik-cabik penuh peluh, Berdarah-darah
dihujam peluru”
Dalam bait kedua dapat diartikan bahwa
semua orang yang ada di Indonesia sudah merasa kesal, letih, bosan, kesabarannya
sudah habis tidak bisa berkata atau berbuat apa-apa lagi. Para pemimpin bangsa
Indonesia selalu mementingkan kepuasannya sendiri tanpa memperdulikan
rakyatnya, dan para pemimpin memanfaatkan kekuasaannya untuk memperkaya diri tanpa
memperdulikan rakyat kecil.
Dalam bait ketiga dapat diartikan bahwa si
aku bertanya seolah menantang bahwa siapa yang sebenarnya telah tega membuat
Negara Indonesia yang begitu sangat si aku dan masyarakat Indonesia banggakan
menjadi seperti ini, hancur berantakan, membuat Negara Indonesia penuh dengan
kemiskinan, bencana dimana-mana tanpa adanya bantuan, hutang dimana-mana
sehingga membuat Negara Indonesia ini semakin miskin akan kekayaan alamnya.
Dalam bait keempat dapat diartikan
bahwa si aku berusaha menerka-nerka
apakah benar semua kehancuran hilangnya kebanggan Indonesia itu hanya demi
tahta, etnis, harta, demokrasi, keutuhan reformasi, politik, atau otonomi
penyebabnya. Sedangkan tidak memperdulikan rakyat kecil yang malah menjadi
penyebab dari semua masalah ataupun kepuasan para pemimpin.
Kemudian dalam bait terakhir dapat
diartikan bahwa menurut si aku yang mengetahui masalah yang terjadi di
Indonesia ini bukan rakyat, tapi merekalah sang pemimpin Negara, hanya mereka
yang mampu menyelesaikannya. Karena awalnya merekalah yang menjanjikan bahwa merekalah
sang pemimpin yang mampu meyelamatkan bangsa, namun menurut si aku semuanya
hanya angin berlalu. Si aku bertanya kepada sang pemimpin kemanakah dia saat
ini, apakah dia tidak mempunyai hati nurani untuk para reakyatnya yang telah
membuatnya kaya seperti ini? Ataukah sang pemimpin masih bersenang-senang
memuaskan dirinya sendiri.
3. Lapis Ketiga
a. Objek-objek yang ditemukan dalam puisi
Indonesia-ku karya Andri VB ini adalah Indonesia, bunda pertiwi, hati, ragawi,
orang mati, kawan, saudara, dan kau.
b. Pelaku atau tokohnya adalah si aku.
c. Latar suasananya adalah meneganggkan,
merasa tertekan, menantang.
d. Dunia pengarangnya adalah bahwa si aku
sangat membanggakan Indonesia, namun sekarang si aku merasa bahwa bahwa
Indonesia telah hancur berantakan, bahkan bunda pertiwipun sudah tak mampu lagi
meneteskan air mata karena betapa miris sekali melihat keadaan Indonesia. Si
aku pun menilai bahwa sang pemimpin dengan teganya menyimpan luka dihati para
rakyatnya yang amat pedih, si aku pun menilai bahwa sang pemimpin tega memakan
hati orang mati atau bias diartikan memakan hak orang lain atau rakyatnya hanya
untuk memuaskan ragawi dirinya sendiri. Dan menurut si aku tidak ada yang
mengerti mengapa semua masalah di Indonesia sampai saat ini tidak
terselesaikan, namun hanya sang pemimpinlah yang mampu mengerti
danmenyelesaikannya.
4. Lapis Keempat
Dipandang dari sudut pandang tertentu bahwa
Negara Indonesia si aku itu yang awalnya dibanggakan namun sekarang entah
dimana letak kebanggan itu, kelihatan dari kata-kata: Entah dimana kebanggaan
itu dulu (bait pertama). pada bait ketiga si aku bertanya-tanya bahwa siapakah
yang tega berbuat hal seperti ini yang membuat kebanggan itu hilang pada
Indonesia, sangat jelas terliht pada baris kedua: Siapakah yang tega berbuat
ini padamu. Pada bait keempat menyatakan
bahwa pemikiran/pendapat si aku menerka-nerka yang menjadi penyebab hilangnya
kebanggan pada Indonesia. Pada bait kelima menyatakan bahwa si aku menjelaskan
semua yang terjadi ini rakyat Indonesia tidak mampu memahami hanya sang
pemimpinlah yang memahami dan mampu meyelesaikan masalahnya. Si aku menagih
janji kepada sang pemimpin tentang apa yang dijanjikan sang pemimpin bahwa sang
pemimpinlah yang mampu menyelamatkan bangsa ini yang mungkin masih memunyai
hati nurani.
5. Lapis Kelima
Dalam puisi Indonesia-Ku karya Andri VB ini
berupa ketragisan hidup sebuah Negara dengan semua permasalahan yang tak
kunjung selesai, yang dulunya selalu dibangga-banggakan namun kini hancur
berantakan dan entah dimana lagi letak kebanggannya. Sekalipun si aku dan
rakyat Indonesia lainnya berusaha untuk mengerti dan menyelesaikannya percuma
semuanya akan sia-sia, karena hanya sang pemimpinlah yang mengerti dan mampu
menyelesaikannya. Keprihatinan seseorang terhadap Negaranya sendiri yang begitu
ia banggakan, namun kini bagaikan ada halilintar menyambar yang menghancurkan
Negara Indonesia beserta rakyatnya.
No comments:
Post a Comment