https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: Parafrase dan Analisis strata norma (roman ingarden) puisi “Indonesia-ku” karya Andri VB https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Monday, February 10, 2014

Parafrase dan Analisis strata norma (roman ingarden) puisi “Indonesia-ku” karya Andri VB

Parafrase dan Analisis strata norma (roman ingarden) puisi “Indonesia-ku” karya Andri VB
dianalisis oleh: Riska Ramdiani

 

Indonesia-ku
Karya: Andri VB

Indonesia-ku,
Entah dimana engaku Indonesia-ku
Entah dimana kebanggaan itu dulu
Tercabik-cabik penuh peluh
Berdarah-darah dihujam peluru

Sampai kering air mata bunda pertiwi
Sampai hati kau puaskan ragawi
Sampai hati kau carut-marut noh-lijawi
Sampai hati kau makan hati orang mati

Indonesia-ku,
Siapakah yang tega berbuat ini padamu
Siapakah yang tega menorah luka yang menganga penuh
Siapakah yang tega memenggal leher memburai perut

Benarkah semua ini demi perseteruan tahta
Atau konflik antar etnis penyebabnya
Ataukah perburuan harta
Demi demokrasi katanya
Atau demi reformasi seutuhnya
Demi politik pastinya
Ataukah otonomi penyebabnya

Mereka tak ada yang mengerti, kawan
Tak mengerti mengapa semua ini tak terselesaikan
Hanya engkau yang mengerti, saudara
Dulu kau bilang hanya engkaulah penyelamat bangsa
Kemanakah kau saat ini?
Masih punyakah kau hati nurani
Masih adakah setitik niat murni
Ataukah hanya masih terlena
Bercengrama disinggah sana?

Indonesia-ku,
Masih adakah sisa air matamu ‘tuk esok hari?



A.    Parafrase puisi “Indonesia-Ku” karya Andri VB
Sebuah kritik sosial seseorang terhadap Negara Indonesia yang mulanya menilai bahwa Indonesia adalah Negara yang sangat dibanggakan, namun kini kebanggaan itu entah dimana lagi letaknya. Mungkin kita sebagai warga Indonesiapun merasakan hal yang sama seperti apa yang di ungkapkan penyair dalam puisi tersebut, Indonesia memang patut dibanggakan, Indonesia kaya akan budayanya, rempah-rempahnya, dan juga masyarakat Indonesia mempunyai watak sopan santun, tapi kini harus dipertanyakan kembali apa lagi yang harus dibanggakan? Kemana kebanggan yang dulu dibanggakan itu?
“Tercabik-cabik penuh peluh, Berdarah-darah dihujam peluru
Dalam bait tersebut dapat diartikan bahwa kini Indonesia telah hancur berantakan dengan segala permasalahan yang tak kunjung terselesaikan, terkoyak-koyak keadaannya penuh dengan keringat yang sia-sia.
Bahkan sang bunda pertiwi pun sudah tak mampu meneteskan air matanya lagi karena sangat begitu miris sekali melihat keadaan Indonesia yang berantakan dengan masalah yang tak kunjung selesai, si aku tak habis pikir bahwa sang pemimpin dengan teganya memuaskan dirinya sendiri tanpa memperdulikan rakyatnya, membiarkan kemiskinan dimana-mana, bahkan sang pemimpin begitu tega mengambil hak rakyatnya sendiri demi kepuasan dirinya sendiri, bencana dimana-mana namun tak banyak bantuan yang diberikan oleh sang pemimpin.
Si aku berusaha untuk menerka-nerka, dan berusaha untuk mengerti apakah semua yang terjadi kebanggan yang telah hilang itu apakah hanya demi perseteruan tahta, etnis, harta, demokasi, keutuhan reformasi, politik, ataukah otonomi? Namun semuanya percuma, si aku dan rakyat Indonesia tidak akan mampu mengerti dan menyelesaikan masalah yang saat ini masih belum terselesaikan yang membuat mereka menderita, karena bagi si aku hanya sang pemimpinlah yang mampu mengerti dan menyelesaikannya. Dan si aku menantang, bahwa dulu sang pemimpin berjanji bahwa sang pemimpinlah sang mampu meynyelamatkan bangsa ini, dan si aku mencoba untuk menagih janji sang pemimpin dan bertanya dimanakah sang pemimpin saat ini, apakah dia masih mempunyai hati nurani atau setitik niat murni untuk mencoba berusaha menyelesaikan masalah yang begitu rumit ini, atau mungkin apakah sang pemimpin masih saja terlena bersenang-senang dengan semua kekayaan yang seharusnya menjadi hak rakyatnya.
B.     Analisis strata norma (roman ingarden) puisi “Indonesia-ku” karya Andri VB
1.      Lapis Suara (sound statum)
a.       Pola persajakan
Indonesia-ku,
Entah dimana engaku Indonesia-ku
Entah dimana kebanggaan itu dulu
Tercabik-cabik penuh peluh
Berdarah-darah dihujam pelur
Pola persajakan dalam bait pertama adalah a-a-a-a-a.
Sampai kering air mata bunda pertiwi
Sampai hati kau puaskan ragawi
Sampai hati kau carut-marut noh-lijawi
Sampai hati kau makan hati orang mati
Pola persajakan dalam bait kedua adalah a-a-a-a.
Indonesia-ku,
Siapakah yang tega berbuat ini padamu
Siapakah yang tega menorah luka yang menganga penuh
Siapakah yang tega memenggal leher memburai perut
Pola persajakan dalam bait ketiga adalah a-a-a-a-a.
Benarkah semua ini demi perseteruan taht
Atau konflik antar etnis penyebabnya
Ataukah perburuan harta
Demi demokrasi katanya
Atau demi reformasi seutuhnya
Demi politik pastinya
Ataukah otonomi penyebabnya
Pola persajakan dalam bait keempat adalah a-a-a-a-a-a-a.
Mereka tak ada yang mengerti, kawan
Tak mengerti mengapa semua ini tak terselesaikan
Hanya engkau yang mengerti, saudara
Dulu kau bilang hanya engkaulah penyelamat bangsa
Kemanakah kau saat ini?
Masih punyakah kau hati nurani
Masih adakah setitik niat murni
Ataukah hanya masih terlena
Bercengrama disinggah sana?
Pola persajakan dalam bait kelima adalah a-a-a-a-b-b-b-a-a.
Indonesia-ku,
Masih adakah sisa air matamu ‘tuk esok hari?
Pola persajakan dalam bait ketujuh adalah a-b.
b.      Asonansi (bunyi vocal)
Dalam puisi ini terdapat asonasi yaitu pada bait kedua bari ke 2 dan 4.
Sampai hati kau puaskan ragawi
Sampai hati kau makan hati orang mati
2.      Lapis Arti (units of meaning)
Dalam bait pertama si aku bertanya-tanya seolah menantang bahwa si aku merasa kebanggan Indonesia kini telah hilang entah kemana, yang ada hanya penderitaan, Negara Indonesia kini namanya telah tercemar buruk akibat orang-rang di dalamnya. Negara Indonesia terkoyak-koyak penuh dengan keringat yang tak berarti ditandai dengan pada kalimat:
“Tercabik-cabik penuh peluh, Berdarah-darah dihujam peluru”
Dalam bait kedua dapat diartikan bahwa semua orang yang ada di Indonesia sudah merasa kesal, letih, bosan, kesabarannya sudah habis tidak bisa berkata atau berbuat apa-apa lagi. Para pemimpin bangsa Indonesia selalu mementingkan kepuasannya sendiri tanpa memperdulikan rakyatnya, dan para pemimpin memanfaatkan kekuasaannya untuk memperkaya diri tanpa memperdulikan rakyat kecil.
Dalam bait ketiga dapat diartikan bahwa si aku bertanya seolah menantang bahwa siapa yang sebenarnya telah tega membuat Negara Indonesia yang begitu sangat si aku dan masyarakat Indonesia banggakan menjadi seperti ini, hancur berantakan, membuat Negara Indonesia penuh dengan kemiskinan, bencana dimana-mana tanpa adanya bantuan, hutang dimana-mana sehingga membuat Negara Indonesia ini semakin miskin akan kekayaan alamnya.
Dalam bait keempat dapat diartikan bahwa  si aku berusaha menerka-nerka apakah benar semua kehancuran hilangnya kebanggan Indonesia itu hanya demi tahta, etnis, harta, demokrasi, keutuhan reformasi, politik, atau otonomi penyebabnya. Sedangkan tidak memperdulikan rakyat kecil yang malah menjadi penyebab dari semua masalah ataupun kepuasan para pemimpin.
Kemudian dalam bait terakhir dapat diartikan bahwa menurut si aku yang mengetahui masalah yang terjadi di Indonesia ini bukan rakyat, tapi merekalah sang pemimpin Negara, hanya mereka yang mampu menyelesaikannya. Karena awalnya merekalah yang menjanjikan bahwa merekalah sang pemimpin yang mampu meyelamatkan bangsa, namun menurut si aku semuanya hanya angin berlalu. Si aku bertanya kepada sang pemimpin kemanakah dia saat ini, apakah dia tidak mempunyai hati nurani untuk para reakyatnya yang telah membuatnya kaya seperti ini? Ataukah sang pemimpin masih bersenang-senang memuaskan dirinya sendiri.
3.      Lapis Ketiga
a.       Objek-objek yang ditemukan dalam puisi Indonesia-ku karya Andri VB ini adalah Indonesia, bunda pertiwi, hati, ragawi, orang mati, kawan, saudara, dan kau.
b.      Pelaku atau tokohnya adalah si aku.
c.       Latar suasananya adalah meneganggkan, merasa tertekan, menantang.
d.      Dunia pengarangnya adalah bahwa si aku sangat membanggakan Indonesia, namun sekarang si aku merasa bahwa bahwa Indonesia telah hancur berantakan, bahkan bunda pertiwipun sudah tak mampu lagi meneteskan air mata karena betapa miris sekali melihat keadaan Indonesia. Si aku pun menilai bahwa sang pemimpin dengan teganya menyimpan luka dihati para rakyatnya yang amat pedih, si aku pun menilai bahwa sang pemimpin tega memakan hati orang mati atau bias diartikan memakan hak orang lain atau rakyatnya hanya untuk memuaskan ragawi dirinya sendiri. Dan menurut si aku tidak ada yang mengerti mengapa semua masalah di Indonesia sampai saat ini tidak terselesaikan, namun hanya sang pemimpinlah yang mampu mengerti danmenyelesaikannya.
4.      Lapis Keempat
Dipandang dari sudut pandang tertentu bahwa Negara Indonesia si aku itu yang awalnya dibanggakan namun sekarang entah dimana letak kebanggan itu, kelihatan dari kata-kata: Entah dimana kebanggaan itu dulu (bait pertama). pada bait ketiga si aku bertanya-tanya bahwa siapakah yang tega berbuat hal seperti ini yang membuat kebanggan itu hilang pada Indonesia, sangat jelas terliht pada baris kedua: Siapakah yang tega berbuat ini padamu.  Pada bait keempat menyatakan bahwa pemikiran/pendapat si aku menerka-nerka yang menjadi penyebab hilangnya kebanggan pada Indonesia. Pada bait kelima menyatakan bahwa si aku menjelaskan semua yang terjadi ini rakyat Indonesia tidak mampu memahami hanya sang pemimpinlah yang memahami dan mampu meyelesaikan masalahnya. Si aku menagih janji kepada sang pemimpin tentang apa yang dijanjikan sang pemimpin bahwa sang pemimpinlah yang mampu menyelamatkan bangsa ini yang mungkin masih memunyai hati nurani.
5.      Lapis Kelima
Dalam puisi Indonesia-Ku karya Andri VB ini berupa ketragisan hidup sebuah Negara dengan semua permasalahan yang tak kunjung selesai, yang dulunya selalu dibangga-banggakan namun kini hancur berantakan dan entah dimana lagi letak kebanggannya. Sekalipun si aku dan rakyat Indonesia lainnya berusaha untuk mengerti dan menyelesaikannya percuma semuanya akan sia-sia, karena hanya sang pemimpinlah yang mengerti dan mampu menyelesaikannya. Keprihatinan seseorang terhadap Negaranya sendiri yang begitu ia banggakan, namun kini bagaikan ada halilintar menyambar yang menghancurkan Negara Indonesia beserta rakyatnya.

No comments:

Post a Comment