https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: PEMEROLEHAN BAHASA (MLU) PADA ANAK BERUSIA 46 BULAN https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Tuesday, May 5, 2015

PEMEROLEHAN BAHASA (MLU) PADA ANAK BERUSIA 46 BULAN



PEMEROLEHAN BAHASA (MLU) PADA ANAK BERUSIA 46 BULAN
Oleh Riska Ramdiani
NIM 12211029
Kelas 3-A
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan sesama, dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan segala hal yang dipikirkannya. Sejak lahir, semua manusia sudah dibekali alat untuk berkomunikasi dan berbahasa. Ini merupakan sebuah realita bahwa semenjak dilahirkan anak telah mempunyai biologis untuk menunjang anak berbahasa, kemampuan biologis itu akan berkembang sesuai dengan pertumbuhan anak. Sejak lahir anak sudah bisa menangis, dan menangisnya itu memberikan beberapa makna, mungkin saja anak lapar, sakit, dan lain sebagainya.
Biasanya ada anak yang mampu memahami bahasa tetapi anak tersebut kesulitan untuk memproduksi bahasa, pun ada anak yang mampu memproduksi bahasa tetapi anak tersebut tidak memahami bahasa yang diproduksinya. Namun, biasanya anak lebih jauh mampu memahami daripada memproduksi bahasa dalam berkomunikasinya. Pemerolehan bahasa anak itu sangat ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor psiko kognitif, hal tersebut mampu berkembang dengan baik apabila didorong pula dengan lingkungan yang baik, tapi lingkungan hanya mendorong pada psiko kognitif anak.
Proses pemerolehan bahasa pada anak-anak merupakan satu hal yang perlu diteliti lebih mendalam. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupannya ketika dewasa, dan akan berpengaruh terhadap kognitif anak. Pemerolehan bahasa anak juga dipengaruhi oleh mental anak dan lingkungan anak, meski lingkungan anak berperan penting tapi lingkungan hanya mendukung apa yang sudah ada pada biologis manusia untuk mampu memahami dan memproduksi bahasa.
Pemerolehan bahasa anak adalah suatu proses yang sangat penting, sejauh mana anak mampu berkomunikasi dengan bahasa yang baik, sejauh mana anak mempunyai kosa kata untuk berkomunikasi.
Jumlah elemen yang mengandung arti dalam kalimat yang diucapkan anak dapat dapat diukur dengan Mean Length of Utterance (MLU). MLU merupakan satu konsep yang digunakan untuk mengukur produk linguistik yang dihasilkan oleh seseorang anak. Secara umum, penghitungan MLU dilakukan dengan membagi bilangan morfem dengan bilangan ujaran. Artinya, jumlah bilangan ujaran yang diperlukan ialah 50 atau 100 ujaran utama anak. Semakin tinggi MLU anak maka semakin tinggilah penguasaan berbahasa anak tersebut.
Pemerolehan bahasa anak itu dimulai dari keluarga, pendidikan, dan lingkungan. Pemerolehan bahasa pada anak cukup rumit, maka penelitian pemerolehan bahasa sangat penting terutamanya dalam bidang pengajaran bahasa. Pengetahuan tentang proses pemerolehan bahasa akan membantu menentukan keberhasilan dalam bidang pengajaran bahasa dan akan mempermudah untuk mengetahui bagaimana mempelajari bahasa yang baik dan membelajarkan anak dalam belajar bahasa dan lebih cepat mempunyai kosa kata.
Tidak sedikit para orang tua atau pun masyarakat yang tidak mengetahui sejauh mana anak mereka mampu memproduksi dan memahami bahasa, jika ini tidak diperbaiki pun tidak diperhatikan akan menjadi bumerang buruk bagi kehidupan anak ke depannya, kemungkinan jika anak telat atau kemampuan berbahasanya rendah ia akan terlambat dalam berbahasa sehingga mempersulit dalam berkomunikasi.
Permasalahan dalam peneitian ini difokuskan pada pemerolehan semantik anak, karena tidak semua anak mempunyai pemerolehan bahasa yang sama, maka peneliti akan meneliti pemerolehan bahasa anak pada usia tiga tahun 10 bulan yang bernama Kezia Saski Rizkiyah.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut ini.
1)      Berapakah panjang rata-rata ucapan anak usia tiga tahun 10 bulan?
2)      Apakah panjang rata-rata  tuturan anak  tersebut  telah sesuai dengan usianya?
3.      Tujuan Masalah
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai beberapa tujuan masalah, yaitu sebagai berikut ini.
1)      Berapakah panjang rata-rata ucapan anak usia 3 tahun 6 bulan?
2)      Apakah panjang rata-rata  tuturan anak  tersebut  telah sesuai dengan usianya?
B.     Kajian Teori
1.      Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memeroleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia mempelajari bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.
Setiap anak yang normal akan belajar bahasa pertama (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertamanya dan proses itu terjadi hingga kira-kira umur lima tahun (Nababan, 1992:72).  Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar memperoleh sesuatu bahasa, yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya, kecuali ada gangguan pada anak tersebut.
Proses pemerolehan bahasa merupakan suatu hal yang kontroversial antara para ahli bahasa. Permasalahan yang diperdebatan antara para ahli adalah pemerolehan bahasa yang bersifat nuture dan nature (Dardjowidjojo, 2010:235).
Chomsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa tidak hanya didasarkan pada nurture, tetapi  nature. Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong atau tabula rasa, tetapi anak telah dibekali dengan sebuah alat yang dinamakan peranti pemerolehan bahasa. Setiap anak terbukti memiliki kesamaan dalam pemerolehan bahasa dan melewati proses yang sama dalam menguasai bahasa masing-masing. (Dardjowidjojo, 2010:236).
Kontroversi tersebut terus berlanjut walaupun sebagian ahli ada yang sependapat dengan Chomsky, tetapi faktor nurture juga tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Nature diperlukan karena bekal kodrati makhluk tidak mungkin dapat berbahasa. Nurture juga diperlukan karena tanpa adanya input dari alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud.
2.      Perkembangan Sintaksis
Pemerolehan sintaksis pada anak-anak dimulai pada usia kurang dari 2:0 tahun. Pada usia tersebut anak sudah bisa menyusun kalimat dua kata atau lebih two word utterance ‘Ujaran Dua Kata’ (UDK). Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah. Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas. UDK sintaksisnya lebih kompleks dan semantiknya juga semakin jelas (Dardjowidjojo, 2010:248). Ciri lain dari UDK adalah kedua kata tersebut adalah kata-kata dari kategori utama, yaitu nomina, verba, adjektiva, dan adverbia.
Menurut Brown (dalam Dardjowidjojo, 2010:249) anak usia 2;0 telah menguasai hubungan kasus-kasus dan operasi-operasi seperti pelaku-perbuatan (FN-FV), pelaku-objek (FN-FN), perbuatan-objek (FV-FN), perbuatan-lokasi (FV-FAdv), pemilik-dimiliki (FN-FV), objek-lokasi (FN-FAdv), atribut-entitas, nominative, minta ulang, tak-ada lagi. Walaupun, maknanya sudah jelas tetapi setiap ujaran anak harus disesuaikan dengan konteksnya.
3.      Pengukuran Mean Length of Utterance (MLU)
MLU adalah rata-rata jumlah morfem yang dihasilkan anak untuk setiap tuturannya. MLU digunakan untuk mengukur perkembangan sintaktik anak. Semakin tinggi perkembangan pemerolehan bahasanya, semakin besar pula jumlah morfem yang bisa dihasilkan anak dalam satu kali ujaran. Hal ini sejalan dengan perkembangan sintaktik anak yang terjadi secara bertahap (gradual), dari yang tadinya hanya terdiri dari dua kata (telegraphic speech), terus hingga semakin mendekati kompetensi yang dimiliki orang dewasa.
Pengukuran dengan menggunakan MLU jauh lebih dapat diandalkan ketimbang usia, mengingat kecepatan pemerolehan bahasa antar anak sangatlah bervariasi. Dengan menggunakan MLU peneliti dapat terbantu dalam menetapkan level kemajuan kompetensi berbahasa anak secara lebih obyektif. Dengan memahami konsep MLU, orang dewasa dapat menyesuaikan sikapnya dalam berkomunikasi dengan anak. Salah satunya adalah dengan menerapkan CDS (Child Directed Speech), atau disebut juga caretaker speech. Orang dewasa (misalnya orang tua atau guru) menyederhanakan ujaran yang mereka gunakan ketika berbicara dengan siswa. Tujuannya adalah agar anak bisa lebih memahami apa yang ingin disampaikan oleh si orang dewasa.
MLU hanya berlaku untuk anak usia 0 tahun hingga 5 tahun saja. Biasanya MLU seseorang seseuai dengan jumlah umurnya. Menurut Brown (dalam Dardjowidjojo, 2010:241) cara menghitung MLU dapat dilakukan dengan beberapa langkah, pertama mengambil sampel sebanyak 100 ujaran. Kedua, menghitung jumlah morfemnya. Ketiga, membagi jumlah morfem dengan jumlah ujaran, seperti pada rumus berikut.
Lebih lanjut, Brown (Mar’at, 2009: 65-66) menentukan tiap-tiap fase perkembangan berdasarkan main length of utterance (MLU) yang telah dapat dikuasai anak. Sesuai dengan panjangnya, Brown (dalam Owens, 2008) membagi tahap pemerolehan bahasa anak berdasarkan MLU anak menjadi sepuluh tahap, yaitu:

Tahap I                   MLU (1—1,5)             pada usia                     12-22 bulan

Tahap II                  MLU (1,5—2,0)          pada usia                     22-28 bulan

Tahap III                MLU (2,0—2,25)        pada usia                     27-28 bulan

Tahap IV                MLU (2,25—2,5)        pada usia                     28-30 bulan

Tahap V                  MLU (2,5—2,75)        pada usia                     31-32 bulan

Tahap VI                MLU (2,75—30,0)      pada bulan biasa          33-34 tahun

Tahap VII               MLU (3,0—3,5)          pada usai                     35-39 bulan

Tahap  VIII            MLU (3,5—4,5)          pada usia                     38-40 bulan

Tahap IX                MLU (3,5—4,5)          pada usia                     41-46 bulan

Tahap X                  MLU (4,5+)                 pada usia                     +47 bulan

C.     Pembahasan
IMG_4727
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak perempuan yang memiliki rambut lurus-hitam berusia tiga tahun 10 bulan. Seorang anak yang berkulit sawo matang ini bernama lengkap Kezia Saski Rizkiyah yang biasa dipanggil Jia. Jia lahir di Garut pada tanggal 15 Mei 2011 (tiga tahun 10 bulan) yang merupakan anak tunggal dari pasangan Yuni Arfiani (20 tahun) dan Kiki Rahmat (28 tahun) yang bertempat tinggal di Kampung Cikoneng lebak Kec. Cilawu Kab. Garut.
Latar Belakang pendidikan kedua orang tua dari seorang anak yang memiliki bola mata yang hitam ini yaitu Ibunya yang bernama Yuni Arfiani lulusan SMP dan ayahnya yang bernama Kiki Rahmat lulusan S1. Anak yang memiliki hobi menyanyi ini lahir dari keluarga yang menggunakan Bahasa Ibu (Bahasa Sunda) dalam kehidupan sehari-harinya. Kedua orang tuanya bersepakat akan mengajarkan/mengenalkan bahasa pertama kepada anak tunggalnya itu dengan menggunakan bahasa Ibu, karena keduanya berasumsi bahwa anaknya akan mampu menggunakan bahasa kedua melalui lingkungannya.
Jia lahir dari orang tua yang masih muda, tak heran jika Jia selalu update mengenai segala hal yang berada di lingkungannya, karena setiap hari kedua orang tuanya selalu memberikan pemahaman yang baik mengenai kehidupan melalui cerita-cerita rekaan. Di samping itu, Jia lahir dari seorang Ibu rumah tangga yang begitu dekat dengannya yang selalu setiap saat bersama Jia, pun Jia lahir dari seorang ayah yang berprofesi seorang guru yang selalu terlihat sibuk pada malam hari mempersiapkan materi dan Jia selalu memperhatikan dan menanyakan segala hal yang ingin diketahuinya.
Pada penelitian ini, dipilih metode dekriptif dengan tujuan metode tersebut yaitu penelitian yang ingin mengetahui berapakah panjang rata-rata ucapan anak usia tiga tahun 10 bulan dan apakah panjang rata-rata  tuturan anak  tersebut  telah sesuai dengan usianya serta menggambarkan, menganalisis, dan menginterpensi data yang diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis kualitatif, yaitu untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan, yang menghasilkan data deskriptif berupa panjang rata-rata ucapan anak usia tiga tahun 10 bulan dan rata-rata  tuturan anak  tersebut  telah sesuai dengan usianya berdasarkan perhitungan MLU.
Data yang dikumpulkan berupa rekaman tuturan anak tersebut dengan peneliti yang direkam dengan handphone. Hasil rekamannya adalah bahasa Sunda dan di artikan ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti. Data yang dikumpulkan sebanyak 100 tuturan anak yang diambil sebagai sampel untuk mengukur MLU anak tersebut. Data diambil pada tanggal 02 April 2015 pada pukul sekitar 12.30 wib di rumah peneliti Kp. Ds. Dayeuhmanggung RT/RW 03/01 Kec. Cilawu Kab. Garut. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 pertuturan dari seorang anak yang dipanggil akrab Jia berusia tiga tahun 10 bulan. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan data dilakukan secara total yaitu semua data hasil rekaman yang dideskripsikan dan latar belakang objek penelitian serta latar belakang kedua orang tuanya yang menjadi bahan analisis.
Dari hasil rekaman tuturan objek penelitian tersebut, kemudian penulis mentranskripsikan rekaman tersebut dalam bentuk tulisan. Penulis mendeskripsikan dan menganalisis data dengan rumus MLU sebagai berikut.
No.
Ujaran
∑ Ujaran
∑ Morfem
1.
Naha baseuh eta?
(Kenapa basah itu?)
1
3
2.
Da alimeun
(Da gak mau)
1
3
3.
Ku Jia ge diajakkan ku Ibu Jia aimeun/ Mutiana
(Sama Jia juga diajakin sama Ibu Jia gak mau/ Mutianya)
2
12
4.
Heueuh tapi isineun Mutiana
(Iya tapu malu Mutianya)
1
6
5.
Ieu bumi saha?
(Ini rumah siapa?)
1
3
6.
Ieu acing saha?
(Ini celana siapa?)
1
3
7.
Suka walna hijau/ ningal/ bisa
(Suka warna hijau/ lihat/ bisa)
3
5
8.
Mana hulung teh
(Mana nyala teh)
1
3
9..
Osok/ Euh eta euh lobot
(Suka/ Euh itu euh robot)
2
5
10.
Anu geulut/ osok
(Yang berantem/ suka)
1
3
11.
Ledit gow ledit gow eni en animel en hi wes gen en hi wes gen ledit gow ledit gow eni en animel en hi wes gen / plozen/ plosen/ hente
Let it go let it go can’t hold it back any more that perfect girl is gone let it go let it go can’t hold it back any more that perfect girl is gone / frozen/ frozen/ enggak
4

29
12.
Itu naon?/ tadi/ eta naon?/ Naha kana eta?
(Itu apa?/ tadi/ itu apa?/ Kenapa kena itu?)
4
8
13.
Naon teu apal
(Apa gak tahu)
1
3
14.
Mana pelmainan teh?
(Mana permainan teh?)
1
4
15.
Naha bunga?
(Kenapa bunga?)
1
2
16.
Bunga naon?
(Bunga apa?)
1
2
17.
Jia mah lain bunga leptopna
(Jia mah bukan bunga laptopnya)
1
6
18.
Eta lobot hungkul
(Itu robot doang)
1
3
19.
Heueuh tapi tv Jia mah lusak
(Iya tapi tv Jia mah rusak)
1
6
20.
Eta da ku Jia di ku bola dikitu
(Itu da sam Jia di sama bola digini)
1
9
21.
Jia teh elek maen bal eta jeung Wiki eta weh kana tipi
(Jia teh mau maen bola itu sama Wiki itu weh kena tv)
1
12
22.
Eta Jia teh hese nyanakna
(Itu Jia teh susah ngambilnya)
1
6
23.
Heueuh eta abus kana tipi
(Iya itu masuk kena tv)
1
5
24.
Kuda weh ah
(Kuda aja ah)
1
3
25.
Ieu weh tah nu tadi tah ieu
(Ini aja nih yang tadi nah ini)
1
7
26.
Pelmainan eta teh?
(Permainan itu teh?)
1
4
27.
Entong eta ah!
(Jangan itu ah!)
1
3
28.
Sligala/  ieu Jia mah ieu ku emeng
(Srigala/ ini Jia mah ini sama kucing)
2
7
29.
Di kaut ku emeng nu batul
(Di cakar sama kucing punya orang)
1
6
30.
Nyeuli osok getihan
(Sakit suka berdarah)
1
4
31.
Eta emengna mah jagoan
(Itu kucinngnya mah jagoan)
1
6
32.
Walna hijau
(Warna hijau)
1
2
33.
Basa di eta di tongoh
(Waktu di itu di atas)
1
5
34.
Di teun bi Diah
(Di tempat bi Diah)
1
4
35.
Sligala jeung bang Ocit
(Srigala sama bang Ocit)
1
4
36.
Eta euh tos caang mah lalajo bobo boy
(Itu euh sudah siang mah nonton boboi boy)
1
8
37.
Anu  halilintang
(Yang halilintang)
1
2
38.
Aim maen
(Gak mau maen)
1
2
39.
Hoyong kieu hungkul
(Mau gini aja)
1
3
40.
Sakit sakit sakitnya tuh di sini
1
7
41.
Henteu apal
(Gau tahu)
1
2
42.
Kau adalah hatiku kau belahan jiwaku seperti ku hu mencintaimu sampai mati
(Kau adalah hatiku kau belahan jiwaku seperti ku tuk mencintaimu sampai mati)
1
17
43.
Bang Ocit datang plepet plepet plepet munaloh bang Ocit datang plepet plepet plepet
(Bang Ocit datang prepet prepet prepet munaroh bang Ocit datang prepet prepet prepet)
1
13
44.
Itu bumi saha?
(Itu rumah siapa?)
1
3
45.
Sanes bumi? Sakola
(Bukan rumah? Sekolah?)
1
3
46.
Itu nu aya cangcut ten bumi itu aya cangcut dede bayi
(Itu yang ada celana di rumah itu ada celana dede bayi)
1
11
47.
Osok di tongoh
(Suka di atas)
1
3
48.
Ieu boneka ieu gelas naha?
(Ini boneka ini gelas kenapa?)
1
5
49.
Palagi diomean ieu mah ka luhul
(Alat untuk dibenarkan ini mah ke atas)
1
8
50.
Ieu naha dina geulas?
(Ini kenapa dalam gelas?)
1
4
51.
Lamun deket de Keykey eta aya toke
(Kalau dekat de Keykey itu ada toke)
1
7
52.
Euh loba
(Euh banyak)
1
2
53.
Ieu di dieu Jia mah hayang di dieu
(Ini di sini Jia mah mau di sini)
1
8
54.
Tapi anu bumi Jia mah ten Mutia teh eta ieu teh teu cakeut teuing tanggana teh
(Tapi yang rumah Jia mah di Mutia teh itu ini teh gak deket banget tangganya teh)
1
17
55.
Sieun Jia nangis can diomean bumina teh
(Takut Jia nangis belum dibenerin rumahnya teh)
1
9
56.
Jia naek ti dieu lek geubis untung ku Ibu Jia teh ditahan Jia
(Jia naik dari sini mau jatuh untung sama Ibu Jiah teh ditahan Jia)
1
14
57.
Henteu kieu hungkul Jia teh kieu ku Ibu weh ditangkap kieu kitu
(Enggak gini hungkul Jia teh gini sama Ibu weh ditangkap gini gitu)
1
13
58.
Panya teh ieu teh bolong
(Kirain teh ini teh bolong)
1
5
59.
Jia nyanak ieu meuni pinuh beulat sieun laglag
(Jia ngambil ini banyak banget berat takut jatuh)
1
8
60.
Tadi boneka Jia ka Ibu dialungkeun
(Tadi boneka Jia ke Ibu dilemparin)
1
8
61.
Ieu da atuh sieun mulag
(Ini da atuh takut jatuh)
1
5
62.
Jia mah eta punya cincin
(Jia mah itu punya cincin)
1
5
63.
Henteu ah bisi leungit
(Enggak ah takut hilang)
1
4
64.
Eh Jia mah teu boga cincin ketang                         
(Eh Jia mah gak punya cincing)
1
7
65.
Naha ka upin ipinkeun?
(Kenapa ke upin ipinkan?)
1
5
66.
Ali ieu cing masuk teu ieu?
(Kalau ini coba masuk gak ini?)
1
6
67.
Di ka jempol ieu mah tiasa tuh
(Di ke jempol ini mah bisa tuh)
1
7
68.
Eh eta weh tak di semua
(Eh itu weh tak di semua)
1
6
69.
Tak di semua tantangan tak suka-suka tantangan
1
10
70.
Eta nu tadi ku Jia nyanyikeun
(Itu yang tadi Jia nyanyikan)
1
7
71.
Jia ah hoyong eta
(Jia ah mau itu)
1
4
72.
Naha ieu teh teu bolong ieu teu asup?
(Kenapa ini teh gak bolongin ini gak masuk?)
1
8
73.
Mun ayah Jia?
(Kalau ayah Jia?)
1
3
74.
Teu dibolongan
(Gak dibolongin)
1
3
75.
Ali batul teu dibolongan eta lalakina
(Kalau orang lain gak dibolongin itu lelakinya?)
1
8
76.
Ieu mah botak lambut teu aya lambutan
(Ini mah botak rambutnya gak ada rambutnya)
1
8
77.
Heueuh tapi mancung ciga mancung
(Iya tapi mancung ciga mancung)
1
5
78.
Namut ieu jang mutianya?
(Minjam ini buat mutia ya?)
1
5
79.
Mutia yeuh boneka
(Mutia nih boneka)
1
3
80.
Ieu mah dua anak Jia mah
(Ini mah dua anak Jia mah)
1
6
81.
Jia mah bonekana hoyong dua
(Jia mah bonekanya mau dua)
1
6
82.
Bolong eta
(Bolong itu)
1
2
83.
Tapi ieu teh bulet ieu ilungna
(Tapi ini teh bulat ini hidungnya)
1
7
84.
Teh liska eta Jia mah osok osok
(Teh Riska eta Jia mah suka suka)
1
7
85.
Engke mah Jia mah engke teh liska zia mah eta bobo di bumi Jia deung bumi Mutia deung Ibu Jia
(Nanti mah Jia mah nanti teh Riska Zia mah itu tidur di rumah Jia sama rumah Mutia sama Ibu Jia)
1
20
86.
Di luhul
(Di atas)
1
2
87.
Eta weh mutianya?
(Itu aja Mutia ya?)
1
4
88.
Mutia engke Jia mah elek elek
(Mutia nanti Jia mah mau mau)
1
6
89.
Calana bolong
(Celana bolong)
1
2
Jumlah
∑ 100
∑ 549

Berdasarkan semua ujaran yang telah dianalisis untuk menghitung MLU, telah didapatkan hasilnya, yaitu terdapat 100 ujaran dan 549 morfem dari tabel data di atas, dan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
MLU =  =  = 5.49
Responden Jia berada pada tahap IX pada usia 41- 46 bulan dengan MLU (3,5—4,5). Berdasarkan perhitungan MLU di atas, responden yang berusia tiga tahun 10  bulan panjang rata-rata ucapannya adalah 5,49. Bila disesuaikan dengan pendapat Brown, hal ini menunjukkan bahwa responden melebihi panjang rata-rata tuturan pada seusianya. Hal ini berarti bahwa responden mempunyai panjang rata-rata tuturan di atas rata-rata, panjang rata-rata tuturan yang sangat tinggi melebihi kemampuan berdasarkan usianya. Jika disesuaikan dengan pendapat Brown, hasil panjang rata-rata tuturan responden berada pada tahap Tahap X dengan MLU (4,5+), Jia yang berusia 46 bulan mempunyai panjang rata-rata tuturan yang dimiliki seorang anak pada usia +47 bulan.
Berdasarkan analisis diatas, Jia mempunyai kesulitan dalam melafalkan huruf “j” apabila sedang berbicara dengan nada yang cepat, huruf “j” berubah menjadi huruf “d” seperti pada kata “deung” yang seharusnya “jeung”, tapi Jia mampu melafalkan huruf “j” apabila dalam nada yang sedang. Pun Jia mempunyai kesulitan dalam melafalkan huruf “r” yang berubah menjadi huruf “l” seperti pada kata “liska” yang seharunya “riska”, “walna” yang seharusnya “warna”, “hulung” yang seharusnya “hurung”, “pelmainan” yang seharusnya “permainan”, dan lain sebagainya. Dalam pelafalan “t” yang berubah menjadi huruf “h” apabila dalam nada yang cepat seperti kata “hu” seharunya “tuk”, yang huruf “k” nya pun menjadi hilang karena dalam nada yang cepat. Serta dalam pelafalan huruf “f” yang berubah menjadi “p” seperti pada kata “plozen” yang seharusnya “frozen”, dan pada huruf “z” yang berubah menjadi hururf “s” apabila dalam nada yang cepat seperti pada kata “plosen” yang seharusnya “frozen”.
Selain itu, Jia pun kesulitan dalam melafalkan kata-kata bahasa Inggris, seperti pada tuturan “Ledit gow ledit gow eni en animel en hi wes gen en hi wes gen ledit gow ledit gow eni en animel en hi wes gen” yang seharusnya “Let it go let it go can’t hold it back any more that perfect girl is gone let it go let it go can’t hold it back any more that perfect girl is gone”, “plozen” yang seharusnya “frozen”, “plosen” yang seharusnya “frozen”. Terkadang responden kesulitan berbicara apabila berbicara dalam nada yang cepat, serta terkadang responden berkata “euh” dalam berbicara.
Hal ini sangat wajar, karena perkembangan artikulasi Jia belum begitu sempurna pada usianya yang baru menginjak tiga tahun 10 bulan. Namun, responden merupakan anak yang pintar, aktif, mudah bergaul, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai ingatan yang cukup baik terhadap apa yang telah didengarkannya, dan selalu ingin mencoba contohnya saja dalam menyanyikan lagu bahasa Inggris, meskipun pelafalannya belum tepat tapi responden berusaha untuk mampu mengucapkannya. Hal ini karena ibunya merupakan ibu rumah tangga yang selalu setiap hari mengontrol perkembangan anaknya dan selalu mengajak anaknya berkomunikasi dalam setiap hal, misalnya ketika menonton televisi sang ibu selalu sedia menjawab apapun yang ditanyakan responden, pun ayahya selalu sedia menjawab apapun yang ingin diketahui anak sematawayangnya. Hal ini pun dipengarungi faktor lingkungan, teman-teman bermainnya, serta faktor acara televisi.
D.    Penutup
1.      Simpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan panjang rata-rata tuturan Jia yang  berusia tiga tahun 10 bulan mempunyai panjang rata-rata ujaran 5,49 yang melebihi panjang rata-rata pada tahap IX yang biasanya dengan MLU (3,5—4,5). Jia memiliki kemampuan panjang rata-rata tuturan di atas rata-rata pada usianya yang tiga tahun 10 bulan, kemampuan yang biasanya dimiliki oleh seorang anak yag berusia +47 bulan. Jia memiliki perkembangan pemerolehan bahasa yang tinggi, sehingga mampu memproduksi morfem dalam satu kali ujaran. Faktor orang tua yang selalu mengajak berkomunikasi anak dalam setiap hal yang positif dan membiarkan anak mengekspersikan apa yang ingin dikatakan dapat membantu anak lebih mampu banyak memahami dan mempoduksi ujaran.
2.      Saran
Berdasarkan pembahasan, data, analisis, dan simpulan di atas, penulis memberikan saran kepada kedua orang tua untuk mengajarkan anaknya berkomunikasi dan berbahasa sejak dini. Libatkan anak dalam berkomunikasi dalam segala hal yang baik, selalu kontrol sejauh mana anak memahami, menggunakan, dan memproduksi bahasa, serta gunakan bahasa-bahasa dengan pengucapan lafal yang baik dan benar ketika berkomunikasi dengan anak, benarkan anak jika melafalkan huruf yang tidak tepat dengan cara yang lembut.
Hal ini perlukan karena dengan semakin banyaknya anak mampu mengucapkan morfem dalam sekali ujaran akan mendorong perkembangan kognitif anak, akan memudahkan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, serta akan mendorong anak untuk mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Serta kedua orang tua jangan membatasi anak ketika berbicara, berikan anak wadah supaya anak berbicara dengan apa yang ingin dibicarakannya baik benar atau pun salah, ketika anak selesai bicara maka benarkan jika yang anak ujarkan kurang tepat meskipun anak tetap kesulitan untuk melafalkannya, tapi orang tua jangan pernah lelah untuk memberitahukan anaknya. Bukan hanya kedua orang tuanya, lingkungan pun harus ikut mendorong perkembangan pemerolehan bahasa anak dengan berkomunikasi dengan baik terhadap anak.















Daftar Pustaka
Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Inc: Pearson Education.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Elistia, Inong. 2013. Pemerolehan Kata Anak Usia Tiga Tahun Dua Bulan (3;2) [online]. http://inongelistia.blogspot.com/2013/07/pemerolehan-kata-anak-usia-tiga-tahun.html. 08 Maret 2015. 11:02.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.
Paud, Andri. 2010. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Secara Umum [online]. http://umprodipaud.blogspot.com/2010/11/tahapan-perkembangan-bahasa-pada-anak.html. 08 Maret 2015. 11:01.
Tarigan, Henry Guntur. 1998. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Ungu, Bintang Kecil. 2011. Pemerolehan Bahasa Anak (Kajian Mean Length of Utterance (MLU) pada Anak Usia 3 tahun 8 Bulan) [online]. https://bintangkecilungu.wordpress.com/2011/06/13/pemerolehan-bahasa-anak-kajian-mean-length-of-utterance-mlu-pada-anak-usia-3-tahun-8-bulan/. 08 Maret 2015. 11:02.

No comments:

Post a Comment