PEMEROLEHAN
BAHASA (MLU) PADA ANAK BERUSIA 46 BULAN
Oleh
Riska Ramdiani
NIM
12211029
Kelas
3-A
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan sesama, dengan bahasa
seseorang dapat mengungkapkan segala hal yang dipikirkannya. Sejak lahir, semua
manusia sudah dibekali alat untuk berkomunikasi dan berbahasa. Ini merupakan
sebuah realita bahwa semenjak dilahirkan anak telah mempunyai biologis untuk
menunjang anak berbahasa, kemampuan biologis itu akan berkembang sesuai dengan
pertumbuhan anak. Sejak lahir anak sudah bisa menangis, dan menangisnya itu
memberikan beberapa makna, mungkin saja anak lapar, sakit, dan lain sebagainya.
Biasanya ada anak yang mampu memahami bahasa tetapi
anak tersebut kesulitan untuk memproduksi bahasa, pun ada anak yang mampu
memproduksi bahasa tetapi anak tersebut tidak memahami bahasa yang
diproduksinya. Namun, biasanya anak lebih jauh mampu memahami daripada memproduksi
bahasa dalam berkomunikasinya. Pemerolehan bahasa anak itu sangat ditentukan
atau dipengaruhi oleh faktor psiko kognitif, hal tersebut mampu berkembang
dengan baik apabila didorong pula dengan lingkungan yang baik, tapi lingkungan
hanya mendorong pada psiko kognitif anak.
Proses pemerolehan bahasa pada anak-anak
merupakan satu hal yang perlu diteliti lebih mendalam. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kehidupannya ketika dewasa, dan akan berpengaruh terhadap
kognitif anak. Pemerolehan bahasa anak juga dipengaruhi oleh mental anak dan
lingkungan anak, meski lingkungan anak berperan penting tapi lingkungan hanya
mendukung apa yang sudah ada pada biologis manusia untuk mampu memahami dan
memproduksi bahasa.
Pemerolehan
bahasa anak adalah suatu proses yang sangat penting, sejauh mana anak mampu
berkomunikasi dengan bahasa yang baik, sejauh mana anak mempunyai kosa kata
untuk berkomunikasi.
Jumlah elemen yang mengandung arti dalam
kalimat yang diucapkan anak dapat dapat diukur dengan Mean Length of
Utterance (MLU). MLU merupakan satu konsep yang digunakan
untuk mengukur produk linguistik yang dihasilkan oleh seseorang anak. Secara
umum, penghitungan MLU dilakukan dengan membagi bilangan morfem dengan
bilangan ujaran. Artinya, jumlah bilangan ujaran yang diperlukan ialah 50 atau
100 ujaran utama anak. Semakin tinggi MLU anak maka semakin tinggilah
penguasaan berbahasa anak tersebut.
Pemerolehan bahasa anak itu dimulai dari
keluarga, pendidikan, dan lingkungan. Pemerolehan bahasa pada anak cukup rumit,
maka penelitian pemerolehan bahasa sangat penting terutamanya dalam bidang
pengajaran bahasa. Pengetahuan tentang proses pemerolehan bahasa akan membantu
menentukan keberhasilan dalam bidang pengajaran bahasa dan akan mempermudah
untuk mengetahui bagaimana mempelajari bahasa yang baik dan membelajarkan anak dalam
belajar bahasa dan lebih cepat mempunyai kosa kata.
Tidak sedikit para orang tua atau pun
masyarakat yang tidak mengetahui sejauh mana anak mereka mampu memproduksi dan
memahami bahasa, jika ini tidak diperbaiki pun tidak diperhatikan akan menjadi bumerang
buruk bagi kehidupan anak ke depannya, kemungkinan jika anak telat atau
kemampuan berbahasanya rendah ia akan terlambat dalam berbahasa sehingga
mempersulit dalam berkomunikasi.
Permasalahan dalam peneitian ini difokuskan pada
pemerolehan semantik anak, karena tidak semua anak mempunyai pemerolehan bahasa
yang sama, maka peneliti akan meneliti pemerolehan bahasa anak pada usia tiga
tahun 10 bulan yang bernama Kezia Saski Rizkiyah.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah
di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut ini.
1)
Berapakah panjang rata-rata ucapan anak
usia tiga tahun 10 bulan?
2)
Apakah panjang rata-rata tuturan anak
tersebut telah sesuai dengan
usianya?
3.
Tujuan Masalah
Berdasarkan
pada rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai beberapa tujuan masalah, yaitu
sebagai berikut ini.
1) Berapakah
panjang rata-rata ucapan anak usia 3 tahun 6 bulan?
2) Apakah
panjang rata-rata tuturan anak tersebut
telah sesuai dengan usianya?
B. Kajian
Teori
1. Pemerolehan
Bahasa Pertama
Pemerolehan
bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak
ketika dia memeroleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa
biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning).
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia mempelajari bahasa
pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.
Setiap anak
yang normal akan belajar bahasa pertama (bahasa ibu) dalam tahun-tahun
pertamanya dan proses itu terjadi hingga kira-kira umur lima tahun (Nababan,
1992:72). Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal
paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan kata lain, setiap anak
yang normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar memperoleh sesuatu bahasa,
yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya,
kecuali ada gangguan pada anak tersebut.
Proses pemerolehan
bahasa merupakan suatu hal yang kontroversial antara para ahli bahasa.
Permasalahan yang diperdebatan antara para ahli adalah pemerolehan bahasa yang
bersifat nuture dan nature (Dardjowidjojo,
2010:235).
Chomsky
berpandangan bahwa pemerolehan bahasa tidak hanya didasarkan pada nurture,
tetapi nature. Anak tidak dilahirkan
sebagai piring kosong atau tabula rasa, tetapi anak telah dibekali dengan
sebuah alat yang dinamakan peranti pemerolehan bahasa. Setiap anak terbukti
memiliki kesamaan dalam pemerolehan bahasa dan melewati proses yang sama dalam
menguasai bahasa masing-masing. (Dardjowidjojo, 2010:236).
Kontroversi
tersebut terus berlanjut walaupun sebagian ahli ada yang sependapat dengan
Chomsky, tetapi faktor nurture juga tidak dapat
dikesampingkan begitu saja. Nature diperlukan karena
bekal kodrati makhluk tidak mungkin dapat berbahasa. Nurture
juga diperlukan karena tanpa adanya input dari
alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud.
2. Perkembangan
Sintaksis
Pemerolehan
sintaksis pada anak-anak dimulai pada usia kurang dari 2:0 tahun. Pada usia
tersebut anak sudah bisa menyusun kalimat dua kata atau lebih two
word utterance ‘Ujaran Dua Kata’ (UDK). Anak mulai dengan dua kata
yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah. Dengan adanya
dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang dimaksud
oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas. UDK sintaksisnya lebih
kompleks dan semantiknya juga semakin jelas (Dardjowidjojo, 2010:248). Ciri
lain dari UDK adalah kedua kata tersebut adalah kata-kata dari kategori utama,
yaitu nomina, verba, adjektiva, dan adverbia.
Menurut Brown
(dalam Dardjowidjojo, 2010:249) anak usia 2;0 telah menguasai hubungan
kasus-kasus dan operasi-operasi seperti pelaku-perbuatan (FN-FV), pelaku-objek
(FN-FN), perbuatan-objek (FV-FN), perbuatan-lokasi (FV-FAdv), pemilik-dimiliki
(FN-FV), objek-lokasi (FN-FAdv), atribut-entitas, nominative, minta ulang,
tak-ada lagi. Walaupun, maknanya sudah jelas tetapi setiap ujaran anak harus
disesuaikan dengan konteksnya.
3.
Pengukuran Mean
Length of Utterance (MLU)
MLU adalah rata-rata jumlah morfem yang
dihasilkan anak untuk setiap tuturannya. MLU
digunakan untuk mengukur perkembangan sintaktik anak. Semakin tinggi
perkembangan pemerolehan bahasanya, semakin besar pula jumlah morfem yang bisa
dihasilkan anak dalam satu kali ujaran. Hal ini sejalan dengan perkembangan
sintaktik anak yang terjadi secara bertahap (gradual), dari yang tadinya
hanya terdiri dari dua kata (telegraphic speech), terus hingga semakin
mendekati kompetensi yang dimiliki orang dewasa.
Pengukuran
dengan menggunakan MLU jauh lebih
dapat diandalkan ketimbang usia, mengingat kecepatan pemerolehan bahasa antar
anak sangatlah bervariasi. Dengan menggunakan MLU peneliti dapat terbantu dalam menetapkan level kemajuan
kompetensi berbahasa anak secara lebih obyektif. Dengan memahami konsep MLU, orang dewasa dapat menyesuaikan
sikapnya dalam berkomunikasi dengan anak. Salah satunya adalah dengan
menerapkan CDS (Child Directed Speech), atau disebut juga caretaker
speech. Orang dewasa (misalnya orang tua atau guru) menyederhanakan ujaran
yang mereka gunakan ketika berbicara dengan siswa. Tujuannya adalah agar anak
bisa lebih memahami apa yang ingin disampaikan oleh si orang dewasa.
MLU hanya berlaku untuk anak usia 0 tahun
hingga 5 tahun saja. Biasanya MLU seseorang seseuai dengan jumlah umurnya. Menurut
Brown (dalam Dardjowidjojo, 2010:241) cara menghitung MLU
dapat dilakukan dengan beberapa langkah, pertama mengambil sampel sebanyak 100
ujaran. Kedua, menghitung jumlah morfemnya. Ketiga, membagi jumlah morfem
dengan jumlah ujaran, seperti pada rumus berikut.
Lebih lanjut, Brown (Mar’at, 2009:
65-66) menentukan tiap-tiap fase perkembangan berdasarkan main length of utterance (MLU) yang telah dapat dikuasai anak.
Sesuai dengan panjangnya, Brown (dalam Owens, 2008) membagi tahap pemerolehan
bahasa anak berdasarkan MLU anak menjadi sepuluh tahap, yaitu:
Tahap I MLU (1—1,5) pada usia 12-22 bulan
Tahap II MLU (1,5—2,0) pada usia 22-28 bulan
Tahap III MLU (2,0—2,25) pada usia 27-28 bulan
Tahap IV MLU (2,25—2,5) pada usia 28-30 bulan
Tahap V MLU (2,5—2,75) pada usia 31-32 bulan
Tahap VI MLU (2,75—30,0) pada bulan biasa 33-34 tahun
Tahap VII MLU (3,0—3,5) pada usai 35-39 bulan
Tahap VIII MLU (3,5—4,5) pada usia 38-40 bulan
Tahap IX MLU (3,5—4,5) pada usia 41-46 bulan
Tahap X MLU (4,5+) pada usia +47 bulan
C. Pembahasan

Sumber
data dalam penelitian ini adalah anak perempuan yang memiliki rambut
lurus-hitam berusia tiga tahun 10 bulan. Seorang anak yang berkulit sawo matang
ini bernama lengkap Kezia Saski Rizkiyah yang biasa dipanggil Jia. Jia lahir di
Garut pada tanggal 15 Mei 2011 (tiga tahun 10 bulan) yang merupakan anak
tunggal dari pasangan Yuni Arfiani (20 tahun) dan Kiki Rahmat (28 tahun) yang
bertempat tinggal di Kampung Cikoneng lebak Kec. Cilawu Kab. Garut.
Latar
Belakang pendidikan kedua orang tua dari seorang anak yang memiliki bola mata
yang hitam ini yaitu Ibunya yang bernama Yuni Arfiani lulusan SMP dan ayahnya
yang bernama Kiki Rahmat lulusan S1. Anak yang memiliki hobi menyanyi ini lahir
dari keluarga yang menggunakan Bahasa Ibu (Bahasa Sunda) dalam kehidupan
sehari-harinya. Kedua orang tuanya bersepakat akan mengajarkan/mengenalkan
bahasa pertama kepada anak tunggalnya itu dengan menggunakan bahasa Ibu, karena
keduanya berasumsi bahwa anaknya akan mampu menggunakan bahasa kedua melalui
lingkungannya.
Jia
lahir dari orang tua yang masih muda, tak heran jika Jia selalu update mengenai segala hal yang berada
di lingkungannya, karena setiap hari kedua orang tuanya selalu memberikan
pemahaman yang baik mengenai kehidupan melalui cerita-cerita rekaan. Di samping
itu, Jia lahir dari seorang Ibu rumah tangga yang begitu dekat dengannya yang
selalu setiap saat bersama Jia, pun Jia lahir dari seorang ayah yang berprofesi
seorang guru yang selalu terlihat sibuk pada malam hari mempersiapkan materi
dan Jia selalu memperhatikan dan menanyakan segala hal yang ingin diketahuinya.
Pada
penelitian ini, dipilih metode dekriptif dengan tujuan metode tersebut yaitu
penelitian yang ingin mengetahui berapakah panjang rata-rata ucapan anak usia
tiga tahun 10 bulan dan apakah panjang rata-rata tuturan anak
tersebut telah sesuai dengan
usianya serta menggambarkan, menganalisis, dan menginterpensi data yang
diteliti.
Dalam
penelitian ini digunakan teknik analisis kualitatif, yaitu untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, untuk menemukan dan memahami apa yang
tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk
dipahami secara memuaskan, yang menghasilkan data deskriptif berupa panjang
rata-rata ucapan anak usia tiga tahun 10 bulan dan rata-rata tuturan anak
tersebut telah sesuai dengan
usianya berdasarkan perhitungan MLU.
Data yang dikumpulkan berupa rekaman tuturan anak
tersebut dengan peneliti yang direkam dengan handphone. Hasil rekamannya
adalah bahasa Sunda dan di artikan ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti.
Data yang dikumpulkan sebanyak 100 tuturan anak yang diambil sebagai sampel
untuk mengukur MLU anak tersebut. Data diambil pada tanggal 02 April
2015 pada pukul sekitar 12.30 wib di rumah peneliti Kp. Ds. Dayeuhmanggung
RT/RW 03/01 Kec. Cilawu Kab. Garut. Sampel dalam penelitian
ini adalah 100 pertuturan dari seorang anak yang dipanggil akrab Jia berusia
tiga tahun 10 bulan. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan data dilakukan
secara total yaitu semua data hasil rekaman yang dideskripsikan dan latar
belakang objek penelitian serta latar belakang kedua orang tuanya yang menjadi
bahan analisis.
Dari hasil rekaman tuturan objek
penelitian tersebut, kemudian penulis mentranskripsikan rekaman tersebut dalam
bentuk tulisan. Penulis mendeskripsikan dan menganalisis data dengan rumus MLU sebagai berikut.
No.
|
Ujaran
|
∑
Ujaran
|
∑
Morfem
|
1.
|
Naha
baseuh eta?
(Kenapa
basah itu?)
|
1
|
3
|
2.
|
Da
alimeun
(Da
gak mau)
|
1
|
3
|
3.
|
Ku
Jia ge diajakkan ku Ibu Jia aimeun/ Mutiana
(Sama
Jia juga diajakin sama Ibu Jia gak mau/ Mutianya)
|
2
|
12
|
4.
|
Heueuh
tapi isineun Mutiana
(Iya
tapu malu Mutianya)
|
1
|
6
|
5.
|
Ieu
bumi saha?
(Ini
rumah siapa?)
|
1
|
3
|
6.
|
Ieu
acing saha?
(Ini
celana siapa?)
|
1
|
3
|
7.
|
Suka
walna hijau/ ningal/ bisa
(Suka
warna hijau/ lihat/ bisa)
|
3
|
5
|
8.
|
Mana
hulung teh
(Mana
nyala teh)
|
1
|
3
|
9..
|
Osok/
Euh eta euh lobot
(Suka/
Euh itu euh robot)
|
2
|
5
|
10.
|
Anu
geulut/ osok
(Yang
berantem/ suka)
|
1
|
3
|
11.
|
Ledit
gow ledit gow eni en animel en hi wes gen en hi wes gen ledit gow ledit gow
eni en animel en hi wes gen / plozen/ plosen/ hente
Let
it go let it go can’t hold it back any more that perfect girl is gone let it
go let it go can’t hold it back any more that perfect girl is gone / frozen/
frozen/ enggak
|
4
|
29
|
12.
|
Itu
naon?/ tadi/ eta naon?/ Naha kana eta?
(Itu
apa?/ tadi/ itu apa?/ Kenapa kena itu?)
|
4
|
8
|
13.
|
Naon
teu apal
(Apa
gak tahu)
|
1
|
3
|
14.
|
Mana
pelmainan teh?
(Mana
permainan teh?)
|
1
|
4
|
15.
|
Naha
bunga?
(Kenapa
bunga?)
|
1
|
2
|
16.
|
Bunga
naon?
(Bunga
apa?)
|
1
|
2
|
17.
|
Jia
mah lain bunga leptopna
(Jia
mah bukan bunga laptopnya)
|
1
|
6
|
18.
|
Eta
lobot hungkul
(Itu
robot doang)
|
1
|
3
|
19.
|
Heueuh
tapi tv Jia mah lusak
(Iya
tapi tv Jia mah rusak)
|
1
|
6
|
20.
|
Eta
da ku Jia di ku bola dikitu
(Itu
da sam Jia di sama bola digini)
|
1
|
9
|
21.
|
Jia
teh elek maen bal eta jeung Wiki eta weh kana tipi
(Jia
teh mau maen bola itu sama Wiki itu weh kena tv)
|
1
|
12
|
22.
|
Eta
Jia teh hese nyanakna
(Itu
Jia teh susah ngambilnya)
|
1
|
6
|
23.
|
Heueuh
eta abus kana tipi
(Iya
itu masuk kena tv)
|
1
|
5
|
24.
|
Kuda
weh ah
(Kuda
aja ah)
|
1
|
3
|
25.
|
Ieu
weh tah nu tadi tah ieu
(Ini
aja nih yang tadi nah ini)
|
1
|
7
|
26.
|
Pelmainan
eta teh?
(Permainan
itu teh?)
|
1
|
4
|
27.
|
Entong
eta ah!
(Jangan
itu ah!)
|
1
|
3
|
28.
|
Sligala/ ieu Jia mah ieu ku emeng
(Srigala/
ini Jia mah ini sama kucing)
|
2
|
7
|
29.
|
Di
kaut ku emeng nu batul
(Di
cakar sama kucing punya orang)
|
1
|
6
|
30.
|
Nyeuli
osok getihan
(Sakit
suka berdarah)
|
1
|
4
|
31.
|
Eta
emengna mah jagoan
(Itu
kucinngnya mah jagoan)
|
1
|
6
|
32.
|
Walna
hijau
(Warna
hijau)
|
1
|
2
|
33.
|
Basa
di eta di tongoh
(Waktu
di itu di atas)
|
1
|
5
|
34.
|
Di
teun bi Diah
(Di
tempat bi Diah)
|
1
|
4
|
35.
|
Sligala
jeung bang Ocit
(Srigala
sama bang Ocit)
|
1
|
4
|
36.
|
Eta
euh tos caang mah lalajo bobo boy
(Itu
euh sudah siang mah nonton boboi boy)
|
1
|
8
|
37.
|
Anu halilintang
(Yang
halilintang)
|
1
|
2
|
38.
|
Aim
maen
(Gak
mau maen)
|
1
|
2
|
39.
|
Hoyong
kieu hungkul
(Mau
gini aja)
|
1
|
3
|
40.
|
Sakit
sakit sakitnya tuh di sini
|
1
|
7
|
41.
|
Henteu
apal
(Gau
tahu)
|
1
|
2
|
42.
|
Kau
adalah hatiku kau belahan jiwaku seperti ku hu mencintaimu sampai mati
(Kau
adalah hatiku kau belahan jiwaku seperti ku tuk mencintaimu sampai mati)
|
1
|
17
|
43.
|
Bang
Ocit datang plepet plepet plepet munaloh bang Ocit datang plepet plepet
plepet
(Bang
Ocit datang prepet prepet prepet munaroh bang Ocit datang prepet prepet
prepet)
|
1
|
13
|
44.
|
Itu
bumi saha?
(Itu
rumah siapa?)
|
1
|
3
|
45.
|
Sanes
bumi? Sakola
(Bukan
rumah? Sekolah?)
|
1
|
3
|
46.
|
Itu
nu aya cangcut ten bumi itu aya cangcut dede bayi
(Itu
yang ada celana di rumah itu ada celana dede bayi)
|
1
|
11
|
47.
|
Osok
di tongoh
(Suka
di atas)
|
1
|
3
|
48.
|
Ieu
boneka ieu gelas naha?
(Ini
boneka ini gelas kenapa?)
|
1
|
5
|
49.
|
Palagi
diomean ieu mah ka luhul
(Alat
untuk dibenarkan ini mah ke atas)
|
1
|
8
|
50.
|
Ieu
naha dina geulas?
(Ini
kenapa dalam gelas?)
|
1
|
4
|
51.
|
Lamun
deket de Keykey eta aya toke
(Kalau
dekat de Keykey itu ada toke)
|
1
|
7
|
52.
|
Euh
loba
(Euh
banyak)
|
1
|
2
|
53.
|
Ieu
di dieu Jia mah hayang di dieu
(Ini
di sini Jia mah mau di sini)
|
1
|
8
|
54.
|
Tapi
anu bumi Jia mah ten Mutia teh eta ieu teh teu cakeut teuing tanggana teh
(Tapi
yang rumah Jia mah di Mutia teh itu ini teh gak deket banget tangganya teh)
|
1
|
17
|
55.
|
Sieun
Jia nangis can diomean bumina teh
(Takut
Jia nangis belum dibenerin rumahnya teh)
|
1
|
9
|
56.
|
Jia
naek ti dieu lek geubis untung ku Ibu Jia teh ditahan Jia
(Jia
naik dari sini mau jatuh untung sama Ibu Jiah teh ditahan Jia)
|
1
|
14
|
57.
|
Henteu
kieu hungkul Jia teh kieu ku Ibu weh ditangkap kieu kitu
(Enggak
gini hungkul Jia teh gini sama Ibu weh ditangkap gini gitu)
|
1
|
13
|
58.
|
Panya
teh ieu teh bolong
(Kirain
teh ini teh bolong)
|
1
|
5
|
59.
|
Jia
nyanak ieu meuni pinuh beulat sieun laglag
(Jia
ngambil ini banyak banget berat takut jatuh)
|
1
|
8
|
60.
|
Tadi
boneka Jia ka Ibu dialungkeun
(Tadi
boneka Jia ke Ibu dilemparin)
|
1
|
8
|
61.
|
Ieu
da atuh sieun mulag
(Ini
da atuh takut jatuh)
|
1
|
5
|
62.
|
Jia
mah eta punya cincin
(Jia
mah itu punya cincin)
|
1
|
5
|
63.
|
Henteu
ah bisi leungit
(Enggak
ah takut hilang)
|
1
|
4
|
64.
|
Eh Jia mah teu boga cincin ketang
(Eh Jia mah gak punya cincing)
|
1
|
7
|
65.
|
Naha
ka upin ipinkeun?
(Kenapa
ke upin ipinkan?)
|
1
|
5
|
66.
|
Ali
ieu cing masuk teu ieu?
(Kalau
ini coba masuk gak ini?)
|
1
|
6
|
67.
|
Di
ka jempol ieu mah tiasa tuh
(Di
ke jempol ini mah bisa tuh)
|
1
|
7
|
68.
|
Eh
eta weh tak di semua
(Eh
itu weh tak di semua)
|
1
|
6
|
69.
|
Tak
di semua tantangan tak suka-suka tantangan
|
1
|
10
|
70.
|
Eta
nu tadi ku Jia nyanyikeun
(Itu
yang tadi Jia nyanyikan)
|
1
|
7
|
71.
|
Jia
ah hoyong eta
(Jia
ah mau itu)
|
1
|
4
|
72.
|
Naha
ieu teh teu bolong ieu teu asup?
(Kenapa
ini teh gak bolongin ini gak masuk?)
|
1
|
8
|
73.
|
Mun
ayah Jia?
(Kalau
ayah Jia?)
|
1
|
3
|
74.
|
Teu
dibolongan
(Gak
dibolongin)
|
1
|
3
|
75.
|
Ali
batul teu dibolongan eta lalakina
(Kalau
orang lain gak dibolongin itu lelakinya?)
|
1
|
8
|
76.
|
Ieu
mah botak lambut teu aya lambutan
(Ini
mah botak rambutnya gak ada rambutnya)
|
1
|
8
|
77.
|
Heueuh
tapi mancung ciga mancung
(Iya
tapi mancung ciga mancung)
|
1
|
5
|
78.
|
Namut
ieu jang mutianya?
(Minjam
ini buat mutia ya?)
|
1
|
5
|
79.
|
Mutia
yeuh boneka
(Mutia
nih boneka)
|
1
|
3
|
80.
|
Ieu
mah dua anak Jia mah
(Ini
mah dua anak Jia mah)
|
1
|
6
|
81.
|
Jia
mah bonekana hoyong dua
(Jia
mah bonekanya mau dua)
|
1
|
6
|
82.
|
Bolong
eta
(Bolong
itu)
|
1
|
2
|
83.
|
Tapi
ieu teh bulet ieu ilungna
(Tapi
ini teh bulat ini hidungnya)
|
1
|
7
|
84.
|
Teh
liska eta Jia mah osok osok
(Teh
Riska eta Jia mah suka suka)
|
1
|
7
|
85.
|
Engke
mah Jia mah engke teh liska zia mah eta bobo di bumi Jia deung bumi Mutia
deung Ibu Jia
(Nanti
mah Jia mah nanti teh Riska Zia mah itu tidur di rumah Jia sama rumah Mutia
sama Ibu Jia)
|
1
|
20
|
86.
|
Di
luhul
(Di
atas)
|
1
|
2
|
87.
|
Eta
weh mutianya?
(Itu
aja Mutia ya?)
|
1
|
4
|
88.
|
Mutia
engke Jia mah elek elek
(Mutia
nanti Jia mah mau mau)
|
1
|
6
|
89.
|
Calana
bolong
(Celana
bolong)
|
1
|
2
|
Jumlah
|
∑
100
|
∑
549
|
Berdasarkan semua
ujaran yang telah dianalisis untuk menghitung MLU, telah didapatkan hasilnya, yaitu terdapat 100 ujaran dan 549
morfem dari tabel data di atas, dan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
MLU =
=
= 5.49


Responden Jia berada
pada tahap IX pada usia 41- 46 bulan dengan MLU (3,5—4,5). Berdasarkan perhitungan MLU di atas, responden yang berusia tiga tahun 10 bulan
panjang rata-rata ucapannya adalah 5,49. Bila disesuaikan dengan pendapat
Brown, hal ini menunjukkan bahwa responden melebihi panjang rata-rata tuturan
pada seusianya. Hal ini berarti bahwa responden mempunyai panjang rata-rata
tuturan di atas rata-rata, panjang rata-rata tuturan yang sangat tinggi
melebihi kemampuan berdasarkan usianya. Jika disesuaikan dengan pendapat Brown,
hasil panjang rata-rata tuturan responden berada pada tahap Tahap X dengan MLU
(4,5+),
Jia yang berusia 46 bulan mempunyai panjang rata-rata tuturan yang dimiliki
seorang anak pada usia +47 bulan.
Berdasarkan analisis
diatas, Jia mempunyai kesulitan dalam melafalkan huruf “j” apabila sedang
berbicara dengan nada yang cepat, huruf “j” berubah menjadi huruf “d” seperti
pada kata “deung” yang seharusnya “jeung”, tapi Jia mampu melafalkan huruf “j”
apabila dalam nada yang sedang. Pun Jia mempunyai kesulitan dalam melafalkan
huruf “r” yang berubah menjadi huruf “l” seperti pada kata “liska” yang seharunya
“riska”, “walna” yang seharusnya “warna”, “hulung” yang seharusnya “hurung”,
“pelmainan” yang seharusnya “permainan”, dan lain sebagainya. Dalam pelafalan
“t” yang berubah menjadi huruf “h” apabila dalam nada yang cepat seperti kata
“hu” seharunya “tuk”, yang huruf “k” nya pun menjadi hilang karena dalam nada
yang cepat. Serta dalam pelafalan huruf “f” yang berubah menjadi “p” seperti
pada kata “plozen” yang seharusnya “frozen”, dan pada huruf “z” yang berubah
menjadi hururf “s” apabila dalam nada yang cepat seperti pada kata “plosen”
yang seharusnya “frozen”.
Selain itu, Jia pun
kesulitan dalam melafalkan kata-kata bahasa Inggris, seperti pada tuturan
“Ledit gow ledit gow eni en animel en hi wes gen en hi wes gen ledit gow ledit
gow eni en animel en hi wes gen” yang seharusnya “Let it go let it go can’t
hold it back any more that perfect girl is gone let it go let it go can’t hold
it back any more that perfect girl is gone”, “plozen” yang seharusnya “frozen”,
“plosen” yang seharusnya “frozen”. Terkadang responden kesulitan berbicara
apabila berbicara dalam nada yang cepat, serta terkadang responden berkata
“euh” dalam berbicara.
Hal ini sangat wajar,
karena perkembangan artikulasi Jia belum begitu sempurna pada usianya yang baru
menginjak tiga tahun 10 bulan. Namun, responden merupakan anak yang pintar,
aktif, mudah bergaul, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai ingatan
yang cukup baik terhadap apa yang telah didengarkannya, dan selalu ingin
mencoba contohnya saja dalam menyanyikan lagu bahasa Inggris, meskipun
pelafalannya belum tepat tapi responden berusaha untuk mampu mengucapkannya. Hal
ini karena ibunya merupakan ibu rumah tangga yang selalu setiap hari mengontrol
perkembangan anaknya dan selalu mengajak anaknya berkomunikasi dalam setiap
hal, misalnya ketika menonton televisi sang ibu selalu sedia menjawab apapun
yang ditanyakan responden, pun ayahya selalu sedia menjawab apapun yang ingin
diketahui anak sematawayangnya. Hal ini pun dipengarungi faktor lingkungan,
teman-teman bermainnya, serta faktor acara televisi.
D. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan
deskripsi data dan pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan panjang
rata-rata tuturan Jia yang berusia tiga
tahun 10 bulan mempunyai
panjang rata-rata ujaran 5,49 yang
melebihi panjang rata-rata pada tahap IX yang biasanya
dengan MLU (3,5—4,5).
Jia memiliki kemampuan panjang rata-rata tuturan di atas rata-rata pada usianya
yang tiga tahun 10 bulan, kemampuan yang biasanya dimiliki oleh seorang anak
yag berusia +47 bulan. Jia memiliki perkembangan pemerolehan bahasa yang
tinggi, sehingga mampu memproduksi morfem dalam satu kali ujaran. Faktor orang
tua yang selalu mengajak berkomunikasi anak dalam setiap hal yang positif dan
membiarkan anak mengekspersikan apa yang ingin dikatakan dapat membantu anak
lebih mampu banyak memahami dan mempoduksi ujaran.
2. Saran
Berdasarkan
pembahasan, data, analisis, dan simpulan di atas, penulis memberikan saran
kepada kedua orang tua untuk mengajarkan anaknya berkomunikasi dan berbahasa
sejak dini. Libatkan anak dalam berkomunikasi dalam segala hal yang baik,
selalu kontrol sejauh mana anak memahami, menggunakan, dan memproduksi bahasa,
serta gunakan bahasa-bahasa dengan pengucapan lafal yang baik dan benar ketika
berkomunikasi dengan anak, benarkan anak jika melafalkan huruf yang tidak tepat
dengan cara yang lembut.
Hal
ini perlukan karena dengan semakin banyaknya anak mampu mengucapkan morfem
dalam sekali ujaran akan mendorong perkembangan kognitif anak, akan memudahkan
anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, serta akan mendorong anak untuk
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Serta kedua orang tua jangan membatasi
anak ketika berbicara, berikan anak wadah supaya anak berbicara dengan apa yang
ingin dibicarakannya baik benar atau pun salah, ketika anak selesai bicara maka
benarkan jika yang anak ujarkan kurang tepat meskipun anak tetap kesulitan
untuk melafalkannya, tapi orang tua jangan pernah lelah untuk memberitahukan anaknya.
Bukan hanya kedua orang tuanya, lingkungan pun harus ikut mendorong
perkembangan pemerolehan bahasa anak dengan berkomunikasi dengan baik terhadap
anak.
Daftar Pustaka
Brown, H.
Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan
Pengajaran Bahasa. Inc: Pearson Education.
Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo,
Soenjono. 2012. Psikolinguistik Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Elistia,
Inong. 2013. Pemerolehan Kata Anak Usia
Tiga Tahun Dua Bulan (3;2) [online]. http://inongelistia.blogspot.com/2013/07/pemerolehan-kata-anak-usia-tiga-tahun.html. 08 Maret 2015. 11:02.
Iskandarwassid
dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.
Paud, Andri.
2010. Tahapan
Perkembangan Bahasa Pada Anak Secara Umum [online]. http://umprodipaud.blogspot.com/2010/11/tahapan-perkembangan-bahasa-pada-anak.html.
08 Maret 2015. 11:01.
Tarigan,
Henry Guntur. 1998. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Ungu,
Bintang Kecil. 2011. Pemerolehan Bahasa Anak (Kajian Mean Length of Utterance
(MLU) pada Anak Usia 3 tahun 8 Bulan) [online]. https://bintangkecilungu.wordpress.com/2011/06/13/pemerolehan-bahasa-anak-kajian-mean-length-of-utterance-mlu-pada-anak-usia-3-tahun-8-bulan/. 08 Maret 2015. 11:02.
No comments:
Post a Comment