ANALISIS DIALOG BERDASARKAN
MAKSIM DAN TINDAK TUTUR
Ibu
Noneng : Assalamu’alaikum..
Ibu
Ningrum : Waalaikumsallam..
Ibu
Noneng : Bapak ada, bu?
Ibu : Pak, pak, pak, pak…
Pulang dari garut?
Ibu
Noneng : Iya, habis setor motor.
Pak? Itu Nego tiga ratus
ribu katanya pak.
Bapak
Asum : Apa?
Ibu
Noneng : Nego tiga ratus ribu.
Bapak
Asum : Apa?
Ibu
Noneng : Meja teras, korsi teras.
Bapak
Asum : Tiga ratus ribu?
Ibu
Noneng : Iya.
Bapak
Asum : Ini nya juga gak bakalan cukup
tiga ratus ribu.
Ibu
Noneng : Yang kursi dua, meja satu.
Bapak
Asum : Sudah dicat dibersihkan lagi.
Ibu
Noneng : Bukan, dari plastik yang
napolik.
Bapak
Asum : Oh, Bapak kira itu yang kayu.
Ibu
Noneng : Oh, ini yang ini.
Bapak Asum : Iya yang sebelah itu?
Bapak kira yang kayu, makanya dicat lagi.
Ibu Noneng : Bukan, yang plastik.
Bapak Asum : Kalau di Garut berapa Neng? Mungkin tahu.
Ibu Noneng : Dua ratus ribu.
Dia ngambilnya buat lima bulan katanya, tidak akan
sampai lima bulanlah mungkin pokoknya.
Bapak Asum : Kredit? Kredit nego tiga ratus ribu? Irit-irit banget.
Ibu Noneng : Dari plastik.
Ibu Ningrum : Silahkan diminum, tuh ada kue.
Ibu sudah kenyang tadi beli mie ayam di situ tuh.
Ibu Noneng : Iya Bu, Terima kasih.
Pak Asum : Iya nanti kita lihat saja dulu modalnya.
Ibu Noneng : Iya. Titih pak, sama saya dianya janji desember eh malah
dibelikan laptop terus dia malah bilang “iya katanya Neng, Pak Asum suruh ke
sini”.
Pak Asum : Kalau minimalis jadi gak?
Ibu Noneng : Iya jadi, sekarang saya sudah dari sini mau ke sana.
Pak Asum : Yang kaya gitu pake pegangannya ya?
Ibu Noneng : Iya.
Pak Asum : Itu kalau yang kursi apa taman yang dua mejanya satu berapa
Dan?
Dani : Lagi kosong pak.
Pak Asum : Oh, kalau ada harganya berapa Dan?
Dani : Tiga ratus lima puluh ribu Pak.
Pak Asum : Oh, ya ya. Makasih Dan.
Kalau
di sana gak ada. Dari yang lain suka mahak Neng, sudah gak ada lagi lebihnya
kalau buat pendapatan Bapak, paling nyampe empat ratus ribuan.
Ibu Noneng : Oh, iya nanti saya sampaikan.
Pak Asum : Gak, gak ada lebihnya kalau tiga ratus ribu.
Iya kebiasaan beli bensin jarak dekat limapuluh ribu
sekarang jadi seratus ribu.
Ibu Noneng : Iya Pak.
Pak Asum : Iya belum supir mungkin belum buat bensin ya?
Ibu Noneng : Iya.
Pak Asum : Itu bukannya sama orang lain?
Ibu Noneng : Iya sama orang lain.
Pak Asum : Nih bawa satu, yang mana silakan. Eneng suka? Eh malah
senyum.
Ibu Noneng : Ayok katanya mamah kita lihat-lihat kursi.
Pak Asum : Iya, mumpung ada supir. Supirnya kadang ada kadang gak ada.
Ibu Noneng : Iya gak apa-apalah Tih kata saya dari pada ngebatin, saya
ngebatin malu sama Bapak kata saya dibilangin kaya gitu. Gak apa-apalah dari
pada jadi pikiran .
Pak Asum : Sudah masuk berapa?
Ibu Noneng : Kan ngambilnya sama deswar TV. Baru DP saja dulu nyicil sekali
sudah saja gak nyicil lagi.
Pak Asum : Deswar apa?
Ibu Noneng : Deswar yang kecil buat TV.
Katanya Neng kalau deswar TV jangan, iya boleh dua
ratus lima puluh ribu lagi tinggal dibayar gitu kata saya pak.
Pak Asum : Masih ada sisa gak itu?
Ibu Noneng : Ada, tinggal dua ratus lima puluh ribu lagi mungkin kalau
dikembalikan lagi kursi.
Pak Asum : Jadi gak masuk DP berarti ya?
Ibu Noneng : DP saja dulu.
Kan
sudah satu setengah tahun pak, sudah satu setengah tahun.
Pak Asum : Iya dua mungkin, DP nya sekali gitu kan?
Ibu Noneng : Iya itu saja yang masuknya.
Pak Asum : Berarti kalau kaya gitu mungkin DPnyaharus dipotong, iya
jangan disatukan.
Ibu Noneng : Nggak Pak.
Pak Asum : Iya makanya, DP itu bukan buat apa-apa ya, buat
ongkos-ongkos ya kan?
Ibu Noneng : Iya dong.
Tinggal sisa
dua ratus limapuluh ribu di dia, diambil kemarin sama saya. Biar dia minjem,
biar dibayar.
Pak Asum : Memangnya dia kerjanya apa?
Ibu Noneng : Pak kerjanya, saya bukan apa-apa, kerjanya seminggu dapet satu
setengah juta, Cuma utangnya banyak, jadi kaya gitu orangnya.
Gak dikasih sama sya waktu dulu dia lihat saya
ngasih barang sama ang lain, takutnya sangkaanya masa saya gak dikasih,
takutnya ngira saya gak percaya.
Pak Asum : Nah kalau namu, siapa itu namanya Titih namanya siapa?
Ibu Noneng : Iya Titih.
Pak Asum : Kalo namu juga Bapak segan sama orang yang banyak uang kaya
gitu.
Ibu Noneng : Jelasnya hidupnya lebih dari itu.
Pak Asum : Banyak utang!
Ibu Noneng : Nah Bapak ke sana ya ke sana aja dulu .
Tuh Bi Dadar warung bakso belum bayar-bayar, bilang
katanya pas datang suaminya eh malah nggak.
Pak Asum : Kan kalau sama Bapak dulu juga langsung datang nyamperin
ya?
Ibu Noneng : Iya Pak.
Pak
Asum : Sudah pernah nyoba sprit
buatan Bapak belum?
Ibu Noneng : Belum Pak.
Pak Asum : Nah ini buatan Bapak, nah ini waktu di sana ini sama Bapak.
Barang Bapak tidak apa-apa suka dipakai sama Bapak udah lama nah buatan Bapak
sprit.
Kalau sentral sekarang pada mahal, jadi ngambil yang
murah. Sentral sekarang lebih dari empat ratus ribu. Kalau yang kaya gini bisa
dua ratus lima puluh ribu.
Nah
biar awet kursi kaya gitu Neng!
Ibu Noneng : Yang ini?
Pak Asum : Ini joknya. Nah yang itu pegawainya kurang bagus.
Ibu Noneng : Oh itu bukan pasangannya?
Pak Asum : Bukan, itu mah satu set.
Kan pegawai yang buat jok gak ada tiga bulan, terus
diambil pegawai lain.
Nah kalau mau nah ini Bapak buatin sama buludru biar
bagus, sekarang lagi musim warna yang ungu, yang merah, sekarang lagi musim
ungu.
Ibu Noneng : Kaya gini bahannya?
Pak Asum : Tapi buludrunya yang kaya gitu yang bagusnya.
Ibu Noneng : Oh iya.
Pak Asum : Itu tiga pintu?
Ibu Noneng : Tiga pintu.
Pk Asum : Itu tisum apa jati?
Ibu Noneng : Jati.
Pak Asum : Jati? Aduh, dulu harganya berapa?
Ibu Noneng : Kalau dulu lagi dua juta.
Pak Asum : Berapa?
Ibu Noneng : Dua juta.
Pak Asum : Kalau sekarang dua setengah juta.
Ibu Noneng : Dia gak bener gitu padahal makin ke sini makin mahal.
Pak Asum : Iya.
Kalau Bapak sih gak rugi, gak apa-apa. Tambah waktu
ya harga naik.
Ibu Noneng : Iya Pak.
Ada
yang masih kerja?
Pak Asum : Kan itu di yang sebelah.
Ibu Noneng : Toko?
Pak Asum : Itu buat rumah sama garasi, toko di ke sinikan gitu biar
gak hilir mudik.
Ibu Noneng : Enakan kaya gini.
Pak Asum : Iya. Jadi kalau ada tamu jadi langsung saja.
Ibu Noneng : Iya benar Pak.
A. Analisis
Maksim
1. Maksim
Kuantitas
-
Ibu Noneng : … Pak? Itu Nego tiga ratus ribu katanya
pak.
Bapak Asum :
Apa?
Ibu Noneng :
Nego tiga ratus ribu.
Bapak Asum :
Apa?
Ibu Noneng :
Meja teras, korsi teras.
Bapak Asum :
Tiga ratus ribu?
Ibu Noneng : Iya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Bapak Asum : Kalau di Garut berapa Neng? Mungkin tahu.
Ibu Noneng : Dua ratus ribu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Ibu Ningrum : Silahkan diminum, tuh ada kue.
Ibu sudah kenyang tadi beli mie
ayam di situ tuh.
Ibu Noneng : Iya Bu, Terima kasih.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Yang kaya gitu pake pegangannya ya?
Ibu Noneng : Iya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Oh, kalau ada harganya berapa Dan?
Dani : Tiga ratus lima puluh ribu Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Dani memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Gak, gak ada lebihnya kalau tiga ratus
ribu.
Iya kebiasaan beli bensin jarak dekat limapuluh ribu
sekarang jadi seratus ribu.
Ibu Noneng : Iya Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Iya belum supir mungkin belum buat
bensin ya?
Ibu Noneng : Iya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Deswar apa?
Ibu Noneng : Deswar yang kecil buat TV.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Berarti kalau kaya gitu mungkin
DPnyaharus dipotong,
iya
jangan disatukan.
Ibu Noneng : Nggak Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Iya makanya, DP itu bukan buat apa-apa
ya, buat ongkos
ongkos
ya kan?
Ibu Noneng : Iya dong.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Nah kalau namu, siapa itu namanya
Titih namanya siapa?
Ibu Noneng : Iya Titih.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Kan kalau sama Bapak dulu juga
langsung datang
nyamperin
ya?
Ibu Noneng : Iya Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Sudah pernah nyoba sprit buatan Bapak
belum?
Ibu Noneng : Belum Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Ibu Noneng : Kaya gini bahannya?
Pak Asum : Tapi buludrunya yang kaya gitu yang bagusnya.
Ibu Noneng : Oh iya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Itu tiga pintu?
Ibu Noneng : Tiga pintu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Itu tisum apa jati?
Ibu Noneng : Jati.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Berapa?
Ibu Noneng : Dua juta.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Ibu Noneng : Dia gak bener gitu padahal makin ke sini
makin mahal.
Pak Asum : Iya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Kalau Bapak sih gak rugi, gak apa-apa.
Tambah waktu ya
harga naik.
Ibu Noneng : Iya Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
-
Pak Asum : Iya. Jadi kalau ada tamu jadi langsung
saja.
Ibu Noneng : Iya benar Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kuantitas,
karena Ibu Noneng memberikan sumbangan seinformatif yang diperlukan dan tidak
melebihi yang tidak diperlukan kepada lawan tuturnya.
2. Maksim
Kualitas
-
Ibu : Pak, pak, pak, pak…
Pulang dari
garut?
Ibu Noneng : Iya, habis setor motor.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa Ibu
Noneng memang habis setor motor.
-
Ibu Noneng : … Pak? Itu Nego tiga ratus ribu katanya
pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa teman Ibu
Noneng menawar tiga ratus ribu rupiah.
-
Bapak Asum : Ini nya juga gak bakalan cukup tiga ratus
ribu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Bapak Asum memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Bapak Asum : Sudah dicat dibersihkan lagi.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Bapak Asum memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa memang
Bapak Asum sudah mengcat lemari yang akan dipesan Ibu Noneng.
-
Bapak Asum : Iya yang sebelah itu?
Bapak kira yang kayu, makanya dicat
lagi.
Ibu Noneng : Bukan, yang plastik.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa yang akan
dipesan Ibu Noneng lemari yang bahannya dari plastik.
-
Bapak Asum : Kalau di Garut berapa Neng? Mungkin tahu.
Ibu Noneng : Dua ratus ribu.
Dia ngambilnya buat lima bulan
katanya, tidak akan sampai lima bulanlah mungkin pokoknya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa Ibu
Noneng menjawab harga lemari di Garut.
-
Ibu Ningrum : Silahkan diminum, tuh ada kue.
Ibu sudah kenyang tadi beli mie
ayam di situ tuh.
-
Ibu Noneng :
Iya. Titih pak, sama saya dianya janji desember eh malah
dibelikan laptop
terus dia malah bilang “iya katanya Neng, Pak Asum suruh ke sini”.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa Ibu
Noneng menyampaikan perangai Bi Titih.
-
Pak Asum : Kalau minimalis jadi gak?
Ibu Noneng : Iya jadi, sekarang saya sudah dari sini mau ke sana.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa Ibu
Noneng akan pergi ke tempat yang akan membeli lemari sehabis pulang dari rumah
Bapak Asum.
-
Pak Asum : Yang kaya gitu pake pegangannya ya?
Ibu Noneng : Iya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa Ibu
Noneng membenarkan kursi itu memakai pegangan.
-
Pak Asum : Itu kalau yang kursi apa taman yang
dua mejanya satu
berapa
Dan?
Dani : Lagi kosong
pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Dani memberikan informasi yang
benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa Dani
mengatakan memang meja yang dimaksud Bapak Asum sedang kosong.
-
Pak Asum : Oh, kalau ada harganya berapa Dan?
Dani : Tiga ratus lima puluh ribu Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Dani memberikan informasi yang
benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Kalau di sana gak ada. Dari yang lain
suka mahak Neng,
sudah gak ada
lagi lebihnya kalau buat pendapatan Bapak, paling nyampe empat ratus ribuan.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Bapak Asum memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Itu bukannya sama orang lain?
Ibu Noneng : Iya sama orang lain.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa Ibu
Noneng memberikan informasi kursi memang dibeli oleh orang lain.
-
Ibu Noneng : Iya gak apa-apalah Tih kata saya dari
pada ngebatin, saya
ngebatin malu
sama Bapak kata saya dibilangin kaya gitu. Gak apa-apalah dari pada jadi
pikiran .
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Sudah masuk berapa?
Ibu Noneng : Kan ngambilnya sama deswar TV. Baru DP saja dulu nyicil sekali
sudah saja gak nyicil lagi.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Deswar apa?
Ibu Noneng : Deswar yang kecil buat TV.
Katanya Neng kalau deswar TV jangan, iya boleh dua
ratus lima puluh ribu lagi tinggal dibayar gitu kata saya pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa teman Ibu
Noneng membeli deswar kecil untuk TV.
-
Pak Asum : Masih ada sisa gak itu?
Ibu Noneng : Ada, tinggal dua ratus lima puluh ribu lagi mungkin kalau
dikembalikan lagi kursi.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa teman Ibu
Noneng memang masih punya sisa cicilan kepadanya dua ratus lima puluh ribu
lagi.
-
Pak Asum : Jadi gak masuk DP berarti ya?
Ibu Noneng : DP saja dulu.
Kan sudah satu setengah tahun pak, sudah satu
setengah tahun.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa temannya
Ibu Noneng baru masuk DP saja.
-
Pak Asum : Iya dua mungkin, DP nya sekali gitu
kan?
Ibu Noneng : Iya itu saja yang masuknya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Berarti kalau kaya gitu mungkin
DPnyaharus dipotong,
iya
jangan disatukan.
Ibu Noneng : Nggak Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Ibu Noneng : Tinggal sisa dua ratus limapuluh ribu di
dia, diambil
kemarin
sama saya. Biar dia minjem, biar dibayar.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Memangnya dia kerjanya apa?
Ibu Noneng : Pak kerjanya, saya bukan apa-apa, kerjanya seminggu dapet satu
setengah juta, Cuma utangnya banyak, jadi kaya gitu orangnya.
Gak dikasih sama saya waktu dulu dia lihat saya
ngasih barang sama ang lain, takutnya sangkaanya masa saya gak dikasih,
takutnya ngira saya gak percaya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Nah kalau namu, siapa itu namanya
Titih namanya siapa?
Ibu Noneng : Iya Titih.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa memang
nama temannya adalah Titih.
-
Ibu Noneng : Tuh Bi Dadar warung bakso belum
bayar-bayar, bilang
katanya
pas datang suaminya eh malah nggak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Sudah pernah nyoba sprit buatan Bapak
belum?
Ibu Noneng : Belum Pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Nah ini buatan Bapak, nah ini waktu di
sana ini sama
Bapak. Barang
Bapak tidak apa-apa suka dipakai sama Bapak udah lama nah buatan Bapak sprit.
Kalau sentral sekarang pada mahal, jadi ngambil yang
murah. Sentral sekarang lebih dari empat ratus ribu. Kalau yang kaya gini bisa
dua ratus lima puluh ribu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Bapak Asum memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Ibu Noneng : Oh itu bukan pasangannya?
Pak Asum : Bukan, itu mah satu set.
Kan pegawai yang buat jok gak ada tiga bulan, terus
diambil pegawai lain.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Bapak Asum memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Pak Asum : Itu tiga pintu?
Ibu Noneng : Tiga pintu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa lemari
yang dipesan temannya tiga pintu.
-
Pak Asum : Itu tisum apa jati?
Ibu Noneng : Jati.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa lemari
yang dipesan temannya bahannya dari jati.
-
Pak Asum : Jati? Aduh, dulu harganya berapa?
Ibu Noneng : Kalau dulu lagi dua juta.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa harga
lemari dari jati yang tiga pintu dulu dua juta.
-
Pak Asum : Kalau sekarang dua setengah juta.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
Karena Bapak Asum memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
-
Ibu Noneng : … Ada yang masih kerja?
Pak Asum : Kan itu di yang sebelah.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
karena Bapak Asum memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur. Bahwa memang
masih ada yang bekerja.
-
Ibu Noneng : Toko?
Pak Asum : Itu buat rumah sama garasi, toko di ke sinikan gitu biar
gak hilir mudik.
Tuturan di atas termasuk pada maksim kualitas,
karena Ibu Noneng memberikan informasi
yang benar dan bisa dibuktikan kebenarannya kepada lawan tutur.
3. Maksim
Hubungan
-
Ibu Noneng : Bapak ada, bu?
Ibu Ningrum : Pak, pak, pak, pak…
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Ningrum mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur tersebut,
yakni bahwa menandakan memang di rumahnya ada Bapak Asum.
-
Bapak Asum : Ini nya juga gak bakalan cukup tiga ratus
ribu.
Ibu Noneng :
Yang kursi dua, meja satu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut, yakni yang dipesannya adalah yang kursinya dua dan mejanya satu.
-
Bapak Asum : Sudah dicat dibersihkan lagi.
Ibu Noneng : Bukan, dari plastik yang napolik.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut, bahwa yang akan dipesannya adalah kursi dari plastik napolik.
-
Bapak Asum : Kredit? Kredit nego tiga ratus ribu?
Irit-irit banget.
Ibu Noneng : Dari plastik.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut.
-
Pak Asum : Itu kalau yang kursi apa taman yang
dua mejanya satu
berapa
Dan?
Dani : Lagi kosong pak.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Dani mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur tersebut.
-
Pak Asum : Kalau di sana gak ada. Dari yang lain
suka mahak Neng,
sudah gak ada
lagi lebihnya kalau buat pendapatan Bapak, paling nyampe empat ratus ribuan.
Ibu Noneng : Oh, iya nanti saya sampaikan.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Ningrum mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut, bahwa Ibu Noneng akan menyampaikan pesan apa yang telah dikatakan
Bapak Asm kepada temanya.
-
Pak Asum : Nih bawa satu, yang mana silakan.
Eneng suka? Eh malah
senyum.
Ibu Noneng : Ayok katanya mamah kita lihat-lihat kursi.
Pak Asum : Iya, mumpung ada supir. Supirnya kadang ada kadang gak ada.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut.
-
Pak Asum : Memangnya dia kerjanya apa?
Ibu Noneng : Pak kerjanya, saya bukan apa-apa, kerjanya seminggu dapet satu
setengah juta, Cuma utangnya banyak, jadi kaya gitu orangnya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut.
-
Pak Asum : Kalo namu juga Bapak segan sama orang
yang banyak
uang
kaya gitu.
Ibu Noneng : Jelasnya hidupnya lebih dari itu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut.
-
Pak Asum : Kalau sekarang dua setengah juta.
Ibu Noneng : Dia gak bener gitu padahal makin ke sini makin mahal.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut, bahwa Ibu Noneng megkritik temannya.
-
Ibu Noneng : … Ada yang masih kerja?
Pak Asum : Kan itu di yang sebelah.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut, bahwa Bapak Asum menyatakan memang masih ada yang bekerja.
-
Ibu Noneng : Toko?
Pak Asum : Itu buat rumah sama garasi, toko di ke sinikan gitu biar gak
hilir mudik.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut.
-
Ibu Noneng : Enakan kaya gini.
Bapak Asum : Iya. Jadi kalau ada tamu jadi langsung saja.
Tuturan di atas termasuk pada maksim hubungan,
karena Ibu Noneng mengatakan pertuturan yang relevan dalam peristiwa tutur
tersebut.
4. Maksim
Cara
-
Ibu Ningrum : Pulang dari garut?
Ibu
Noneng : Iya, habis setor motor.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar, yakni memang Ibu Noneng
habis setor motor.
-
Bapak Asum : Oh, Bapak kira itu yang kayu.
Ibu
Noneng : Oh, ini yang ini.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar.
-
Bapak Asum : Iya yang sebelah itu?
Bapak kira yang kayu, makanya dicat
lagi.
Ibu
Noneng : Bukan, yang plastik.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar, yakni yang dimaksud Ibu
Noneng adalah kursi dari bahan plastik.
-
Ibu Ningrum : Silahkan diminum, tuh ada kue.
Ibu sudah kenyang tadi beli mie
ayam di situ tuh.
Ibu Noneng : Iya Bu, Terima kasih.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar, yakni Ibu Noneng
mengucapkan terimakasih.
-
Pak Asum : Itu bukannya sama orang lain?
Ibu Noneng : Iya sama orang lain.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar, yakni kursi yang
dipesannya dulu dibeli oleh orang lain.
-
Pak Asum : Deswar apa?
Ibu Noneng : Deswar yang kecil buat TV.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar, yakni deswar yang
dipesan temannya itu yang kecil untuk TV.
-
Pak Asum : Jadi gak masuk DP berarti ya?
Ibu Noneng : DP saja dulu.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar.
-
Pak Asum : Iya dua mungkin, DP nya sekali gitu
kan?
Ibu Noneng : Iya itu saja yang masuknya.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar.
-
Pak Asum : Nah kalau namu, siapa itu namanya
Titih namanya siapa?
Ibu Noneng : Iya Titih.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar.
-
Ibu Noneng : Oh itu bukan pasangannya?
Pak Asum : Bukan, itu mah satu set.
Tuturan di atas termasuk pada maksim cara, karena
tuturan yang dituturkan oleh Ibu Noneng mudah dimengerti oleh lawan tuturnya
dengan jelas, ringkas, teratur, dan tidak samar-samar, yakni itu kursi memang
bukan pasangannya kursi yang ditunjukkan Ibu Noneng karena itu satu set.
B. Tindak
Tutur
1. Tindak
tutur asertif/refresentatif
-
Ibu Ningrum : … Pulang dari garut?
Ibu
Noneng : Iya, habis setor motor.
Tuturan
di atas termasuk ke dalam tindak tutur asertif/refresentatif, karena tuturan di
atas menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan
kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa Ibu Noneng menjelaskan ia memang pulang
dari garut.
-
Pak Asum : Ini nya juga gak bakalan cukup tiga
ratus ribu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum menjelaskan memang barang itu modalnya saja tidak cukup dengan Rp. 300.
000.
-
Ibu Noneng : Yang kursi dua, meja satu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menunjuk apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menunjuk yang akan dipesannya adalah kursi dua dan meja satu.
-
Pak Asum : Sudah dicat dibersihkan lagi.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum menjelaskan kursi yang akan dipesan sudah dicat kembali.
-
Pak Asum : Oh, Bapak kira itu yang kayu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas mengemukakan/menjelaskan apa dan
bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya,
bahwa Bapak Asum mengemukakan/menjelaskan bahwa ia mengira yang akan dipesan
oleh Ibu Noneng adalah kursi kayu.
-
Ibu Noneng : Oh, ini yang ini.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menunjuk apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng meunjukkan kepada barang yang akan dipesan oleh temannya.
-
Pak Asum : Iya yang sebelah itu?
Bapak
kira yang kayu, makanya dicat lagi
Ibu Noneng :
Bukan, yang plastik.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menunjuk dan menjelaskan apa dan
bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya,
bahwa Bapak Asum menunjukkan barang yang dia kira akan dipesan oleh Ibu Noneng,
dan menjelaskan bahwa barang itu telah dicat kembali, dibersihkan kembali.
-
Ibu Ningrum : Silahkan diminum, tuh ada kue.
Ibu sudah kenyang tadi beli mie
ayam di situ tuh.
Ibu
Noneng : Iya Bu, Terima kasih.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menunjuk dan mengemukakan apa dan
bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya,
bahwa Ibu Ningrum menunjukkan air dan kue kepada Ibu Noneng, dan mengemukakan
bahwa ia kenyang telah membeli mie ayam di dekat rumahnya.
-
Ibu Noneng : Iya. Titih pak, sama saya dianya janji
desember eh malah
dibelikan laptop
terus dia malah bilang “iya katanya Neng, Pak Asum suruh ke sini”.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan perihal Bi titih yang tidak membayar cicilan dan malah
dibelikan laptop, dan menjelaskan amanat dari Bi titih yang menyuruh Pak Asum
untuk menemuinya.
-
Pak Asum : Kalau minimalis jadi gak?
Ibu
Noneng : Iya jadi, sekarang saya sudah
dari sini mau ke sana.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa Ibu
Noneng menjelaskan akan jadi membeli minimalis dan menjelaskan bahwa ia akan
datang ke rumah yang akan memesan minimalis setelah pulang dari rumah Pak Asum.
-
Pak Asum : Itu kalau yang kursi apa taman yang
dua mejanya satu
berapa
Dan?
Dani : Lagi kosong pak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Dani menjelaskan barang yang akan dipesan oleh Pak Asum sedang kosong/tidak
ada.
-
Pak Asum : … Kalau di sana gak ada. Dari yang
lain suka mahak
Neng, sudah gak
ada lagi lebihnya kalau buat pendapatan Bapak, paling nyampe empat ratus
ribuan.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur asertif/refresentatif,
karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya yang
mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa Bapak Asum menjelaskan
kepada Ibu Noneng barang yang akan dipesan oleh Ibu Noneng tidak ada dimebeul
temannya, dan menjelaskan pula bahwa barang di tempat lain akan lebih mahal
tidak sesuai dengan pendapatan Bapak Asum.
-
Pak Asum : Gak, gak ada lebihnya kalau tiga ratus
ribu.
Iya kebiasaan
beli bensin jarak dekat limapuluh ribu sekarang jadi seratus ribu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas mengemukakan dan menjelaskan apa
dan bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang
diujarkannya, bahwa Bapak Asum mengemukakan dan menjelaskan tidak ada lebihnya
dari harga yang ditawar oleh temannya Ibu Noneng, dan mengemukakan bahwa
biasanya membeli bensin Rp. 50.000,- sekarang menjadi Rp. 100.000,- dengan
jarak yang dekat.
-
Pak Asum : Itu bukannya sama orang lain?
Ibu Noneng :
Iya sama orang lain.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas mengemukakan dan menjelaskan apa
dan bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang
diujarkannya, bahwa Ibu Noneng menjelaskan barang yang dipesannya dibeli oleh
orang lain.
-
Pak Asum : Iya, mumpung ada supir. Supirnya
kadang ada kadang gak
ada.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas mengemukakan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum mengemukakan lebih baik memesan kursi sekarang mumpung ada supir
karena supirnya kadang ada kadang tidak ada.
-
Ibu Noneng : Ayok katanya mamah kita lihat-lihat
kursi.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan perihal kedatangannya karena ajakan anaknya.
-
Ibu Noneng : Iya gak apa-apalah Tih kata saya dari
pada ngebatin, saya
ngebatin malu
sama Bapak kata saya dibilangin kaya gitu. Gak apa-apalah dari pada jadi
pikiran .
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menngemukakan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng memaparkan dan menjelaskan perihal tentang mengambil kembali barang
yang dibeli Bi Titih karena tidak lekas membayar.
-
Pak Asum : Sudah masuk berapa?
Ibu
Noneng : Kan ngambilnya sama deswar
TV. Baru DP saja dulu
nyicil
sekali sudah saja gak nyicil lagi.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan barang dan berapa kali yang baru dibayar oleh temannya.
-
Pak Asum : Deswar apa?
Ibu Noneng : Deswar yang kecil buat TV.
Katanya Neng kalau deswar TV jangan, iya boleh dua
ratus lima puluh ribu lagi tinggal dibayar gitu kata saya pak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan barang yang seperti apa yang dipesan oleh temannya.
-
Pak Asum : Masih ada sisa gak itu?
Ibu
Noneng : Ada, tinggal dua ratus lima
puluh ribu lagi mungkin kalau dikembalikan lagi kursi.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur asertif/refresentatif,
karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya yang
mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa Ibu Noneng menjelaskan
sisa cicilan temannya itu.
-
Pak Asum : Jadi gak masuk DP berarti ya?
Ibu Noneng : DP saja dulu.
Kan sudah satu setengah tahun pak, sudah satu
setengah tahun.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan bahwa temannya baru hanya membayar DP saja, dan
menjelaskan bahwa temannya sudah mengkredit satu setengah tahun.
-
Pak Asum : Iya dua mungkin, DP nya sekali gitu
kan?
Ibu
Noneng : Iya itu saja yang masuknya.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan temannya hanya sekali membayar waktu dulu.
-
Pak Asum : Iya makanya, DP itu bukan buat apa-apa
ya, buat ongkos-
ongkos
ya kan?
Ibu Noneng : Iya dong.
Tinggal sisa dua ratus limapuluh
ribu di dia, diambil kemarin sama saya. Biar dia minjem, biar dibayar.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan dan mengemukakan apa
dan bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang
diujarkannya, bahwa Ibu Noneng menjelaskan sisa cicilan temannya, dan
mengemukakan bahwa kemarin sudah dia tagih.
-
Pak Asum : Memangnya dia kerjanya apa?
Ibu Noneng : Pak kerjanya, saya bukan apa-apa, kerjanya seminggu dapet satu
setengah juta, Cuma utangnya banyak, jadi kaya gitu orangnya.
Gak dikasih sama sya waktu dulu dia lihat saya
ngasih barang sama ang lain, takutnya sangkaanya masa saya gak dikasih,
takutnya ngira saya gak percaya.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan perihal pendapatan Bi Titih dan kehidupan Bi Titih.
-
Ibu Noneng : Jelasnya hidupnya lebih dari itu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan tentang bagaimana hidupnya temannya.
-
Ibu Noneng : … Tuh Bi Dadar warung bakso belum
bayar-bayar, bilang
katanya
pas datang suaminya eh malah nggak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan perihal Bi Dadar yang sudah lama tidak membayar cicilan.
-
Pak Asum : Sudah pernah nyoba sprit buatan Bapak
belum?
Ibu Noneng : Belum Pak.
Pak Asum : Nah ini buatan Bapak, nah ini waktu di sana ini sama Bapak.
Barang Bapak tidak apa-apa suka dipakai sama Bapak udah lama nah buatan Bapak
sprit.
Kalau sentral sekarang
pada mahal, jadi ngambil yang murah. Sentral sekarang lebih dari empat ratus
ribu. Kalau yang kaya gini bisa dua ratus lima puluh ribu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menunjukkan dan menjelaskan apa
dan bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang
diujarkannya, bahwa Bapak Asum menunjukkan dan menjelaskan tempat tidur yang
telah Bapak Asum buat, dan menjelaskan bahwa sentral sekarang sedang mahal dan
lebih banyak diminati barang yang telah Bapak Asum buat.
-
Pak Asum : Ini joknya. Nah yang itu pegawainya
kurang bagus.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menunjukkan dan menjelaskan apa
dan bagaimana sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang
diujarkannya, bahwa Bapak Asum menunjukkan jok kursi, dan menjelaskan kursi
yang satu lagi kurang bagus karena pegawainya yang kurang bagus dalam bekerja.
-
Ibu Noneng : Oh itu bukan pasangannya?
Pak Asum :
Bukan, itu mah satu set.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, dan
menjelaskan bahwa pembuat joknya tidak ada lantas dikerjakan oleh orang lain.
-
Pak Asum : Tapi buludrunya yang kaya gitu yang
bagusnya.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menunjuk apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum menunjukkan bahan buludru yang bagusnya.
-
Pak Asum : Jati? Aduh, dulu harganya berapa?
Ibu
Noneng : Kalau dulu lagi dua juta.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Ibu Noneng menjelaskan harga lemari waktu dulu Rp. 2. 000.000,-.
-
Pak Asum : Kalau sekarang dua setengah juta.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
harga lemari dari jati sekarang Rp. 2. 500.000,-.
-
Pak Asum : Kalau Bapak sih gak rugi, gak apa-apa.
Tambah waktu ya
harga
naik.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum menjelaskan beliau tidak merasa rugi.
-
Ibu Noneng : … Ada yang masih kerja?
Pak Asum
: Kan itu di yang sebelah.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum menjelaskan di pinggir rumahnya sedang ada yang bekerja.
-
Pak Asum : Itu buat rumah sama garasi, toko di ke
sinikan gitu biar
gak
hilir mudik.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum menjelaskan fungsi lokasi rumah yang sedang dibangun.
-
Pak Asum : Iya. Jadi kalau ada tamu jadi langsung
saja.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
asertif/refresentatif, karena tuturan di atas menjelaskan apa dan bagaimana
sesuatu itu adanya yang mengikat akan kebenaran apa yang diujarkannya, bahwa
Bapak Asum menjelaskan perihal keadaan rumah yang nanti sudah dibangun agar
tamu langsung masuk ke mebeul.
2. Tindak
Tutur Direktif/Impositif
-
Bapak Asum : Sudah dicat dibersihkan lagi.
Ibu Noneng :
Bukan, dari plastik yang napolik.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif/impositif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan
sesuatu, yakni Ibu Noneng menentang perkiraan pesanan Bapak Asum yang akan
dipesan olehnya.
-
Bapak Asum : Iya yang sebelah itu?
Bapak kira yang kayu, makanya dicat
lagi.
Ibu Noneng :
Bukan, yang plastik.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu,
bahwa Ibu Noneng menentang Bapak Asum, bahwa perkiraan yang diperkiraan oleh
Bapak Asum tidak tepat.
-
Pak Asum : Nih bawa satu, yang mana silakan.
Eneng suka? Eh malah
senyum.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu,
bahwa Pak Asum mengusulkan kepada Ibu Noneng untuk membeli/mengambil kursi lagi
untuknya.
-
Pak Asum : Iya, mumpung ada supir. Supirnya
kadang ada kadang gak
ada.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu,
bahwa Bapak Asum mengusulkan Ibu Noneng untuk membeli kursi mumpung ada supir.
-
Pak Asum : Berarti kalau kaya gitu mungkin
DPnyaharus dipotong, iya jangan disatukan.
Ibu Noneng : Nggak Pak.
Pak Asum :
Iya makanya, DP itu bukan buat apa-apa ya, buat ongkos
ongkos ya kan?
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu,
bahwa Bapak Asum mengusulkan bahwa DP nya harus dipotong, harus dipisahkan
dengan DP barang yang lainnya.
-
Ibu Noneng : Nah Bapak ke sana ya ke sana aja dulu .
Tuh Bi Dadar warung bakso belum bayar-bayar, bilang
katanya pas datang suaminya eh malah nggak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur direktif,
karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu, bahwa Ibu
Noneng mengusulkan Bapak Asum untuk menemui Bi Dadar supaya cepat membayar
cicilan.
-
Pak Asum : Nah biar awet kursi kaya gitu Neng!
Ibu Noneng : Yang ini?
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu,
bahwa Bapak Asum mengusulkan kepada Ibu Noneng untuk membeli kursi yang awet.
-
Ibu Noneng : Oh itu bukan pasangannya?
Pak
Asum : Bukan, itu mah satu set.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu,
bahwa Bapak Asum menentang perkiraan Ibu Noneng perihal kursi.
-
Pak Asum : Nah kalau mau nah ini Bapak buatin sama
buludru biar
bagus, sekarang
lagi musim warna yang ungu, yang merah, sekarang lagi musim ungu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
direktif, karena tuturan di atas mendorong penangkap tutur melakukan sesuatu,
bahwa Bapak Asum mengusulkan Ibu Noneng untuk membeli kursi dan akan dibuatkan
dari bahan buludru oleh Bapak Asum, dan mengusulkan warnanya.
3. Tindak
Tutur Ekspresif/Evaluatif
-
Ibu Noneng : Pak? Itu Nego tiga ratus ribu katanya
pak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengadukan/ menyampaikan ucapan dari temannya kepada Bapak Asum.
-
Bapak Asum : Kredit? Kredit nego tiga ratus ribu?
Irit-irit banget.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Bapak Asum mengeritik perihal harga yang ditawar oleh teman Ibu Noneng.
-
Ibu Ningrum : Silahkan diminum, tuh ada kue.
Ibu sudah kenyang tadi beli mie
ayam di situ tuh.
Ibu Noneng :
Iya Bu, Terima kasih.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ningrum.
-
Ibu Noneng : Iya. Titih pak, sama saya dianya janji
desember eh malah
dibelikan laptop
terus dia malah bilang “iya katanya Neng, Pak Asum suruh ke sini”.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengadukan kepada Bapak Asum perihal perangai Bi Titih yang ingkar
janji untuk mencicil pada bulan Desember.
-
Pak Asum : Oh, kalau ada harganya berapa Dan?
Dani : Tiga ratus lima puluh ribu Pak.
Pak Asum :
Oh, ya ya. Makasih Dan.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Bapak Asum mengucapkan terimakasih kepada Dani.
-
Ibu Noneng : Ayok katanya mamah kita lihat-lihat
kursi.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa Ibu
Noneng mengadukan/menyampaikan ucapan kepada Bapak Asum perihal anaknya yang
mengajaknya ke rumah Bapak Asum untuk melihat kursi.
-
Ibu Noneng : Iya gak apa-apalah Tih kata saya dari
pada ngebatin, saya
ngebatin malu
sama Bapak kata saya dibilangin kaya gitu. Gak apa-apalah dari pada jadi
pikiran.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi,
bahwa Ibu Noneng mengdadukan kepada
Bapak Asum perihal apa yang telah dilakukannya kepada Bi Titih.
-
Ibu Noneng : Katanya Neng kalau deswar TV jangan, iya
boleh dua
ratus lima puluh
ribu lagi tinggal dibayar gitu kata saya pak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengadukan kepada Bapak Asum perihal Bi Titih.
-
Pak Asum : Memangnya dia kerjanya apa?
Ibu Noneng : Pak kerjanya, saya bukan apa-apa, kerjanya seminggu dapet satu
setengah juta, Cuma utangnya banyak, jadi kaya gitu orangnya.
Gak dikasih sama sya waktu dulu dia lihat saya
ngasih barang sama ang lain, takutnya sangkaanya masa saya gak dikasih,
takutnya ngira saya gak percaya
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengadukan kepada Bapak Asum perihal kelakuan Bi Titih, dan
mengadukan perihal ketidaknyamanan jika tidak memberikan kredit barang kepada
Bi Titih.
-
Ibu Noneng : Jelasnya hidupnya lebih dari itu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengadukan kepada Bapak Asum perihal kehidupan Bi Titih.
-
Ibu Noneng : Tuh Bi Dadar warung bakso belum bayar-bayar,
bilang
katanya
pas datang suaminya eh malah nggak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengadukan kepada Bapak Asum perihal Bi Dadar yang sudah lama tidak
membayar cicilan.
-
Pak Asum : … Nah yang itu pegawainya kurang
bagus.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Bapak Asum mengadukan perihal pekerjaan pegawainya yang kurang bagus.
-
Ibu Noneng : Dia gak bener gitu padahal makin ke sini
makin mahal.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng mengeritik perihal perangai Bi Titih yang tidak benar.
-
Ibu Noneng : Raoseun kieu.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif/evaluatif, karena tuturan di atas menyangkut perasaan dan sikap dan
tuturan di atas dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi, bahwa
Ibu Noneng memuji atas kebagusan ruangan rumah Bapak Asum.
4. Tindak
Tutur Komisif
-
Pak Asum : Iya nanti kita lihat saja dulu
modalnya.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
komisif, karena tuturan di atas mendorong Bapak Asum melakukan sesuatu dengan
apa yang sudah dia ucapkan, yakni Bapak Asum akan melihat modalnya terlebih
dahulu.
-
Pak Asum : Kalau minimalis jadi gak?
Ibu Noneng :
Iya jadi, sekarang saya sudah dari sini mau ke sana.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
komisif, karena tuturan di atas mendorong Ibu Noneng melakukan sesuatu dengan
apa yang sudah dia ucapkan, bahwa Ibu Noneng akan ke tempat orang yang memesan
minimalis sepulang dari rumah Bapak Asum.
-
Pak Asum : … Kalau di sana gak ada. Dari yang
lain suka mahak
Neng, sudah gak
ada lagi lebihnya kalau buat pendapatan Bapak, paling nyampe empat ratus
ribuan.
Ibu Noneng :
Oh, iya nanti saya sampaikan.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
komisif, karena tuturan di atas mendorong Ibu Noneng melakukan sesuatu dengan
apa yang sudah dia ucapkan, bahwa ia akan memberitahukan perihal harga kepada
temannya.
5. Deklaratif
-
Pak Asum : Gak, gak ada lebihnya kalau tiga ratus
ribu.
Iya kebiasaan beli bensin jarak dekat limapuluh ribu
sekarang jadi seratus ribu.
Ibu Noneng : Iya Pak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
deklaratif, karena tuturan di atas memantafkan atau membenarkan sesuatu dan
menciptakan sesuatu hal, bahwa Ibu Noneng memantafkan atau membenarkan apa yang
dikemukakan Pak Asum perihal biasanya membeli bensin Rp. 50.000,- menjadi Rp.
100.000,- dengan jarak dekat.
-
Pak Asum : Iya belum supir mungkin belum buat
bensin ya?
Ibu Noneng : Iya.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
deklaratif, karena tuturan di atas memantafkan atau membenarkan sesuatu dan menciptakan
sesuatu hal, bahwa Ibu Noneng memantafkan atau membenarkan apa yang dikemukakan
Bapak Asum perihal DP itu untuk membayar supir dan membeli bensin.
-
Pak Asum : Itu bukannya sama orang lain?
Ibu Noneng :
Iya sama orang lain.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
deklaratif, karena tuturan di atas memantafkan atau membenarkan sesuatu dan
menciptakan sesuatu hal, bahwa Ibu Noneng memantafkan atau membenarkan apa yang
dikemukakan Bapak Asum perihal barang yang dibeli oleh orang lain.
-
Pak Asum : Iya makanya, DP itu bukan buat apa-apa
ya, buat ongkos
ongkos
ya kan?
Ibu Noneng :
Iya dong.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
deklaratif, karena tuturan di atas memantafkan atau membenarkan sesuatu dan
menciptakan sesuatu hal, bahwa Ibu Noneng memantafkan atau membenarkan apa yang
dikemukakan Bapak Asum perihal DP itu untuk ongkos bukan untuk apa-apa.
-
Pak Asum : Kan kalau sama Bapak dulu juga
langsung datang
nyamperin
ya?
Ibu Noneng : Iya Pak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
deklaratif, karena tuturan di atas memantafkan atau membenarkan sesuatu dan
menciptakan sesuatu hal, bahwa Ibu Noneng memantafkan atau membenarkan apa yang
dikemukakan Bapak Asum perihal jika Pak Asum menemui Bi Dadar, maka Bi Dadar
akan segera menemuinya untuk membayar cicilan.
-
Ibu Noneng : Dia gak bener gitu padahal makin ke sini
makin mahal.
Pak Asum : Iya.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
deklaratif, karena tuturan di atas memantafkan atau membenarkan sesuatu dan
menciptakan sesuatu hal, bahwa Bapak Asum memantafkan atau membenarkan apa yang
dikemukakan Ibu Noneng bahwa Bi Titih tidak benar padahal semakin lama semakin
mahal lemari jati itu.
-
Pak Asum : Iya. Jadi kalau ada tamu jadi langsung
saja.
Ibu Noneng : Iya benar Pak.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur
deklaratif, karena tuturan di atas memantafkan atau membenarkan sesuatu dan
menciptakan sesuatu hal, bahwa Ibu Noneng memantafkan atau membenarkan apa yang
dikemukakan Bapak Asum perihal kenyamanan rumahnya.
No comments:
Post a Comment