Ayah
Karya: RiskaRamdiani
Usiamumemangsudahtakmudalagi
Namunkauselaluterlihatsemakintampan
Tubuhmumemangtaksegendutdahulu
Namuntenagamutetaputuhtakpernahruntuh
Akutakpernahmelihatmumeneteskan air
matadankautakpernahmelakukannya
Namuntahukahkau?
Menangistanpa air mataitujauhamatmenyakitkan
Kulihatmatamumemerah, bola
matahitammuberputar-putarmenyembunyikankesedihan
Geraktubuhmubegitubanyakkepalsuanuntukmembuatkubahagia
Kauberpura-pura, sungguhberpura-puratidaklelah
Kaumemutuskanuntukpergi, pergidarirumah yang
membuatmutenangdalamlelah
Dalamlelahmu,
kauselalupulangdenganbahagiaberharapakusemakintumbuhbesardanpintarmenjadikebanggaanseluruhdunia
Begituamatmenyakitkan, ketikakumendengarceritaIbu
Di sanakausendiribertemankandoadanridaIlahi
Bangundiniharipontang-panting kesana-kemari,
tanganmuterlukaterkenasengatanapi
Mengaduhsejenak, duduksejenakterburu-burumenyeka air
mata yang tumpah
SebagianwaktumutersitauntukmenggodaIbu, menggodaku
Berlari-larikecilmengerjarkudengantawa yang bijakitu
Berpura-puraterjatuhdenganmukamenggoda agar
akumerasamenang
Sungguh,
diaadalahtempatkumengaduketikaakumerasatakaman
Diaadalahtempatkuberlirihketikaduniamembuatkutakut
Dia, diaadalahayahku
Ayahkudengansemuatetesankeringatnya yang
menjadidarahdalamtubuhku
Ayahkudengansemuakesederhanaandankasihsayang yang
takakanpernahsia-sia
Sungguh, lihatlahTuhan!
Suguhkansyurgaterindahuntuknya
Untuknya yang selalumembuatIbudanakumerasabahagia
Tuan,
kerikildusta
Karya:
RiskaRamdiani
Hey kau Tuan!
Kemanakahkau?Dimanabatanghidungmu?
Lihatlahmerekaberjalan di
antarakerikil-kerikilkedustaanmu
Kenikmatan yang
kautuangberasaldarikeringatrakyatmu
Oh, lihatlah!
Lembayung di senja
Yang terdengarhanyasuara yang
takmemilikimakna
Kaumemperlakukanmerekaseperti orang mati
Terkubur di dalamsebuahkenistaan yangpedih
Taksudikahuntukkauperbaiki
Takinginkahuntukmenaungi kaki rakyatmu yang
selalumemujamu
Meskiberjalan
diantarakerikil-kerikilkedustaanmumerekatersenyumriang
Mencobamenghiburmudengansuatukepolosan yang
menjaditabiatnya
Ketikagemuruhhatimulaimembengkak di
ruang-ruanglangit
Merekaberulang kali menyekalukapahit
Namuntetapsajaterlihat di pelupukmata,
begitusakit
Sepanjangjalantakmerekatemukansapaanmu Tuan
Sapaanramah yang sempat Tuan janjikandalamkampanye
yang omongkosongitu
Lihatlah!
Logikamerekateracuniasamcukarayuanmu yang
takpernahbisamerekapungkiri
Guratwajah yang tersimpanrapi di baliho yang
takpernahbisamerekalukai
Merekakaubodohidenganmenelanjangipikiranmerekasendiri
Merekamerengek-rengekmelihatkehormatanmereka
yang tercecer
Namunkauhanyatersenyumtersimpulmalu
Berhentilahmengunyahpermenkaret yang
lengket
Biarkan kami tetapmanistanpaucapmu
Berhentilahmemakaikacamatakuda
Biarkan kami melihattanpamatamu, Tuan!
Oh Tuan, inginku,
kaulenyapdaritempatberpijakini
Merasakansebuahkenistaan yang amatpedih
Sepertilayaknyakaumemperlakukan kami
Dan akhirnyakitasama, matitapitetapbernyawa
No comments:
Post a Comment