ANALISIS
MAKNA FUNGSI SUBJEK DAN KATA BERDASARKAN SIGNIFIE DAN SIGNIFIANT
MAKALAH
Disusun sebagai syarat untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Semantik dengan dosen pengampu Prof. Dr. H.
Kosadi Hidayat
oleh:
nama:
Riska Ramdiani
NIM:
12211029
kelas:
3A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
(STKIP) GARUT
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga
saya mampu menyusun Makalah Semantik yang
berjudul “ANALISIS MAKNA FUNGSI SUBJEK DAN KATA BERDASARKAN
SIGNIFIE DAN SIGNIFIANT”.
Makalah ini saya susun berdasarkan kemampuan
saya dan dari
sumber-sumber yang saya
cari. Dikemas dengan Ringkasan Materi yang cukup dipahami.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk
diri saya sendiri maupun untuk
orang lain baik bermanfaat untuk masa sekarang atau pun masa yang akan datang,
sehingga dapat menambah pengetahuan.
Dan makalah ini sangat sederhana,
karna kesederhanaanya banyak sekali kekurangannya. Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari harapan kesempurnaan,
terimakasih jika para pembaca memberikan sumbang saran untuk perbaikan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A.
Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C.
Tujuan Masalah .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A.
Perkenalan .................................................................................. 3
B. Ruang Lingkup Semantik ........................................................... 5
C. Konteks dan Reference .............................................................. 10
D. Analisis
Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat
Kabar “Pikiran
Rakyat” Edisi Jumat, 04 April 2014
.................. 12
E. Analisis
Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang
Ditandai Dan Menandai ............................................................. 15
BAB III PENUTUP .............................................................................. 20
A.
Kesimpulan ................................................................................. 20
B.
Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 22
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Semantik adalah cabang linguistik
yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai
kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik
berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi
manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti
atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan.
Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang
ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang
melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu
sisi dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar
dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari
aspek kualitas, pendidikan Bahasa Indonesia kita memang sungguh sangat
memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain.
Sejalan dengan berkembangnya zaman
perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami
pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat
dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas
secara mendalam di dalam pembahasan.
Persoalan makna merupakan persoalan
yang menarik dalam kehidupan sehari-hari, makna merupakan kata dan istilah yang
membingungkan namun sebenarnya lebih dekat dengan kata. Atas dasar itu, tidak
mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai
kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat
terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu
kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu
sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan
secara utuh.
Di Negara Indonesia, penggunaan kata
terkadang masih kurang tepat sehingga terkesan rancu, baik dalam buku, surat
kabar, majalah, dalam berkomunikasi, dan lain-lain. Pada dasarnya mereka tidak
memahami apa kata-kata yang ditandai
(signifie) dan apa kata-kata yang menandai (signifiant).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka ada beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan semantik?
2. Apa saja ruang lingkup semantik?
3. Apa yang dimaksud dengan konteks dan
reference?
4. Bagaimana
Analisis Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat Kabar “Pikiran Rakyat”
Edisi Jumat, 04 April 2014?
5. Bagaimana
Analisis Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang Ditandai Dan
Menandai?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka ada beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami apa
yang dimaksud dengan semantik?
2. Untuk mengetahui dan memahami apa
saja ruang lingkup semantik?
3. Untuk mengetahui dan memahami apa
yang dimaksud dengan konteks dan reference?
4. Untuk mengetahui dan memahami
bagaimana Analisis Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat Kabar “Pikiran
Rakyat” Edisi Jumat, 04 April 2014?
5. Untuk mengetahui dan memahami
bagaimana Analisis Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang Ditandai
Dan Menandai?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perkenalan
Semantik
adalah istilah teknis yang digunakan untuk merujuk keoada studi tentang makna.
a) Istilah
Semantik dan Makna
Istilah semantik sudah ada sejak abad ke-17 dalam
frasa semantic philosophy, yang
berarti divination (suci, benar). Diperkenalkan pada tahun 1894 dalam makalah
“Reflected Meaning: a Point in Semantic” pada pertemuan Asosiasi Filologi yang
diambil dari bahasa Yunani. Tetapi tidak menunjuk pada makna tetapi pada
perkembangan makna (semantic historis). Kemudian muncul kembali dalam buku
terkenal “The meaning of Meaning” karya C.K. Ogden & I.A. Richards (Bapak
Semantik) walau hanya pada bagian apendiks.
Palmer menyarankan untuk melihat makna di
dalam kerangka kerja akademik atau ilmiah dan menganggap semantic sebagai
bagian linguistik yaitu studi ilmiah tentang bahasa.
b) Semantik
dan Linguistik
Semantik
adalah salah satu komponen linguistik sama halnya dengan fonetik dan tata
bahasa. Makna atau pesan berhubungan dengan seperangkat tanda (bunyi dan
tulisan) dalam system komunikasi. Ferdinand de Saussure menyebutkan signifie
(penanda/yang menandakan) dan signified (penanda/yang ditandakan).
System
bahasa tidak bisa dianalogikan dengan system lain karena:
1. Bahasa
tidak selalu mempuyai ‘pesam’ di dalam beberapa pengertian yang sebenarnya
(bahasa lebih berfungsi dalam hubungan sosial).
2. Penanda
dan Petanda (Sign/signifiers dan message/signified) sangat kompleks dan
hubungan antara keduanya juga lebih kompleks.
3. Di
dalam bahasa sangat sulit dan bahkan tidak mungkin untuk mengartikan secara
tepat dari setiap pesan. Sedangkan dalam system komunikasi lain cukup mudah
seperti “merah berarti berhenti”.
Sebagai
studi ilmiah, semantik harus bersifat empirik. Jika fonetik cukup mudah dalam
observasinya (secara langsung atau dengan bantuan alat), semantik tidak
sesederhana itu sehingga menimbulkan perdebatan apakah makna itu harus dikaji
secara ilmiah atau empiris.
Kesulitan
lainnya adalah makna tidak stabil dan sangat tegantung pembicara, pendengar,
dan konteksnya. Jika semantic merupakan studi ilmiah maka harus digeneralisasi
bukan hanya berlaku bagi hal-hal yang khusus.
c) Semantik
Historis
Semantik
historis adalah studi tentang perubahan makna berdasarkan waktu. Bloomfield
membagi perubahan makna menjadi beberapa tipe; narrowing (penyempitan), widening
(perluasan), metaphor (metafora), metonymy (metonimia), synecdoche (sinekdok), hyperbole (hiperbola), degeneration (kemerosotan), elavition (peninggian).
Perubahan
secara historis semula merupakan kajian comparative philology (filologi
perbandingan). Ada beberapa kata yang dapat dicari hubungan semantiknya dengan
batuan hokum bunyi, tetapi sayangnya tidak dapat dilakukan dengan semua
kelompok bahasa karena tidak ada catatan kuno sehingga sering dilakukan secara
spekulatif (seperti dalam bahasa afrika).
Selain
itu, ada etimology yang berusaha menemukan makna kata terdahulu atau makna
sebenarnya. Kesulitan etimologi salah satunya adalah banyak kata yang terdengar
asing bagi orang awam. Kesulitan utama adalah tidak dapat ditentukan makna yang
“benar” atau “asli” karena rentang waktu bahasa manusia terlalu jauh.
Berkaitan
dengan etimology, De Saussure (1916:117) membedakan antara linguistic diakronis
(bahasa antar waktu) dan sinkronis (bahasa apa adanya atau dalam waktu
tertentu). Studi sinkronis secara logika harus lebih dulu dari studi diakronis,
karena kita tidak dapat mempelajari perubahan di dalam bahasa sampai kita
membuat lebih dulu bahasa seperti waktunya selama bahasa dirubah.
d) Semantik
dan Dsisiplin Ilmu Lain
Terdapat
perbedaan antara ilmu dan filsafat ilmu. Ilmu menekankan keabsahan pada asumsi,
metode dan kesimpulan. Filsafat ilmu mempertanyakan dasar kerjanya.
Antropolog
mengaitkan bahasa sebagai bagian esensi dari budaya dan bentuk perilaku dari
manusia yang dipelajari. Ahli bahasa akan merasa tidak bijaksana untuk
mengabaikan fakta fungsi bahasa di dalam bentuk seperti itu, hal yang
ditekankan oleh Malinowski, dalam proposalnua “Konteks dari Situasi”.
Hubungan
antara psikologi dan linguistic dinilai sebegitu penting karena telah
menimbulkan subjek yang disebut psikolinguistik. Esensi pendekatan psikologi
kepada bahasa berada di dalam usaha memahami bagaimana kita memproses bahasa di
dalam produksi maupun penerimaan.
Semantic
mempunyai konsep yang serupa dengan teori komunikasi. System komunikasi membawa
informasi. Efisiensi system komunikasi dinilai dari meminimalkan redundan
(bagian yang dapat dibuang tanpa mengurangi informasi) dan noise (semua hal yang mempengaruhi informasi).
B. Ruang
Lingkup Semantik
a) Penamaan
Bahasa
adalah system tanda yang digunakan untuk berkomunikasi. Tanda yang dimaksud di
sini adalah berupa lambing. Lambing dalam bahasa berisi dua, yakni bentuk
(expression, signifier) dan makna (contens, signified).
Plato
dalam suatu percakapan yang berjudul Cratylus atau Cratylos mengatakan bahwa
lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang
kita hayati di dunia nyata berupa acuan yang ditunjukkan oleh lambing tersebut.
Oleh karena itu kata-kata dapat kita katakana sebagai nama, label setiap benda,
aktivitas, atau peristiwa.
Sedangkan
Plato (429-248) mengatakan bahwa penamaan adalah hubungan hayati antara nama
dan benda. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang
dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun besifat arbiter, tidak ada
hubungan wajib sama sekali.
Walaupun
demikian, secara kontemporer kita masih dapat menelusuri sebab0sebab atau
peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan
terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia.
1. Peniruan
Bunyi
2. Penyebutan
Bagian
3. Penyebutan
Sifat Khas
4. Penemu
dan Pembuat
5. Tempat
Asal
6. Bahan
7. Keserupaan
8. Pemendekan
9. Penamaan
Baru
Nama
berbeda dengan istilah dan juga definisi.
1. Istilah
Pengistilahan
lebih banyak berlangsung menurut satu prosedur. Ini terjadi karena
pengistilahan dilakukan u tik mendapatkan “ketepatan” dan “kecermatan” makna
untuk suatu bidang kegiatan atau keilmuan.
Istilah memiliki makna yang tepat
dan cermat serta digunakan satu bidang tertentu, sedangkan nama masih besifat
umum.
2. Definisi
Pendefinisian
adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata
akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya.
Berdasarkan taraf kejelasannya, definisi diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1. Definisi
sinonimis
2. Definisi
formal
3. Definisi
logis
4. Definisi
ensiklopedis
5. Definisi
batasan/definisi operasional
b) Konsep
Setiap
kata yang ada di dunia ini masing-masing mempunyai konsep dalam otak. Konsep
dapat dipahami melalui kemandirian kata atau melalui relasi dengan kata yang
ebbas konteks kalimat dan jenis kata yang bebas tetapi terikat konteks kalimat.
Ketika membahas konsep maka tidak akan lepas dari tanda dan lambang.
Ø Tanda
Pierce
(dalam Pateda, 2001:44) mengatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang berarti
untuk seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang
digunakan agar tanda dapat berfungsi oleh Pierce disebut dalam bahasa inggris ground. Konsekuensinya tanda (sign)/representamen selalu terdapat
dalam hubungan yang triadik: ground,
object, interpertant. Bedasarkan hubungan ini Pierce mengadakan klasifikasi
tanda:
Qualisign
adalah kualitas yang asa pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah,
lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada
pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai
keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Sedangkan legsign adalah
norma yang terkandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang berisi
hal-hal yang boleh atau tidak untuk dilakukan oleh manusia. Tanda ditimbulkan
oleh manusia ada tanda verbal (sistematis), nonverbal (tidak sistematis).
Ø Lambang
Lyons
(dalam Pateda, 2001:50) mengatakan bahwa lambang (symbol) adalah unsure bahasa
yang bersifat arbiter dan konvensional yang mewakili hubungan objel dan
signifikasinya. Sedangkan Pierce berpendapat bahwa kata-kata, kalimat, dam
tanda-tada yang bersifat konvensional yang lain tergolomh lambang.
Lambang
sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang ini tidak member tanda
secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Lambang berisi tanda,
mengganti/mewakili, berbentuk tulisan/lisan, bermakna, aturan, berisis banyak
kemungkinan karena kadang-kadang tidak jelas, erkembang dan bertambah,
individual, berakibat, menilai, dan memperkenalkan.
Jadi
lambang mempunyai sifat arbiter dan abstrak. Perbedaan paling mencolok antara
lambang dengan tanda yaitu bahwa tanda memperlihatkan hubungan langsung dengan
kenyataan sedangkan lambang memperlihatkan hubungan tidak langsung.
c) pengertian
dan Referensi
1. Pengertian
Pengertian
disebut uga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan
lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa
yang digunakan atau dipakai bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92)
mengatakan bahwa pengertian asalah system hubungan-hubungan yang berbeda dengan
kata lain di dalam kosakata.
2. Referensi
Acuan,
rujukan, referensi, objek adalah sesuatu yang ditunjuk oleh tanda. Lyon (dalam
Petada, 2001:55) berpendapat bahwa acuan menimbulkan anggapan tentang objek
dalam dunia fisik manusia. Karena itu, acuan dapat melingkupi, antara lain beda
(contoh untuk benda yang konket: air, batu. Uda; contoh abstrak: demokrasi,
persatuan, tulus), kegiatan (conothnya: berjalan, berlari, tidur) dan proses
(contohnya: mengendap, tenggelam, terserap).
Ø Hubungan
anatara Konsep, Lambang, dan Acuan
Ogden
dan Rixhard, Ulman, Palmer, Lyons (dalam Pateda, 2001:55) mengatakan bahwa ada
hubungan antara konsep, lambang, dan acuan. Hubungan ini diistilahkan dengan
segitiga semiotic (semiotic triangle, basic triangle, the triangle of
signification).
Throug/reference
adalah meaning atau apa yang ada di dalam mind tentang objek yang ditunjukkan
oleh lambang. Symbol/lambang adalah unsure linguistic yang berupa kata atau
kalimat. Sedangkan referent adalah acuan atau objek yang berupa peristiwa,
fakta, atau proses.
d) Kata
Cirri
kata menurut Bloomfield (1937:78) adalah menggunakan kebebasan berdiri sendiri
di dalam ujaran. Kata dilihat dari kenyataan mempunyai bentuk kata. Bentuk kata
dibagi atas beberapa bagian, yaitu bentuk dasar/leksem yang bermakna leksikal,
paduan leksem, bentuk berimbuhan, bentuk berulang, bentuk majemuk, bentuk yang
terikat konteks kalimat, akonim, dan singkatan.
e) Kalimat
Pengertian
kalimat dilihat dari define tradisionall menurut Palmer adalah ekspresi lengkap
mengenai sebuah gagasan. Kalimat pada dasarnya adalah sebuah unit gramatikal.
Aspek-aspek
makna dalam kalimat dapat kita ketahui dengan memakai teori aspek-aspek dalam
bentuk semantic menurut Pateda:
1. Pengertian
(sense)
2. Nilai
rasa (feeling)
3. Nada
(tone)
4. Maksud
(intention)
Pada
akhirnya aspek-aspek makana sebuah kalimat juga akan sangat mempengaruhi
hubungan sosial. Misalnya saja berkaitan dengan sopan atau tidaknya ketika kita
memilih dan memakai kalimat dalam kehidupan sehar-hari (Palmer).
C. Konteks
dan Reference
a) Realitas
Bahasa
Kesulitan
dalam bahasa yang berkaitan dengan dunia luar mungkin timul dari fakta bahwa
cara di mana kita melihat dunia tergantung pada bahasa yang kita gunakan. Oleh
karena itu belajar tentang dunia dan belajar mengenai bahasa tidak dapat
dipisahkan karena pemahan dunia kita seagian ditentukan oleh bahasa kita.
Sapir
dan Whorf berpikir bahwa ‘bentuk’ dunia enarenar ditentukan oleh bahasa kita,
yaitu bahwa tanpa bhasa dunia tidak memiliki bentuk sama sekali. Interpretasi
yang ekstrem ini tidak dapat dipertahankan, karena pandangan nominalis
mengatakan bahwa katakata sematamata seagai namanama sesuatu.
b) Mengesampingkan
Konteks
Ada
ahli bahasa yang secara eksplisit maupun implisit mengecualikan studi konteks semantik.
Alasannya adalah bahwa ada konteks dan referensi yang kesulitan dalam
penanganan teoritis dan praktis dalam konteks.
Now
Katz dan Fodor menerima bahwa ambiguitas dan disambiguitas adalah suyek yang
tepat untuk semantic. Seorang pembicara tidak terpisah dari penggunaan bahasa,
pengetahuannya tentang struktur semantic dan pengetahuannya tentang dunia.
c) Konteks
Situasi
Istilah
konteks situsi dikaitkan dengan dua sarjana, pertama seorang antropolog yang
telah disebutkan, Malinowski, dan latera ahli bahasa, Firth. Keduanya
menyatakan prihatin dengan makna dalam kaitannya dengan konteks di mana bahasa
digunakan, tetapi dalam cara yang agak berbeda. Malinowski mengataakan bahwa
bahasa hidup tidak boleh diperlukan seperti bahasa yang mati terlepas dari
konteks situasi. Bahasa adalah sebuah ‘mode action’. Firth melihat konteks
situasi sebagai bagian linguis seperti tata bahasa dalam kategori yang ia
gunakan. Kategorinya sebagai berikut (Firth 1950: 43H-[1957a: 182]; 1597b: 9
[1968:177]):
1. Fitur
yang relevan dari para peserta: orang, kepriadian
-
Tindakan verbal dari peserta
-
Tindakan nonverbal dari para peserta
2. Ojek
yng relevan
3. Efek
dari tindakan
d) Behavorisme
Malinowski
dan Firth percaya ahwa deskripsi bahasa tidak dapat lengkap tanpa mengacu pada
konteks situasi di mana bahasa dioperasikan. Pandangan yang leih eksrem melihat
arti dari unsurunsur linguistic seagai TOTALLY diperhitungkan dalam kaitannya
dengan situasi yang digunakan. Aliran behaviorisme arti dari sebuah bentuk
linguistic sebagai situasi di mana pembicara mengucapkan itu dan tanggapan dia
akan memanggil dimaksud dalam pendengar. Bloomfield, mendefinisikan arti
sebagai situasi. Makna, menurut Bloomfield, terdiri dalam huungan antara pidato
(yang ditujukan oleh r…s) dan kegiatan praktis (S) dan ® yang mendahului dan
mengikutinya. Satu hal penting bagi teori, adalah bahwa stimulus dan reaksi
adalah kegiatan fisik yang sama, yang sepenuhnya deterministic, hokum acara
lainnya di alam semesta.
e) Konteks,
Udaya Dan Gaya
Terdapat tiga jenis utama deictic.
Pertama, pemicara harus mampu mengidentifikasi peserta dalam berbicara, kepada
siapa ia ericara. Kedua, pemilihan kata untuk membedakan anataraposisi atau
kedekatan dari pembicara. Hubungan special yang tepat ditunjukkan oleh katakata
terseut akan ervariasi sesuai dengan ahasa. Ketiga, huungan waktu ditandai
dalam bahasa Inggris tidak hanya oleh kata keterangan umum seperti sekarang dan
kemudian, tetapi juga oleh yang lebih spesifik seperti kemarin dan besok.
Deictics
selalu subjektif dalam arti bahwa mereka hanya dapat ditafsirkan dengan mengacu
pada pembicara, sedangkan proposisi ini definisi mereka, sepenuhnya objektif
dan independen dari pembicara. Aspek lain yang sangat penting dari konteks
adalah yang disediakan oleh hubungan sosial. Hal ini sering tidak cukup untuk
pembicara untuk dapat mengidentifikasi orang yang ia bericara; ia harus, dalam
banyak bahasa, juga cukup jelas menunjukan hubungan sosial antara dirinya dan
orang ini.
Dalam
prakteknya sering linguis upaya untuk mengesampingkan konteks sejauh mungkin,
untuk erurusan dengan ‘maksimal decintextualised’ (Lyons 1977: 590). Ini adalah
objek studi yang paling tata ahasa. Pada dasar metodologis ini penting karena
variasi yang sangat besar dalam bahasa, tetapi bahaya yang jelas, dan sulit
untuk menerima, tanpa parah pemesanan (1965 Chomsky: 3) pandangan bahwa teori linguistic
terutama berkaitan dengan ideal pemicara-pendengar, dalam pidato yang sepenuhya
homogeny masyarakat, siapa yang tahu bahasanya sempurna.
D. Analisis
Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat Kabar “Pikiran Rakyat” Edisi
Jumat, 04 April 2014.
-
Paragraf pertama, kalimat pertama:
Jaksa
penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi menuntut
S P
mantan
Wali Kota Bandung Dada Rosada selama 15 tahun
penjara.
O Ket.
waktu
“Jaksa
penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi” berfungsi sebagai Subjek dan
maknanya sebagai pelaku. Dalam kalimat tersebut termasuk signifiant atau yang menandai, karena Predikat dalam kalimat
tersebut bersifat aktif.
-
Paragraf pertama, kalimat kedua:
Sementara Edi Siswadi dituntut selama
12 tahun penjara.
Konjungsi
kesewaktuan S P Ket. Waktu
“Edi
Siswadi” berfungsi sebagai Subjek yang sekaligus sebagai penderita. Dalam
kalimat tersebut termasuk signifie
atau yang ditandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat pasif.
-
Paragraf pertama, kalimat ketiga:
Selain itu, mereka pun dikenai denda,
Konjungsi
Pron S P O
masing-masing
Rp 600 juta dan Rp 500 juta (subside 6 bulan penjara).
Ket.
kuantitas Ket.
waktu
“Mereka”
berfungsi sebagai Subjek yang sekaligus sebagai penderita. Dalam kalimat
tersebut termasuk signifie atau yang
ditandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat pasif.
-
Paragraf kedua, kalimat pertama:
Tuntuntan
itu
dibacakan jaksa pada sidang yang digelar
S Pron P
O Ket. tempat Konjungsi P
di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi andung, Jalan LLRE Martadinata.
“Tuntutan” berfungsi
sebagai Subjek yang sekaligus sebagai penderita. Dalam kalimat tersebut
termasuk signifie atau yang ditandai,
karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat pasif.
-
Paragraf kedua, kalimat kedua:
Tim jaksa
membacakan tuntutan tersebut secara marathon,
S P O Pron Pelengkap
sejak pagi hingga petang
hari.
Ket. waktu
“Tim
Jaksa” berfungsi sebagai Subjek dan maknanya sebagai pelaku. Dalam kalimat
tersebut termasuk signifiant atau
yang menandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat aktif.
-
Paragraf kedua, kalimat ketiga:
Mereka
membutuhkan waktu 6,5 jam.
S P Ket. waktu
“Mereka”
berfungsi sebagai Subjek dan maknanya sebagai pelaku. Dalam kalimat tersebut
termasuk signifiant atau yang
menandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat aktif.
-
Paragraf kedua, kalimat keempat:
Soalnya, berkas tuntutan terhadap Dada
mencapai
Konjungsi S O P
1.042
halaman dan untuk Edi 1.953 halaman.
Ket.
“berkas
tuntutan” berfungsi sebagai Subjek dan maknanya seagai pelaku. Dalam kalimat
tersebut termasuk signifiant atau
yang menandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat aktif.
-
Paragraf kedua, kalimat kelima:
Rangkaian
sidang baru rampung menjelang magrib.
S Pelengkap Ket. waktu
“Rangkaian
sidang” berfungsi sebagai Subjek, namun dalam kalimat ini tidak ada proses signifie atau yang ditandai maupun signifiant atau yang menandai.
E. Analisis
Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang Ditandai Dan Menandai.
a) Signifie
(yang ditandai)
1. Sepatu
‘Sepatu’
adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘sepatu’ itu
adalah sesuatu yang ditandai bahwa ‘sepatu’ mempunyai fungsi untuk dipakai dan
bermakna sebagai penderita, mana mungkin sepatu memakai, dan jika kata ‘baju’
itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘sepatu’ itu suatu benda yang ditandai
oleh struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih
jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1) Sepatu
baru itu dipakai oleh Gita ke sekolah.
(2) Sepatu
baru itu memakai oleh Gita ke sekolah.
Kalimat
(1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya bahwa ‘sepatu’ suatu
benda mati dipakai oleh Gita benda hidup, bahwa kata ‘sepatu’ adalah kata yang
ditandai dengan predikat ‘dipakai’ yang bersifat pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang
tidak logis karena mana mungkin ‘sepatu’ sebuah benda mati mampu memakai Gita
sebagai benda hidup.
2. Baju
‘Baju’
adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘baju’ itu adalah
sesuatu yang ditandai bahwa ‘baju’ mempunyai fungsi untuk dipakai dan bermakna
sebagai penderita, mana mungkin ‘baju’ memakai, dan jika kata ‘baju’ itu
terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘baju’ itu suatu benda yang ditandai oleh
struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya
terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1) Baju
berwarna biru itu dipakai oleh Adid.
(2) Baju
berwarna merah itu memakai Adid.
Kalimat
(1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘baju’ benda
mati dipakai oleh ‘Adid’ sebagai benda hidup, bahwa kata ‘baju’ ditandai dengan
predikat ‘dipakai’ yang bersifat pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat
yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena
mana mungkin ‘baju’ benda mati memakai ‘Adid’ sebagai benda hidup.
3. Koran
‘Koran’
adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘koran’ itu
adalah yang ditandai bahwa ‘koran’ mempunyai fungsi untuk dibaca dan bermakna
sebagai penderita, mana mungkin ‘koran’ mampu membaca, dan jika kata ‘koran’
itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘koran’ itu suatu benda yang ditandai
oleh struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih
jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1) Koran
Pikiran Rakyat itu dibaca oleh Ayah tadi pagi.
(2) Koran
Pikiran Rakyat itu membaca oleh Ayah tadi pagi.
Kalimat
(1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘koran’ benda
mati sesuatu yang ditandai bahwa yang dibaca oleh ‘Ayah’ sebagai benda hidup,
bahwa kata ‘koran’ ditandai dengan predikat ‘dibaca’ yang bersifat pasif.
Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang
tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘koran’ benda mati mampu membaca
‘Ayah’ sebagai benda hidup.
4. Pohon
‘Pohon’
adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘pohon’ itu adalah
sesuatu yang ditandai yang mempunyai fungsi untuk ditebang dan bermakna sebagai
penderita, mana mungkin ‘pohon’ dapat menebang, dan jika kata ‘pohon’ itu
terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘pohon’ itu suatu benda yang ditandai oleh
struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya
terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1) Pohon
kayu itu ditebang secara liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
(2) Pohon
kayu itu menebang secara liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kalimat
(1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘pohon’ benda
mati sesuatu yang ditandai bahwa ‘pohon’ ditebang oleh ‘oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab’ sebagai benda hidup, bahwa kata ‘pohon’ ditandai dengan predikat
‘ditebang’ yang bersifat pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak
logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘pohon’
benda mati mampu menebang ‘oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab’ sebagai
benda hidup.
5. Bola
‘Bola’
adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘bola’ itu adalah
sesuatu yang ditandai bahwa ‘bola’ mempunyai fungsi untuk ditendang dan
bermakna sebagai penderita, mana mungkin ‘bola’ mampu untuk menendang, dan jika kata ‘bola’ itu terdapat
dalam sebuah kalimat maka ‘bola’ itu suatu benda yang ditandai oleh struktur
kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat
dalam contoh kalimat berikut ini.
(1) Bola
berwarna putih itu ditendang oleh Ridwan kemarin sore.
(2) Bola
berwarna putih itu menendang Ridwan kemarin sore.
Kalimat
(1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘bola’ benda
mati sesuatu yang ditandai bahwa bola itu ditendang oleh ‘Ridwan’ sebagai benda
hidup, bahwa kata ‘bola’ ditandai dengan predikat ‘ditendang’ yang bersifat
pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa
menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘bola’ benda mati
mampu menendang ‘Ridwan’ sebagai benda hidup.
b) Signifiant
(yang menandai)
1. Api
‘Api’
adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘api’ itu
adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘api’ itu mempunyai fungsi untuk membakar dan
bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘api’ dibakar, dan jika kata ‘api’ itu
terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘api’ itu suatu benda yang menandai struktur
kalimatnya yaitu ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh
kalimat berikut ini.
(1) Api
itu dengan cepatnya membakar rumah Pak Udin.
(2) Api
itu dengan cepatnya dibakar rumah Pak Udin.
Kalimat
(1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘api’ benda
mati sesuatu yang menandai bahwa ‘api’ itu ‘membakar’ rumah Pak Udin, bahwa
kata ‘api’ menandai suatu predikat ‘membakar’ yang bersifat aktif. Sedangkan
kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai
dengan maknanya, karena mana mungkin ‘api’ dibakar oleh rumah Pak Udin.
2. Petir
‘Petir’
adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘petir’ itu
adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘petir’ itu mempunyai fungsi untuk menyambar
dan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘petir’ disambar, dan jika kata ‘petir’
itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘petir’ itu suatu benda yang menandai
struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam
contoh kalimat berikut ini.
(1) Kemarin,
petir menyambar tubuh mungil itu.
(2) Kemarin,
petir disambar tubuh mungil itu.
Kalimat
(1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘petir’ sesuatu
yang menandai bahwa ‘petir’ itu ‘menyambar’ tubuh mungil, bahwa kata ‘petir’ menandai
suatu predikat ‘ menyambar’ yang bersifat aktif. Sedangkan kalimat (2) adalah
kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya,
karena mana mungkin’petir’ disambar tubuh mungil itu.
3. Matahari
‘Matahari’
adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘matahari’ itu
adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘matahari’ itu mempunyai fungsi menyinari
dan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin matahari disinari, dan jika kata
‘matahari’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘matahari’ itu suatu benda
yang menandai struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya.
4. Lampu
‘Lampu’
adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘lampu’ itu
adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘lampu’ itu mempunyai fungsi untuk menerangi
dan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘lampu’ diterangi, dan jika kata ‘lampu’
itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘lampu’ itu suatu benda yang menandai
struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya.
5. Selimut
‘Selimut’
adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘selimut’ itu
adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘selimut’ itu mempunyai fungsi untuk
menyelimutidan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘selimut’ diselimuti, dan
jika kata ‘selimut’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘selimut’ itu suatu
benda yang menandai struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak
terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik
merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang makna.
Semantik adalah salah satu bidang ilmu yang harus benar-benar dipahami oleh
peserta didik dalam memaknai suatu kata. Karena jika penggunaan suatu kata
tidak tepat penggunaannya maka akan membuat sebuah ujaran menjadi rancu atau
tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penutur. Termasuk dalam penggunaan proses
signifie dan signifiant dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, ilmu tentang
semantic memang harus benar-benar dipahami oleh seluruh warga Indonesia agar
tidak terjadinya pembentukan signifie dan signifiant sembarangan, dan dalam
memaknai suatu kata.
B. Saran
Saran ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia pada
umumnya dan mahasiswa pada jurusan kebahasaan terutama bahasa Indonesia,
hendaklah di zaman yang serba berubah ini kita lebih tanggap terhadap
makna kata signifie dan signifiant yang terkadang mengalami perubahan-perubahan makna yang terjadi khususnya dalam bidang bahasa Indonesia.
Kita harus melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Kata signifie dan signifiant serta perubahan makna itu
sendiri yang terjadi perlu
kita cermati dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga.
Begitupun dalam berkomunikasi, dalam menulis artikel, menulis buku, dan lain
sebagainya penggunaan setiap kata harus sesuai dengan kaidah dan maknanya
begitupun dalam teori penempatan signifie
dan signifiant.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu
tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari
itu penulis sarankan kepada para pembaca agar terus mempelajari semantik.
Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Bastra,
Nuur. Senin, 28 Oktober 2013. Makalah Semantik [online]. http://nuurbastra.blogspot.com/2013/10/bab-i-pendahuluan-1.html.
19 Oktober 2014. 07:50.
Gede, MDtivi. Selasa, 20 Agustus
2013. Makalah Semantik [online]. http://kumpulanmateri123.blogspot.com/2013/08/makalah-semantik.html.
25 Oktober 2014. 07:38.
Pateda,
Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Pikiran
Rakyat. 04 April 2014. Dada Dituntut 15
Tahun Edi Siswadi 12 Tahun, hlm 1.
No comments:
Post a Comment