https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: ANALISIS MAKNA FUNGSI SUBJEK DAN KATA BERDASARKAN SIGNIFIE DAN SIGNIFIANT https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Saturday, December 20, 2014

ANALISIS MAKNA FUNGSI SUBJEK DAN KATA BERDASARKAN SIGNIFIE DAN SIGNIFIANT



ANALISIS MAKNA FUNGSI SUBJEK DAN KATA BERDASARKAN SIGNIFIE DAN SIGNIFIANT

MAKALAH
Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Semantik dengan dosen pengampu Prof. Dr. H. Kosadi Hidayat
oleh:
nama: Riska Ramdiani
NIM: 12211029
kelas: 3A


2.gif


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
 (STKIP) GARUT
2014


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga saya mampu menyusun Makalah Semantik yang berjudul ANALISIS MAKNA FUNGSI SUBJEK DAN KATA BERDASARKAN SIGNIFIE DAN SIGNIFIANT”.
            Makalah ini saya susun berdasarkan kemampuan saya dan dari sumber-sumber yang saya cari. Dikemas dengan Ringkasan Materi yang cukup dipahami.
            Semoga makalah ini bermanfaat untuk diri saya sendiri maupun untuk orang lain baik bermanfaat untuk masa sekarang atau pun masa yang akan datang, sehingga dapat menambah pengetahuan.
            Dan makalah ini sangat sederhana, karna kesederhanaanya banyak sekali kekurangannya. Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari harapan kesempurnaan, terimakasih jika para pembaca memberikan sumbang saran untuk perbaikan.


Garut, Desember 2014







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................        i
DAFTAR ISI .........................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................        1
A.    Latar Belakang ...........................................................................        1
B.     Rumusan Masalah ......................................................................        2
C.     Tujuan Masalah ..........................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................        3
A.    Perkenalan ..................................................................................        3
B.     Ruang Lingkup Semantik ...........................................................        5
C.     Konteks dan Reference ..............................................................        10
D.    Analisis Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat
Kabar “Pikiran Rakyat” Edisi Jumat, 04 April 2014 ..................        12
E.     Analisis Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang
Ditandai Dan Menandai .............................................................        15
BAB III PENUTUP ..............................................................................        20
A.    Kesimpulan .................................................................................        20
B.     Saran ...........................................................................................        20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................        22


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan.
Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa Indonesia kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain.
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas secara mendalam di dalam pembahasan.
Persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari, makna merupakan kata dan istilah yang membingungkan namun sebenarnya lebih dekat dengan kata. Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh.
Di Negara Indonesia, penggunaan kata terkadang masih kurang tepat sehingga terkesan rancu, baik dalam buku, surat kabar, majalah, dalam berkomunikasi, dan lain-lain. Pada dasarnya mereka tidak memahami apa kata-kata yang ditandai  (signifie) dan apa kata-kata yang menandai (signifiant).
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan semantik?
2.      Apa saja ruang lingkup semantik?
3.      Apa yang dimaksud dengan konteks dan reference?
4.      Bagaimana Analisis Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat Kabar “Pikiran Rakyat” Edisi Jumat, 04 April 2014?
5.      Bagaimana Analisis Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang Ditandai Dan Menandai?
C.     Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan semantik?
2.      Untuk mengetahui dan memahami apa saja ruang lingkup semantik?
3.      Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan konteks dan reference?
4.      Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Analisis Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat Kabar “Pikiran Rakyat” Edisi Jumat, 04 April 2014?
5.      Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Analisis Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang Ditandai Dan Menandai?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkenalan
Semantik adalah istilah teknis yang digunakan untuk merujuk keoada studi tentang makna.
a)      Istilah Semantik dan Makna
Istilah semantik sudah ada sejak abad ke-17 dalam frasa semantic philosophy, yang berarti divination (suci, benar). Diperkenalkan pada tahun 1894 dalam makalah “Reflected Meaning: a Point in Semantic” pada pertemuan Asosiasi Filologi yang diambil dari bahasa Yunani. Tetapi tidak menunjuk pada makna tetapi pada perkembangan makna (semantic historis). Kemudian muncul kembali dalam buku terkenal “The meaning of Meaning” karya C.K. Ogden & I.A. Richards (Bapak Semantik) walau hanya pada bagian apendiks.
Palmer menyarankan untuk melihat makna di dalam kerangka kerja akademik atau ilmiah dan menganggap semantic sebagai bagian linguistik yaitu studi ilmiah tentang bahasa.
b)      Semantik dan Linguistik
Semantik adalah salah satu komponen linguistik sama halnya dengan fonetik dan tata bahasa. Makna atau pesan berhubungan dengan seperangkat tanda (bunyi dan tulisan) dalam system komunikasi. Ferdinand de Saussure menyebutkan signifie (penanda/yang menandakan) dan signified (penanda/yang ditandakan).
System bahasa tidak bisa dianalogikan dengan system lain karena:
1.      Bahasa tidak selalu mempuyai ‘pesam’ di dalam beberapa pengertian yang sebenarnya (bahasa lebih berfungsi dalam hubungan sosial).
2.      Penanda dan Petanda (Sign/signifiers dan message/signified) sangat kompleks dan hubungan antara keduanya juga lebih kompleks.
3.      Di dalam bahasa sangat sulit dan bahkan tidak mungkin untuk mengartikan secara tepat dari setiap pesan. Sedangkan dalam system komunikasi lain cukup mudah seperti “merah berarti berhenti”.
Sebagai studi ilmiah, semantik harus bersifat empirik. Jika fonetik cukup mudah dalam observasinya (secara langsung atau dengan bantuan alat), semantik tidak sesederhana itu sehingga menimbulkan perdebatan apakah makna itu harus dikaji secara ilmiah atau empiris.
Kesulitan lainnya adalah makna tidak stabil dan sangat tegantung pembicara, pendengar, dan konteksnya. Jika semantic merupakan studi ilmiah maka harus digeneralisasi bukan hanya berlaku bagi hal-hal yang khusus.
c)      Semantik Historis
Semantik historis adalah studi tentang perubahan makna berdasarkan waktu. Bloomfield membagi perubahan makna menjadi beberapa tipe; narrowing (penyempitan), widening (perluasan), metaphor (metafora), metonymy (metonimia), synecdoche (sinekdok), hyperbole (hiperbola), degeneration (kemerosotan), elavition (peninggian).
Perubahan secara historis semula merupakan kajian comparative philology (filologi perbandingan). Ada beberapa kata yang dapat dicari hubungan semantiknya dengan batuan hokum bunyi, tetapi sayangnya tidak dapat dilakukan dengan semua kelompok bahasa karena tidak ada catatan kuno sehingga sering dilakukan secara spekulatif (seperti dalam bahasa afrika).
Selain itu, ada etimology yang berusaha menemukan makna kata terdahulu atau makna sebenarnya. Kesulitan etimologi salah satunya adalah banyak kata yang terdengar asing bagi orang awam. Kesulitan utama adalah tidak dapat ditentukan makna yang “benar” atau “asli” karena rentang waktu bahasa manusia terlalu jauh.
Berkaitan dengan etimology, De Saussure (1916:117) membedakan antara linguistic diakronis (bahasa antar waktu) dan sinkronis (bahasa apa adanya atau dalam waktu tertentu). Studi sinkronis secara logika harus lebih dulu dari studi diakronis, karena kita tidak dapat mempelajari perubahan di dalam bahasa sampai kita membuat lebih dulu bahasa seperti waktunya selama bahasa dirubah.
d)     Semantik dan Dsisiplin Ilmu Lain
Terdapat perbedaan antara ilmu dan filsafat ilmu. Ilmu menekankan keabsahan pada asumsi, metode dan kesimpulan. Filsafat ilmu mempertanyakan dasar kerjanya.
Antropolog mengaitkan bahasa sebagai bagian esensi dari budaya dan bentuk perilaku dari manusia yang dipelajari. Ahli bahasa akan merasa tidak bijaksana untuk mengabaikan fakta fungsi bahasa di dalam bentuk seperti itu, hal yang ditekankan oleh Malinowski, dalam proposalnua “Konteks dari Situasi”.
Hubungan antara psikologi dan linguistic dinilai sebegitu penting karena telah menimbulkan subjek yang disebut psikolinguistik. Esensi pendekatan psikologi kepada bahasa berada di dalam usaha memahami bagaimana kita memproses bahasa di dalam produksi maupun penerimaan.
Semantic mempunyai konsep yang serupa dengan teori komunikasi. System komunikasi membawa informasi. Efisiensi system komunikasi dinilai dari meminimalkan redundan (bagian yang dapat dibuang tanpa mengurangi informasi) dan noise (semua hal yang mempengaruhi informasi).
B.     Ruang Lingkup Semantik
a)      Penamaan
Bahasa adalah system tanda yang digunakan untuk berkomunikasi. Tanda yang dimaksud di sini adalah berupa lambing. Lambing dalam bahasa berisi dua, yakni bentuk (expression, signifier) dan makna (contens, signified).
Plato dalam suatu percakapan yang berjudul Cratylus atau Cratylos mengatakan bahwa lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia nyata berupa acuan yang ditunjukkan oleh lambing tersebut. Oleh karena itu kata-kata dapat kita katakana sebagai nama, label setiap benda, aktivitas, atau peristiwa.
Sedangkan Plato (429-248) mengatakan bahwa penamaan adalah hubungan hayati antara nama dan benda. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun besifat arbiter, tidak ada hubungan wajib sama sekali.
Walaupun demikian, secara kontemporer kita masih dapat menelusuri sebab0sebab atau peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia.
1.      Peniruan Bunyi
2.      Penyebutan Bagian
3.      Penyebutan Sifat Khas
4.      Penemu dan Pembuat
5.      Tempat Asal
6.      Bahan
7.      Keserupaan
8.      Pemendekan
9.      Penamaan Baru
Nama berbeda dengan istilah dan juga definisi.
1.      Istilah
Pengistilahan lebih banyak berlangsung menurut satu prosedur. Ini terjadi karena pengistilahan dilakukan u tik mendapatkan “ketepatan” dan “kecermatan” makna untuk suatu bidang kegiatan atau keilmuan.
            Istilah memiliki makna yang tepat dan cermat serta digunakan satu bidang tertentu, sedangkan nama masih besifat umum.
2.      Definisi
Pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya. Berdasarkan taraf kejelasannya, definisi diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1.      Definisi sinonimis
2.      Definisi formal
3.      Definisi logis
4.      Definisi ensiklopedis
5.      Definisi batasan/definisi operasional
b)      Konsep
Setiap kata yang ada di dunia ini masing-masing mempunyai konsep dalam otak. Konsep dapat dipahami melalui kemandirian kata atau melalui relasi dengan kata yang ebbas konteks kalimat dan jenis kata yang bebas tetapi terikat konteks kalimat. Ketika membahas konsep maka tidak akan lepas dari tanda dan lambang.
Ø  Tanda
Pierce (dalam Pateda, 2001:44) mengatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang berarti untuk seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi oleh Pierce disebut dalam bahasa inggris ground. Konsekuensinya tanda (sign)/representamen selalu terdapat dalam hubungan yang triadik: ground, object, interpertant. Bedasarkan hubungan ini Pierce mengadakan klasifikasi tanda:
Qualisign adalah kualitas yang asa pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Sedangkan legsign adalah norma yang terkandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang berisi hal-hal yang boleh atau tidak untuk dilakukan oleh manusia. Tanda ditimbulkan oleh manusia ada tanda verbal (sistematis), nonverbal (tidak sistematis).
Ø  Lambang
Lyons (dalam Pateda, 2001:50) mengatakan bahwa lambang (symbol) adalah unsure bahasa yang bersifat arbiter dan konvensional yang mewakili hubungan objel dan signifikasinya. Sedangkan Pierce berpendapat bahwa kata-kata, kalimat, dam tanda-tada yang bersifat konvensional yang lain tergolomh lambang.
Lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang ini tidak member tanda secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Lambang berisi tanda, mengganti/mewakili, berbentuk tulisan/lisan, bermakna, aturan, berisis banyak kemungkinan karena kadang-kadang tidak jelas, erkembang dan bertambah, individual, berakibat, menilai, dan memperkenalkan.
Jadi lambang mempunyai sifat arbiter dan abstrak. Perbedaan paling mencolok antara lambang dengan tanda yaitu bahwa tanda memperlihatkan hubungan langsung dengan kenyataan sedangkan lambang memperlihatkan hubungan tidak langsung.
c)      pengertian dan Referensi
1.      Pengertian
Pengertian disebut uga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau dipakai bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian asalah system hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2.      Referensi
Acuan, rujukan, referensi, objek adalah sesuatu yang ditunjuk oleh tanda. Lyon (dalam Petada, 2001:55) berpendapat bahwa acuan menimbulkan anggapan tentang objek dalam dunia fisik manusia. Karena itu, acuan dapat melingkupi, antara lain beda (contoh untuk benda yang konket: air, batu. Uda; contoh abstrak: demokrasi, persatuan, tulus), kegiatan (conothnya: berjalan, berlari, tidur) dan proses (contohnya: mengendap, tenggelam, terserap).
Ø  Hubungan anatara Konsep, Lambang, dan Acuan
Ogden dan Rixhard, Ulman, Palmer, Lyons (dalam Pateda, 2001:55) mengatakan bahwa ada hubungan antara konsep, lambang, dan acuan. Hubungan ini diistilahkan dengan segitiga semiotic (semiotic triangle, basic triangle, the triangle of signification).
Throug/reference adalah meaning atau apa yang ada di dalam mind tentang objek yang ditunjukkan oleh lambang. Symbol/lambang adalah unsure linguistic yang berupa kata atau kalimat. Sedangkan referent adalah acuan atau objek yang berupa peristiwa, fakta, atau proses.
d)     Kata
Cirri kata menurut Bloomfield (1937:78) adalah menggunakan kebebasan berdiri sendiri di dalam ujaran. Kata dilihat dari kenyataan mempunyai bentuk kata. Bentuk kata dibagi atas beberapa bagian, yaitu bentuk dasar/leksem yang bermakna leksikal, paduan leksem, bentuk berimbuhan, bentuk berulang, bentuk majemuk, bentuk yang terikat konteks kalimat, akonim, dan singkatan.
e)      Kalimat
Pengertian kalimat dilihat dari define tradisionall menurut Palmer adalah ekspresi lengkap mengenai sebuah gagasan. Kalimat pada dasarnya adalah sebuah unit gramatikal.
Aspek-aspek makna dalam kalimat dapat kita ketahui dengan memakai teori aspek-aspek dalam bentuk semantic menurut Pateda:
1.      Pengertian (sense)
2.      Nilai rasa (feeling)
3.      Nada (tone)
4.      Maksud (intention)
Pada akhirnya aspek-aspek makana sebuah kalimat juga akan sangat mempengaruhi hubungan sosial. Misalnya saja berkaitan dengan sopan atau tidaknya ketika kita memilih dan memakai kalimat dalam kehidupan sehar-hari (Palmer).
C.     Konteks dan Reference
a)      Realitas Bahasa
Kesulitan dalam bahasa yang berkaitan dengan dunia luar mungkin timul dari fakta bahwa cara di mana kita melihat dunia tergantung pada bahasa yang kita gunakan. Oleh karena itu belajar tentang dunia dan belajar mengenai bahasa tidak dapat dipisahkan karena pemahan dunia kita seagian ditentukan oleh bahasa kita.
Sapir dan Whorf berpikir bahwa ‘bentuk’ dunia enarenar ditentukan oleh bahasa kita, yaitu bahwa tanpa bhasa dunia tidak memiliki bentuk sama sekali. Interpretasi yang ekstrem ini tidak dapat dipertahankan, karena pandangan nominalis mengatakan bahwa katakata sematamata seagai namanama sesuatu.
b)      Mengesampingkan Konteks
Ada ahli bahasa yang secara eksplisit maupun implisit mengecualikan studi konteks semantik. Alasannya adalah bahwa ada konteks dan referensi yang kesulitan dalam penanganan teoritis dan praktis dalam konteks.
Now Katz dan Fodor menerima bahwa ambiguitas dan disambiguitas adalah suyek yang tepat untuk semantic. Seorang pembicara tidak terpisah dari penggunaan bahasa, pengetahuannya tentang struktur semantic dan pengetahuannya tentang dunia.
c)      Konteks Situasi
Istilah konteks situsi dikaitkan dengan dua sarjana, pertama seorang antropolog yang telah disebutkan, Malinowski, dan latera ahli bahasa, Firth. Keduanya menyatakan prihatin dengan makna dalam kaitannya dengan konteks di mana bahasa digunakan, tetapi dalam cara yang agak berbeda. Malinowski mengataakan bahwa bahasa hidup tidak boleh diperlukan seperti bahasa yang mati terlepas dari konteks situasi. Bahasa adalah sebuah ‘mode action’. Firth melihat konteks situasi sebagai bagian linguis seperti tata bahasa dalam kategori yang ia gunakan. Kategorinya sebagai berikut (Firth 1950: 43H-[1957a: 182]; 1597b: 9 [1968:177]):
1.      Fitur yang relevan dari para peserta: orang, kepriadian
-          Tindakan verbal dari peserta
-          Tindakan nonverbal dari para peserta
2.      Ojek yng relevan
3.      Efek dari tindakan
d)     Behavorisme
Malinowski dan Firth percaya ahwa deskripsi bahasa tidak dapat lengkap tanpa mengacu pada konteks situasi di mana bahasa dioperasikan. Pandangan yang leih eksrem melihat arti dari unsurunsur linguistic seagai TOTALLY diperhitungkan dalam kaitannya dengan situasi yang digunakan. Aliran behaviorisme arti dari sebuah bentuk linguistic sebagai situasi di mana pembicara mengucapkan itu dan tanggapan dia akan memanggil dimaksud dalam pendengar. Bloomfield, mendefinisikan arti sebagai situasi. Makna, menurut Bloomfield, terdiri dalam huungan antara pidato (yang ditujukan oleh r…s) dan kegiatan praktis (S) dan ® yang mendahului dan mengikutinya. Satu hal penting bagi teori, adalah bahwa stimulus dan reaksi adalah kegiatan fisik yang sama, yang sepenuhnya deterministic, hokum acara lainnya di alam semesta.
e)      Konteks, Udaya Dan Gaya
            Terdapat tiga jenis utama deictic. Pertama, pemicara harus mampu mengidentifikasi peserta dalam berbicara, kepada siapa ia ericara. Kedua, pemilihan kata untuk membedakan anataraposisi atau kedekatan dari pembicara. Hubungan special yang tepat ditunjukkan oleh katakata terseut akan ervariasi sesuai dengan ahasa. Ketiga, huungan waktu ditandai dalam bahasa Inggris tidak hanya oleh kata keterangan umum seperti sekarang dan kemudian, tetapi juga oleh yang lebih spesifik seperti kemarin dan besok.
Deictics selalu subjektif dalam arti bahwa mereka hanya dapat ditafsirkan dengan mengacu pada pembicara, sedangkan proposisi ini definisi mereka, sepenuhnya objektif dan independen dari pembicara. Aspek lain yang sangat penting dari konteks adalah yang disediakan oleh hubungan sosial. Hal ini sering tidak cukup untuk pembicara untuk dapat mengidentifikasi orang yang ia bericara; ia harus, dalam banyak bahasa, juga cukup jelas menunjukan hubungan sosial antara dirinya dan orang ini.
Dalam prakteknya sering linguis upaya untuk mengesampingkan konteks sejauh mungkin, untuk erurusan dengan ‘maksimal decintextualised’ (Lyons 1977: 590). Ini adalah objek studi yang paling tata ahasa. Pada dasar metodologis ini penting karena variasi yang sangat besar dalam bahasa, tetapi bahaya yang jelas, dan sulit untuk menerima, tanpa parah pemesanan (1965 Chomsky: 3) pandangan bahwa teori linguistic terutama berkaitan dengan ideal pemicara-pendengar, dalam pidato yang sepenuhya homogeny masyarakat, siapa yang tahu bahasanya sempurna.
D.    Analisis Subjek dalam Kalimat yang Terdapat Pada Surat Kabar “Pikiran Rakyat” Edisi Jumat, 04 April 2014.
-          Paragraf pertama, kalimat pertama:
Jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi menuntut
                                              S                                              P
mantan Wali Kota Bandung Dada Rosada selama 15 tahun penjara.
                                              O                             Ket. waktu
“Jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi” berfungsi sebagai Subjek dan maknanya sebagai pelaku. Dalam kalimat tersebut termasuk signifiant atau yang menandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat aktif.
-          Paragraf pertama, kalimat kedua:
Sementara                        Edi Siswadi dituntut selama 12 tahun penjara.
Konjungsi kesewaktuan            S               P                  Ket. Waktu
“Edi Siswadi” berfungsi sebagai Subjek yang sekaligus sebagai penderita. Dalam kalimat tersebut termasuk signifie atau yang ditandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat pasif.
-          Paragraf pertama, kalimat ketiga:
Selain          itu, mereka pun dikenai denda,
Konjungsi  Pron     S                  P         O
masing-masing Rp 600 juta dan Rp 500 juta  (subside 6 bulan penjara).
                                Ket. kuantitas                            Ket. waktu
“Mereka” berfungsi sebagai Subjek yang sekaligus sebagai penderita. Dalam kalimat tersebut termasuk signifie atau yang ditandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat pasif.
-          Paragraf kedua, kalimat pertama:
Tuntuntan     itu   dibacakan jaksa pada sidang yang             digelar
        S          Pron       P           O    Ket. tempat  Konjungsi        P
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi andung, Jalan LLRE Martadinata.
“Tuntutan” berfungsi sebagai Subjek yang sekaligus sebagai penderita. Dalam kalimat tersebut termasuk signifie atau yang ditandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat pasif.
-          Paragraf kedua, kalimat kedua:
Tim jaksa membacakan tuntutan tersebut secara marathon,
       S               P                O         Pron        Pelengkap
sejak pagi hingga petang hari.
              Ket. waktu
“Tim Jaksa” berfungsi sebagai Subjek dan maknanya sebagai pelaku. Dalam kalimat tersebut termasuk signifiant atau yang menandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat aktif.
-          Paragraf kedua, kalimat ketiga:
Mereka membutuhkan waktu 6,5 jam.
      S              P             Ket. waktu
“Mereka” berfungsi sebagai Subjek dan maknanya sebagai pelaku. Dalam kalimat tersebut termasuk signifiant atau yang menandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat aktif.
-          Paragraf kedua, kalimat keempat:
Soalnya,      berkas tuntutan terhadap Dada mencapai
Konjungsi             S                         O                P
1.042 halaman dan untuk Edi 1.953 halaman.
                               Ket.
“berkas tuntutan” berfungsi sebagai Subjek dan maknanya seagai pelaku. Dalam kalimat tersebut termasuk signifiant atau yang menandai, karena Predikat dalam kalimat tersebut bersifat aktif.
-          Paragraf kedua, kalimat kelima:
Rangkaian sidang baru rampung menjelang magrib.
             S                 Pelengkap          Ket. waktu
“Rangkaian sidang” berfungsi sebagai Subjek, namun dalam kalimat ini tidak ada proses signifie atau yang ditandai maupun signifiant atau yang menandai.
E.     Analisis Kata Berdasarkan Teori Tanda yang Terdiri Atas yang Ditandai Dan Menandai.
a)      Signifie (yang ditandai)
1.      Sepatu
‘Sepatu’ adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘sepatu’ itu adalah sesuatu yang ditandai bahwa ‘sepatu’ mempunyai fungsi untuk dipakai dan bermakna sebagai penderita, mana mungkin sepatu memakai, dan jika kata ‘baju’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘sepatu’ itu suatu benda yang ditandai oleh struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1)   Sepatu baru itu dipakai oleh Gita ke sekolah.
(2)   Sepatu baru itu memakai oleh Gita ke sekolah.
Kalimat (1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya bahwa ‘sepatu’ suatu benda mati dipakai oleh Gita benda hidup, bahwa kata ‘sepatu’ adalah kata yang ditandai dengan predikat ‘dipakai’ yang bersifat pasif.  Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis karena mana mungkin ‘sepatu’ sebuah benda mati mampu memakai Gita sebagai benda hidup.
2.      Baju
‘Baju’ adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘baju’ itu adalah sesuatu yang ditandai bahwa ‘baju’ mempunyai fungsi untuk dipakai dan bermakna sebagai penderita, mana mungkin ‘baju’ memakai, dan jika kata ‘baju’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘baju’ itu suatu benda yang ditandai oleh struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1)   Baju berwarna biru itu dipakai oleh Adid.
(2)   Baju berwarna merah itu memakai Adid.
Kalimat (1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘baju’ benda mati dipakai oleh ‘Adid’ sebagai benda hidup, bahwa kata ‘baju’ ditandai dengan predikat ‘dipakai’ yang bersifat pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘baju’ benda mati memakai ‘Adid’ sebagai benda hidup.
3.      Koran
‘Koran’ adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘koran’ itu adalah yang ditandai bahwa ‘koran’ mempunyai fungsi untuk dibaca dan bermakna sebagai penderita, mana mungkin ‘koran’ mampu membaca, dan jika kata ‘koran’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘koran’ itu suatu benda yang ditandai oleh struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1)   Koran Pikiran Rakyat itu dibaca oleh Ayah tadi pagi.
(2)   Koran Pikiran Rakyat itu membaca oleh Ayah tadi pagi.
Kalimat (1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘koran’ benda mati sesuatu yang ditandai bahwa yang dibaca oleh ‘Ayah’ sebagai benda hidup, bahwa kata ‘koran’ ditandai dengan predikat ‘dibaca’ yang bersifat pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘koran’ benda mati mampu membaca ‘Ayah’ sebagai benda hidup.
4.      Pohon
‘Pohon’ adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘pohon’ itu adalah sesuatu yang ditandai yang mempunyai fungsi untuk ditebang dan bermakna sebagai penderita, mana mungkin ‘pohon’ dapat menebang, dan jika kata ‘pohon’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘pohon’ itu suatu benda yang ditandai oleh struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1)   Pohon kayu itu ditebang secara liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
(2)   Pohon kayu itu menebang secara liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kalimat (1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘pohon’ benda mati sesuatu yang ditandai bahwa ‘pohon’ ditebang oleh ‘oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab’ sebagai benda hidup, bahwa kata ‘pohon’ ditandai dengan predikat ‘ditebang’ yang bersifat pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘pohon’ benda mati mampu menebang ‘oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab’ sebagai benda hidup.   
5.      Bola
‘Bola’ adalah kata yang termasuk signifie atau yang ditandai, karena ‘bola’ itu adalah sesuatu yang ditandai bahwa ‘bola’ mempunyai fungsi untuk ditendang dan bermakna sebagai penderita, mana mungkin ‘bola’ mampu untuk  menendang, dan jika kata ‘bola’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘bola’ itu suatu benda yang ditandai oleh struktur kalimat berikutnya yaitu dengan ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1)   Bola berwarna putih itu ditendang oleh Ridwan kemarin sore.
(2)   Bola berwarna putih itu menendang Ridwan kemarin sore.
Kalimat (1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘bola’ benda mati sesuatu yang ditandai bahwa bola itu ditendang oleh ‘Ridwan’ sebagai benda hidup, bahwa kata ‘bola’ ditandai dengan predikat ‘ditendang’ yang bersifat pasif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘bola’ benda mati mampu menendang ‘Ridwan’ sebagai benda hidup.
b)      Signifiant (yang menandai)
1.      Api
‘Api’ adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘api’ itu adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘api’ itu mempunyai fungsi untuk membakar dan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘api’ dibakar, dan jika kata ‘api’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘api’ itu suatu benda yang menandai struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1)   Api itu dengan cepatnya membakar rumah Pak Udin.
(2)   Api itu dengan cepatnya dibakar rumah Pak Udin.
Kalimat (1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘api’ benda mati sesuatu yang menandai bahwa ‘api’ itu ‘membakar’ rumah Pak Udin, bahwa kata ‘api’ menandai suatu predikat ‘membakar’ yang bersifat aktif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin ‘api’ dibakar oleh rumah Pak Udin.
2.      Petir
‘Petir’ adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘petir’ itu adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘petir’ itu mempunyai fungsi untuk menyambar dan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘petir’ disambar, dan jika kata ‘petir’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘petir’ itu suatu benda yang menandai struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh kalimat berikut ini.
(1)   Kemarin, petir menyambar tubuh mungil itu.
(2)   Kemarin, petir disambar tubuh mungil itu.
Kalimat (1) adalah kalimat yang logis dan sesuai dengan maknanya, bahwa ‘petir’ sesuatu yang menandai bahwa ‘petir’ itu ‘menyambar’ tubuh mungil, bahwa kata ‘petir’ menandai suatu predikat ‘ menyambar’ yang bersifat aktif. Sedangkan kalimat (2) adalah kalimat yang tidak logis dan terasa menyimpang tidak sesuai dengan maknanya, karena mana mungkin’petir’ disambar tubuh mungil itu.
3.      Matahari
‘Matahari’ adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘matahari’ itu adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘matahari’ itu mempunyai fungsi menyinari dan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin matahari disinari, dan jika kata ‘matahari’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘matahari’ itu suatu benda yang menandai struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya.
4.      Lampu
‘Lampu’ adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘lampu’ itu adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘lampu’ itu mempunyai fungsi untuk menerangi dan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘lampu’ diterangi, dan jika kata ‘lampu’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘lampu’ itu suatu benda yang menandai struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya.
5.      Selimut
‘Selimut’ adalah kata yang termasuk signifiant atau yang menandai, karena ‘selimut’ itu adalah sesuatu yang menandai bahwa ‘selimut’ itu mempunyai fungsi untuk menyelimutidan bermakna sebagai pelaku, mana mungkin ‘selimut’ diselimuti, dan jika kata ‘selimut’ itu terdapat dalam sebuah kalimat maka ‘selimut’ itu suatu benda yang menandai struktur kalimatnya yaitu ‘predikat’nya.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang makna. Semantik adalah salah satu bidang ilmu yang harus benar-benar dipahami oleh peserta didik dalam memaknai suatu kata. Karena jika penggunaan suatu kata tidak tepat penggunaannya maka akan membuat sebuah ujaran menjadi rancu atau tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penutur. Termasuk dalam penggunaan proses signifie dan signifiant dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, ilmu tentang semantic memang harus benar-benar dipahami oleh seluruh warga Indonesia agar tidak terjadinya pembentukan signifie dan signifiant sembarangan, dan dalam memaknai suatu kata.
B.     Saran
Saran ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan mahasiswa pada jurusan kebahasaan terutama bahasa Indonesia, hendaklah di zaman yang serba berubah ini kita lebih tanggap terhadap makna kata signifie dan signifiant yang terkadang mengalami perubahan-perubahan makna yang terjadi khususnya dalam bidang bahasa Indonesia. Kita harus melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Kata signifie dan signifiant serta perubahan makna itu sendiri yang terjadi perlu kita cermati dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga. Begitupun dalam berkomunikasi, dalam menulis artikel, menulis buku, dan lain sebagainya penggunaan setiap kata harus sesuai dengan kaidah dan maknanya begitupun dalam teori penempatan signifie dan signifiant.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu penulis sarankan kepada para pembaca agar terus mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.



















DAFTAR PUSTAKA
Bastra, Nuur. Senin, 28 Oktober 2013. Makalah Semantik [online]. http://nuurbastra.blogspot.com/2013/10/bab-i-pendahuluan-1.html. 19 Oktober 2014. 07:50.
Gede, MDtivi. Selasa, 20 Agustus 2013. Makalah Semantik [online]. http://kumpulanmateri123.blogspot.com/2013/08/makalah-semantik.html. 25 Oktober 2014. 07:38.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Pikiran Rakyat. 04 April 2014. Dada Dituntut 15 Tahun Edi Siswadi 12 Tahun, hlm 1.
 

No comments:

Post a Comment