https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: Analisis Video Berdasarkan Factor Kebahasaan Dan Nonkebahasaan ceramah_agama_islam_jangan_durhaka_kepada_anakmu_ustadz_abdullah_zaen_yufid.tv_reg_7729 https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Friday, July 11, 2014

Analisis Video Berdasarkan Factor Kebahasaan Dan Nonkebahasaan ceramah_agama_islam_jangan_durhaka_kepada_anakmu_ustadz_abdullah_zaen_yufid.tv_reg_7729



Analisis Video Berdasarkan Factor Kebahasaan Dan Nonkebahasaan ceramah_agama_islam_jangan_durhaka_kepada_anakmu_ustadz_abdullah_zaen_yufid.tv_reg_7729
oleh: Riska Ramdiani
Bissmillahirahmanirahim.. wasolatuwassalamualanabinaumuhammadinwa’ahlihiwasohbihiazmainama’ba’du..
Anda punya anak? Berapa umur ana anda? Satu tahun? Dua tahun? Tiga tahun? Ana anda sedang berlatih untuk berjalan? Bagaimana ketika dia sedang berlatih untuk berjalan? Apakah dia sering terjatuh? Oh tentu saja, namanya orang berlatih berjalan dia pasti sering untuk terjatuh. Ketika dia lagi jatuh tersandung kursi misalnya, apa yang anda lakukan saat itu? Ketika dia menangis dan tidak henti-henti tangisnya, kebanyakan orang atau orangtua akan mengatakan kepada anaknya “cup-cup-cup-cup jangan nangis, mana yang nakal? Ini ya yang nakal ya kursinya ya, dipukul kursi itu blok-blok-blok-blok (memukul-mukul kursi) ini ya yang nakal, nakal kursinya, nakal, nakal kursinya nakal” (memukul-mukul kursi) dipukul-pukul kursinya itu sampai kemudian si ana diam dan selesailah episod kehidupan tersebut. Sadarkah kita bahwa apa yang kita lakukan tadi atau apa yang kita lakukan terhadap si kursi itu ternyata tidak tepat, nah itukan sudah lazim terbiasa ahm dari dulu mbah-mbah kita juga seperti itu, saya katakan coba kita berpikir sejenak, apa sih salahnya si kursi itu? Apakah dia itu punya akal? Kok  sampai itu dipukuli seperti itu? Apa kita tidak mendzalami kursi tersebut? Kemudian pernahkah kita berpikir apa dampak dari praktek tersebut ketika kita memukuli kursi yang tidak bersalah itu? Tentunya ada dampaknya, apa kira-kira dampaknya? Banyak! Dampak buruk yang akan ditimbulkan dari perilaku yang tidak benar tersebut banyak, antara lain ketika kita pukul kursi itu pada saat kita memukul kursi tersebut disadari atau tidak disadari kita seakan-akan sedang mendidik anak kita bahwa dia tidak pernah bersalah, yang bersalah adalah orang lain atau benda lain yang bersalah dan ini bisa jadi akan kebawa sampai dia besar, sampai dia besar dia selalu merasa bahwa dialah yang benar dan dia tidak pernah salah, kalau ada kejadian-kejadian apa pun yang salah adalah orang lain sehingga yang harus ditegur adalah orang lain dan bukan dia. Orangtua baru sadar perilaku buruk anaknya ketika ananya itu dia mulai melawan kepada orangtuanya, dinasehati oleh orangtuanya dia tidak menerima, ketika dia melakukan kesalahan dia tidak mau dinasehati, dia merasa bahwa yang perlu dinasehati adalah orang lain sehingga dia terjerumus kepada penyakit kesombongan yang disebutkan oleh Nabi sallalahualaihiwasalam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh muslim “alkibrubatorulhaqiwawantumnas” Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan juga meremehkan orang lain. Dia tidak bisa menerima bahwa dirinya adalah salah, yang salah adalah orang lain dan ini terus dia bawa sehingga ego dia itu semakin tinggi dia semakin sulit untuk menerima kebenaran dari orang lain. Ternyata yang membuat perilaku buruk itu siapa? Kita orangtua, disadari atau pun tidak. Terus bagaimana yang yang seharusnya kita lakukan ustadz? Yang kita lakukan adalah ketika anak kita manabrak kursi tadi kemudian dia menangis keras, bukan kursinya yang kita pukuli tapi yang kita lakukan adalah saat itu kita berusaha untuk menjelaskan duduk permasalahan dari kejadi kejadian-kejadian tersebut kepada si anak, bagaimana kita katakan? Kita katakan sama anak “oh jatuh ya na, tersandung kursi ya, lain kali hati-hati ya na, kalau berjalan liat-liat, jangan tergesa-gesa berjalannya, ya” jadi secara tidak langsung kita sedang megajarkan kepada ana kita bahwa kita perlu mengambil pengalaman, ya kita perlu mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang kita lakukan atau yang kita jalani, ketika kita ingatkan anak kita seperti itu secara tidak langsung kita sudah mengambil dua pelajaran, yang pertama atau berikan dua pelajaran, pelajaran yang pertama adalah bahwa seorang anak perlu mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang dia lakukan, kita katakan kepada si ana “ na hati-hati lain kali, nah lain kali hati-hati dalam berjalan” sehingga apa? Sehingga si ana itu mengambil “oh kalau begitu kelak kalau misalnya saya berjalan saya harus berhati-hati jalannya jangan sampe kejadian kemaren” ini pelajaran yang pertama. pelajaran yang ke dua adalah yang akan kita tanamkan ketika kita ingatkan ana kita adalah bahwa anak kita supaya dia mengaku dan merasa bahwa dia itu pernah salah, dia mengalami kesalahan dan ini adalah merupakan bekal berharga untuk mengarungi kehidupan di masa yang akan datang, bahwa manusia pernah salah ketika dia salah ya dia mengaku salah jangan sampe dia itu menyalahkan orang lain yang tidak bersalah. Maka berhati-hatilah wahai orangtua kejadian yang sedikit seperti ini yang sering dianggap remeh oleh sebagian orang ternyata berdampak buruk buat kehidupan seorang anak, hati-hati dengan perilaku orangtua hati-hati dengan perilaku sang ayah dan sang ibu. Makanya Asamarkon di dalam kitabnya dan birhoun hopilin, beliau pernah bercerita bahwa Umar Amirul bin Khaththab radiallahuanhu pada suatu hari beliau didatangi oleh seorang Bapak diam-diam mengadukan anaknya yang durhaka, kata si bapak sambil menyeret anaknya:
“ini loh Umar anak saya ini durhaka sama saya, tolong ingatkan dia!”
Umar pun memanggil anak tersebut dengan pandangan yang tajam, dia mengatakan:
“nak, kenapa kau berda berdurhaka kepada orangtuamu? Apakah engkau tidak takut kepada Allah swt durhaka kepada orangtuamu? Bukankah berbakti kepada orangtua itu hukumnya wajib?” setelah diberi dinasehati seperti itu si anak berkata:
“wahai Amirul Mukminin, sebelum saya menjawab pertanyaanmu, tolong jawab pertanyaanku!”
“apa pertanyaanmu?”
“pertanyaanku wahai Amirul Mukminin, apakah seorang anak punya hak kepada orangtuanya?”
“ya, punya hak”
“apa  haknya wahai Amirul Mukminin?
“haknya adalah, seorang anak perlu dipilihkan Ibu yang baik oleh Bapaknya, kemudian dikasih nama yang bik pula, dan juga orangtua perlu mendidik anaknya, mengajarinya al-qur’an, mengajarinya ilmu-ilmu agama, itulah kewajiban seorang orangtua kepada anaknya dan itulah hak anak kepada orangtuanya”
Ketika mendengarkan perkataan tersebut, maka sang anak pun menjawab dengan tegas:
“wahai Amirul Mukminin, orangtua saya sama sekali tidak memenuhi haknya atau tidak memenuhi kewajibannya, dan saya tidak pernah mendapatkan hak-hak tesebut dari Bapak saya, saya dipilihkan Ibu yang tidak baik, kemudian juga Bapak saya memberi nama saya dengan nama yang jelek, lalu yang terakhir Bapak saya nggak pernah ngajarin saya, nggak pernah mengajarkan al-qur’an kepada saya”.
            Ketika mendengarkan apa yang disampaikan oleh si anak maka Amirul Mukminin Umar bin Khaththab memandang tajam sang Bapak dan mengatakan “enyahlah engkau dari mukaku, karena sesungguhnya engkau telah durhaka kepada anakmu sebelum anakmu durhaka kepada dirimu”.
            Jadi ternyata Bapak-bapak, Ibu-ibu dan juga para orangtua dimana pun anda berada, perilaku kita sangat berpengaruh kepada pendidikan anak kita, makanya jangan sampai kita merusak buah hati kita dan semoga kita bukan termasuk golongan tersebut, seandainya kita ternyata masih seperti itu mari kita perbaiki diri kita sehingga anak-anak kita menjadi anak yang shaleh shalehah menjadi kurota a’yun kita semua. Rabbanahablanaminajwajinawaduriyatinaqurotaa’yun, wahai Rabbi jadikanlah pasangan keturunan dan kami sebagai orang-orang yang menyejukan pandangan mata.
Allahumaamin..wallahuta’alaa’lawaalamwassallahu nabiyumuhammadinwaahlihiwasohbihiazmain.. wallhamdulilahirobilalamin..




Analisis Video Berdasarkan Factor Kebahasaan Dan Nonkebahasaan
A.    Faktor kebahasaan
1.      Ketetapan ucapan
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa pembicara cukup tepat. Pembicara mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraannya, perasannya, dan juga sasarannya. Namun ada satu hal yang kurang tepat, pembicara mengucapkan “anak” /k/ nya itu disamarkan jadi seperti terdengar “ana”, mungkin itu disebabkan karena latar belakang pembicara dari purwokerto, yang telah kita ketahui bahwa latar belakang pembicara bahasa Indonesia itu berbeda-beda yang setiap pembicara tentu sangat ipengaruhi oleh bahasa Ibunya.namun kurang tepatnya pembicara dalam mengucapkan kata “anak” tidak terlalu berpengaruh karena tidak terlalu jauh dari ragam lisan biasa.
2.      Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi pembicara sangat sesuai sehingga cukup menarik perhatian pendengar. Pemberian tekanan pada kata dan suku kata nya itu sangat sesuai. Sehingga terdengar sangat mengesankan.
3.      Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata yang digunakan pembicara sangat tepat dan jelas. Pembicara menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasarannya, dan karena pemilihan kata si pembicara yang jelas itu membuat pendengar terangsang dan lebih paham. Si pembicara pun seperti mengamati dulu siapa pendengarnya dan apa pokok pembicaraannya, sehingga pemilihan katanya sesuai dengan pokok pembicaraan juga para pendengarnya.
4.      Ketetapan sasaran pembicaraan
Pembiccara dalam pidatonya menggunakan kalimat efektif yang memudahkan pendengar menangkap pembicaraanya.  Si pembicara juga menyusun kalimat efektif  kalimat yang mengenai sasaran, sehingga menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, kepada para pendengarnya. Kalimat-kalimat yang dilontarkan pembicara benar-benar sangat efektif yakni utuh, perpautan, pemusatan perhatian, dan hemat sehingga siapa pun orang yang mendengarnya akan tergambar lengkap dalam pikiran pendengar persis seperti apa yang dimaksudkan oleh si pembicara tersebut. Setiap kalimat-kalimat yang dilontarkannya pun  jelas dan logis. Si pembicara pun selama pembicaraannya dalam ceramah itu membahasakan ekspresi yang ditujukan kepada pendengar, si pembicara meyakinkan, menggugat, mengkritik, dan menginsafkan.
B.     Faktor nonkebahasaan
1.      Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.
Sangat jelas terlihat bahwa si pembicara benar-benar bersikap tenang dan tidak kaku. Si pembicara sangat menguasai materinya, dan situasi juga tempat yang mendukung membuat si pembicara bersikap tenang dan tidak kaku, bersikap sewajarnya.
2.      Pandangan harus diarahkan kepada lawan berbicara
Pandangan pembicara itu tidak hanya pada satu arah, pembicara benar-benar menguasai keadaan, dan si pembicara berusaha melibatkan juga pendengarnya, terlihat dan terdengar jelas ketika pembicara bertanya dan mengajak pandanganya menuju kepada seluruhnya.
3.      Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Dalam menyampaikan ceramahnya, pembicara memiliki sikap terbuka, menghargai pendapat orang lain siapa pun yang mau bertanya atau menyangah.


4.      Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Si pembicara menggunakan gerak-gerik tangan dan mimik yang tepat tidak berlebihan, sesuai dengan isi pembicarannya sehingga secara tidak langsung menghidupkan komunikasi dan terlihat tidak kaku.
5.      Kenyaringan suara
Tingkat kenyaringan pembicaa ini sangat sesuai dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustiknya. Si pembicara sangat mengatur sekali kenyaringan suaranya supaya bisa didengar oleh semua pendengar dengan jelas.
6.      Kelancaran
Pembicara selama ceramahnya berlangsung sangat lancer berbicaranya sehingga memudahkan pendengar menangkap isi pembicaranya. Pembicara tidak terlalu cepat tidak juga terlalu pelan, penyampaiannya sangat tepat dan lancer tanpa terputus-putus. Namun hanya ada satu kali pembicara menyelipkan bunyi ee, ehm, dan itu masih dalam batas yang wajar, karena tidak terlalu berlebihan.
7.      Relevansi/Penalaran
Gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh pembicara sangat berhubungan dengan logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
8.      Penguasaan topic
Pembicara sangat menguasai topic yang diterangkannya, terlihat dan terdengar jelas bahwa pembicara sangat berani dan lancar dalam penyampaiannya.
9.      Kesehatan jasmani dan rohani
Tampak terlihat jelas bahwa pembicara sehat jasmani dan rohani, badannya terlihat bugar dan fresh. Sehingga menjadi tambahan nilai, terlihat menarik.


















Biodata Pembicara Abdullah Zaen, Lc., M.A. bin Zaeni Muhajjat, BA, M.S.
Nama                           : Abdullah Zaen, Lc., M.A. bin Zaeni Muhajjat, BA, M.S.
Tempat/Tanggal Lahir: Purwokerto, 1 Juli 1980
Pekerjaan                     : Pengasuh Pondok Pesantren “Tunas Ilmu” Purbalingga dan dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah “Imam Syafi’i” Jember
Alamat                        : Pondok Pesantren “Tunas Ilmu” Rt. 8 Rw. 2 Kedungwuluh Kalimanah Purbalingga 53371 Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan   :
-          Formal:
1985                : TK Pertiwi Banyumas Jawa Tengah
1986-1992       : SD Kejawar I Banyumas Jawa Tengah
1993                : Pondok Modern ar-Risalah Slahung Ponorogo Jawa Timur
1994-1998       : Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur
1999                : Fakultas Syari’ah Institut Studi Islam Darussalam Gontor
2000                : Ma’had Lughah Islamic University of Medina (IUM) KSA
2001-2004       : S1 Fakultas Hadits dan Dirasat Islamiyah IUM (Cumlaude)
2005-2009       : S2 Jurusan Aqidah IUM (Cumlaude)
-          Non Formal:
2000-2009   : Belajar berbagai kitab pada:
1.      Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbâd: kitab Sunan Abi Dâwûd, sebagian dariSunan at-Tirmidzi, al-Arba’în an-Nawawiyyah dan sebagian dari Sunan Ibn Mâjah .
2.      Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Âmir ar-Ruhaili: kitab: al-Ushûl ats-Tsalâtsah, Kasyf asy-Syubuhât, al-Qawâ’id al-Arba’, Kitab at-Tauhîd, Kitab al-Îmân li Abi ‘Ubaid al-Qâsim bin Sallâm, sebagian dari Kitab al-Qadar li Ibn Wahb, sebagian dari Kitab as-Sunnah li al-Khallâl, Kitab al-I’tiqâd li Ibn Abi Ya’la, Syarh as-Sunnah li al-Muzani, Mauqif Ahl as-Sunnah min Ahl al-Ahwâ’ wa al-Bida’, sebagian dariRiyâdh ash-Shâlihîn, Ushûl as-Sunnah li al-Imam Ahmad, sebagian dari at-Tadmuriah dan sebagian dari al-Hamawiyah.
3.      Syaikh. Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbâd: kitab Fâ’idah Jalîlah fî Qawâ’id al-Asmâ’ al-Husna, sebagian dari al-Adab al-Mufrad, sebagian dariTharîq al-Wushûl, sebagian dari al-Qawâ’id al-Mutsla, dan sebagian darial-’Aqîdah al-Wâsithiyah.
4.      Syaikh. Dr. Shalih bin Sa’ad as-Suhaimy: kitab Kasyf asy-Syubuhât.
5.      Syaikh. Dr. Sulaiman bin Salîmullah ar-Ruhaily: sebagian dari kitab Manâr as-Sabîl,sebagian dari al-Waraqât, sebagian dari Manzhûmah al-Qawâ’id al-Fiqhiyyah li as-Sa’dy.
6.      Syaikh ‘Ubaid al-Jâbiry: sebagian dari kitab Syarh as-Sunnah li al-Barbahâry.
7.      Syaikh Prof. Dr. Muhammad bin Khalîfah at-Tamîmi: sebagian dari kitab al-Hamawiyah.
8.      Syaikh Dr Abdullah bin Abdurrahîm al-Bukhâry: sebagian dari kitab al-Bâ’its al-Hatsîts.
9.      Syaikh Abdurrahman ar-Raddâdy: sebagian dari Matan Abi Syuja’.
Keorganisasian:
1.      Sekertaris Pimpinan Pondok Modern Gontor (tahun 1999).
2.      Ketua Mahasiswa Indonesia Islamic University of Medina (tahun 2003).
3.      Pembina Yayasan ar-Raudloh Jogjakarta (tahun 2006 hingga sekarang).
4.      Pembina Yayasan Islam Tunas Ilmu Purbalingga (tahun 2010 hingga sekarang)
5.      Takmir Masjid Agung Darussalam Purbalingga – Bagian Imarah (tahun 2010 hingga sekarang)
Pengalaman Kerja:
1.      Guru Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah Pondok Modern Gontor (1999-2000)
2.      Penerjemah di Badan Penyuluhan Haji Kementrian Agama Arab Saudi, hampir pada setiap musim haji, sejak tahun 2003 hingga 2009.
Karya Ilmiah:
a.       Buku berbahasa Indonesia:
1.      Imam Syafi’i Menggugat Syirik, Pembelaan Imam Syafi’i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid (diterbitkan oleh Maktabah al-Hanif Jogjakarta tahun 2007).
2.      14 Contoh Praktek Hikmah dalam Berdakwah (diterbitkan oleh Pustaka Muslim Jogjakarta tahun 2007).
b.      Buku terjemahan dan editan:
1.      Untaian Mutiara Khutbah dan Nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Haji Wada’. Terjemahan dari Khuthab wa Mawâ’izh min Hajjah al-Wadâ’ karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-’Abbâd al-Badr (diterbitkan di Madinah).
2.      Ulama Mekah dan Nejd Bersatu Padu Membela Tauhid dan Memerangi Kesyirikan – Dokumen Nota Kesepakatan Ulama Mekah dan Ulama Nejd dalam Masalah Tauhid. Terjemahan dari al-Bayân al-Mufîd fî mât tafaqa ‘alaihi ‘Ulama Mekkah wa Najd min ‘Aqâ’id at-Tauhîd (diterbitkan oleh Islamic Centre Hauthah Sudair Riyadh).
3.      Biarkan Syi’ah Bercerita tentang Agamanya. Terjemahan dan ringkasan dari kaset Waqafât ma’a Du’ât at-Taqrîb oleh Syaikh Abdullah as-Salafy (diterbitkan oleh Pustaka Muslim Jogjakarta).
4.      Pancaran Nilai-nilai Keimanan dalam Ibadah Haji – Studi tentang Keterkaitan Ibadah Haji dengan Aqidah Seorang Muslim. Terjemahan dan ringkasan dari buku Durûs ‘Aqadiyyah Mustafâdah min al-Hajj karya Syaikh Prof Dr. Abdurrazzâq bin Abdul Muhsin al-’Abbâd al-Badr.
5.      Penjatuhan Vonis Kafir dan Aturannya. Terjemahan dari at-Takfîr wa Dhawâbithuh karya Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaily (diterbitkan Darus Sunnah Jakarta).
c.       Makalah:
1.      Upaya Menjaga Kemurnian Islam – Menyoal Tahdzîr dan Norma-normanya.
2.      Perpustakaan Pak Ustadz – Daftar Buku-buku Primer bagi Para Da’i.
3.      Penggugur Dosa.
4.      Agama adalah Nasehat.
5.      Indahnya Islam
6.      Berdakwah dengan Akhlak Mulia
7.      Berdakwah dengan Hati
8.      Beberapa Kaidah Penting Tafsir
9.      Beberapa Pembahasan Penting tentang Isti’adzah
10.  Beberapa Pembahasan Penting tentang Basmalah
11.  Tafsir Surat al-Fatihah
12.  Tafsir Surat an-Nas
13.  dan lain-lain.
d.      Karya Tulis Berbahasa Arab (belum diterbitkan):
1.      Tahrîk al-Ushbu’ fi at-Tasyahhud.
2.      Manzilah ash-Shahâbah Bain al-Ghulâh wa al-Jufâh.
3.      Ta’rîf Tauhîd al-Asmâ’ wa ash-Shifât wa ‘Alâqatuh bi Aqsâm at-Tauhîd al-Ukhrâ.
4.      Nawâqidh Tauhîd ar-Rubûbiyyah.
5.      Tahqîq al-Qaul fî mâ Nusiba ilâ al-Imâm Mâlik fî anna al-Îmân Yazîd wa Tawaqqufuh ‘an an-Nuqshân.
6.      Mazhâhirul Inhirâf fî Tauhîd al-’Ibâdah ladâ Ba’dh Muslimî Indonesia wa Mauqif al-Islâm minhâ (tesis).




No comments:

Post a Comment