https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: reviu jurnal tentang afiks https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Friday, July 11, 2014

reviu jurnal tentang afiks



AFIKS (Suatu Kajian Morfologi Bahasa Gorontalo). Oleh: Sri Rumiyatiningsih Luwiti. Jurnal Pelangi Ilmu Volume 2 No. 5, Mei 2009.
Direviu oleh Riska Ramdiani, STKIP Garut.
Pendahuluan
Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsure yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru (Ramlan, 2009). Afiksasi sebagai salah satu proses morfologis merupakan proses yang umum terjadi dalam bahasa-bahasa yang ada di dunia. Proses afiksasi dilakukakan dengan tujuan untuk membentuk sebuah kata baru dari bentuk kata dasar yang sudah ada, dan kita akan membutuhkan morfem lainnya. Fromkin dan Rodman (1998:71-73) menjelaskan bahwa ada empat jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, dan sirkumfiks. pandangan yang berbeda mengenai jenis-jenis afiks disebutkan oleh Kridalaksana. Menurut Kridalaksana (2009:28), ada beberapa jenis afiks yang secara tradisional dikelompokkan atas: prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, dan konfiks. Dalam bahasa Jawa, Poedjosoedarmo, dkk. (1979:186) menyebutkan ada empat jenis afiks, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Misalnya, kata kerja makan diberi prefiks me- menjadi memakan, kata kerja minum diberi sufiks –an menjadi minuman. Namun dalam kajian proses afiksasi bahasa Gorontalo akan menghadirkan suatu gejala yang cukup berbeda dengan proses afiksasi pada bahasa Indonesia.  Di dalam bahasa Gorontalo hanya terdapat tiga jenis afiksasi, yaitu:
a.       Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di depan kata dasar
b.      Infiks, yaitu afiks yang diletakkandi dalam kata dasar
c.       Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata dasar
Bahasa Gorotalo memiliki kategori gramatika verba yang menunjukkan lamanya dan jenis perbuatan, apakah mulai, selesai, sedang berlangsung, atau berulang. Ini berarti bahwa setiap kegiatan manusia memiliki proses yang dapat dikaji berdasarkan struktur kalimatnya. Seperti beberapa contoh kata dalam bahasa Gorontalo yang diambil dalam beberapa sumber adalah:
-          bala (pagar)
            Taatoonu taa mobala ileenginto? (Siapa yang akan memagari kebun anda?)
            Hulapa ngoolo putu boito diila mo’obala ileenginto. (Bambu yang hanya sekian potong itu tak cukup memagari kebun anda).
            Taatoonu taa he me’ibala ileengi botia? (Siapa yang menyuruh memagari kebun ini?)
            Diipo leibala ileengilio. (Belum terpagari kebunnya).
-          antongo (darah beku); botu (batu)
            Duhu boito maa loti’antongo. (Darah itu sudah membeku)
            Maa lotitibotu tio, didu mohuto molameto. (Dia sudah membatu (diam seperti batu), tak mau lagi menjawab).
bo’o (baju), jasi (jas), kabaya (kebaya)
            Mohibo’o lo bo’o u toonu yi’o? (Engkau akan memakai baju apa?)
            Pohiyasia jasimu u bohu boito! (Pakailah jasmu yang baru itu!).
            Yilohikabaya lo kabaya lamuto tio ointi. (Berkebaya kebaya pink dia tadi.)
-          tu’o (muntah)
            Ohilaa motu’o wa’u (Aku ingin muntah)
            Ilodunggaa’u mota topotu’oa taa hi ngongota boito. (Aku mendapati semua orang-orang sakit itu sedang muntah)
-          wotuto (kentut)
            Diila potitonggo, tapahututo yi’o (Jangan jongkok, engkau terkentut nantinya).
            Yiloolito tio tilapahututo to huungo tau. (Dia jadi malu terkentut dikerumunan orang).
Sementara itu, awalan-awalan mopo-, mo’o-, mongo-, moti-, motiti-, mopohu-, mei-, dan pasangannya serta awalan tohu- dapat membentuk morfem dasar kata sifat menjadi kata kerja. Contoh:
-          uda’a (besar)
            Waajibu olanto mopo’uda’a to mongo’udula’a (Wajiblah atas kita membesarkan (memuliakan) orang tua).
            Diila potiti’uda’a to lipu lo tau uuti! (Janganlah membesarkan diri (sombong) di negeri orang sayang!)
-          langgato (tinggi)
            Popolanggata po’olo tohe boito! (Tinggikan dahulu gantungan lampu itu).
            Bo he mopohulanggato tomboto buurungi boito. (Makin meninggi saja terbang burung itu).
-          piohu (bagus/baik).
            Po’opiohe hale alihu otoli’ango tau. (Perbaiki perangai/budi pekerti agar disayang orang)
-          pedeto (pesek), hulodu (bodoh)
            He tohupedetalio wa’u (Dia menyebut-nyebut aku pesek).
            Diila mowali motohuhulodee to taa mohuhula. (Tak boleh menyebut-nyebut bodoh kpd org yg lbh tua).
Untuk lebih memahaminya dapat dilihat/dianalisis afiks bahasa Gorontalo menurut pakarnya, yakni menurut Badudu (1982) meneliti mengenai bahasa Gorontalo, bahasa Gorontalo termasuk salah satu bahasa yang rumit strukturnya sehingga dalam proses pembentukan kata terdapat afiks yang begitu besar jumlahnya.
1.      Isi Jurnal
Berdasarkan pendahuluan di atas, jurnal yang berjudul “Afiks (Suatu Kajian Morfologi Bahasa Gorontalo)” menguraikan jenis dan model proses afiksasi pada bahasa Gorontalo. Afiksasi di dalam bahasa Gorontalo, satu hal yang menjadi ciri dan rnernbedakan proses afiksasi bahasa Gorontalo dan bahasa Indonesia adalah, di dalam bahasa Gorontalo hasil integrasi afiks berfungsi untuk menunjukan waktu. Satu gejala yang terdapat dalam imbuhan bahasa Gorontalo ialah pengertian waktu/ kala, gejala seperti ini terdapat juga dalam bahasa-bahasa yang di pakai di daerah-daerah yang berdekatan dengan daerah bahasa Gorontalo, yaitu bahasa Bolaang Mongondow, bahasa Minahasa, dan bahasa Sangir (Badudu). Pada bahasa Gorontalo awalan-awalan mo-, mopo-, mo’o-, moti-, motiti-, me’i-, mei-, mohi-, dengan pasangannya dapat berfungsi membentuk morfem dasar. Kata benda menjadi kata kerja. Waktu pada afiksasi bahasa Gorontalo, hanya menunjukan bentuk waktu yang akan datang, dan bentuk waktu yang sudah lampau, sementara waktu yang menunjukan suatu keadaan yang masih berlangsung, tidak dinyatakan oleh afiks, tetapi oleh morfem terikat he atau hi yang mendahului kata kerja dalam frase morfem tersebut, dengan kata kerja: Semua awalan yang berkonsonan awal /m/ seperti mo-. mopo-, moti-, motiti-, dan sisipan -um-, mengandung pengertian waktu yang akan datang. Dan semua awalan yang berkonsonan awal /11 seperti lo-, lopo-, loti-, lotiti-, dan sisipan - il-, mengandung pengertianyang telah lampau. Bentukan-bentukan dengan awalan dari sisipan itu menyatakan peristiwa sudah lampau, ataupun yang dianggap atau1 dibayangkan sudah terjadi. Hal ini akan diejewantahkan ke dalam beberapa contoh berikut:
Bentuk akan datang: Waatia motuluhee toqutoonu?
Saya akan tidur dimana?
Taatoonu taa motibalataa teeto?
Siapa yang akan berbaring di situ?
Tumuota ode huali tio
Akan masuk ke kamar dia
Di dalam afiksasi bahasa Gorontalo, khususnya awalan, sebagian besarnya merupakan pasangan-pasangan yang memperlihatkan kesejajaran fungsi dan artinya, berdasarkan dalam jurnal tersebut terdapat awalan-awalan yang digolongkan sebagai berikut:
Mo-                              lo-
Mopo-                          lopo-
Moqo-                          loqo-
Mono-                          longo-
moti-                            loti-
motiti-                          lotiti-
megi-                           leqi-
mohi-                           lehi-
molo-                           lolo-
-Awalan yang dua perangkat, yaitu:
mei-                             lei-
mopohu-                      lopohu-
-Awalan tiga seperangkat, yaitu
Po-
Popo-
Poqo-
Pongo-
Poti-
Potiti-
Peqi-
Pohi-
Polo-
-Awalan yang tidak mempunyai pasangan, yaitu:
o-                                 topo-                           tapa-
-Awalan yang tidak mempunyai pasangan, tetapi dapat di gabung dengan awalan
mo-, lo-, dan po-, yaitu: ·
onggo-                         tohu-                            tonio-                           tolo-
notonggo-                    motohu-                       motonto-                      motolo-
otonggo-                      totohu-                         lotonto-                        lotolo-
motonggo-                   potohu-                        potonto-                       potolo-
Contohnya:
a.       Prefiks
Kata dasar: Hehu (rampas)
Contoh: Dila bolo pohehua lo u
dila ilokawasa lo hihilao
Jangan sanipai berebutan yang bukan milik sendiri
b.      Infiks
Kata dasar Tambati (tempat)
Contoh: Tambatilio loqu he
moponaqo lo parenta
Tempatnya menjalankan pemerintahan
c.       Sufiks
Kata Dasar: Parakara (perkara)
Contoh: Paparakarawa, odito hihimati lo naqo lo olob1  boito
Berperkara, hanya begitulal perginya kerbau itu
Namun, dalam jurnal ini tidak memberikan contoh dengan kata-kata yang pendek secara instan. Fungsi grarnatikal afiksasi sebagai pengubah kelas kata, di dalarn bahasa Gorontalo dapatlah kita lihat pada awalan-awalan mo-,mopo-, moqo-, moti-, motiti-, meqi-, mei-, dan mohi-, dengan pasangannya dapat berfungsi membentuk morfem dasar. Dalam bahasa Gorontalo, bentukan kata dasar yang dibubuhi oleh kata lain yang bukan merupakan kata, akan merubah arti sebagian maupun seluruhnya. Dalam jurnal tersebut terdapat beberapa data untuk memberikan penjelasannya, yaitu:
ldentifikasi Data
Di dalam bahasa gorontalo seperti deskripsi pada awal penulisan ini, dapatlah diidentifikasi jenis-jenis afiksasi, yaitu: frefiks, infiks, dan sujiks.
Klasifikasi Data
- Prefiks: f!o-, Popo-, Poqo-, Poti-, Peqi-, Pohi-, Tonggo:
-Infiks: II-
-Suflks :-a, -i
Analisis Data
Di dalam melihat realisasi lainnya yang lebih komprehensif tentang kajian afiksasi, diuraikan dalam bentuk analisis. Dalam Jurnal ini dapat dipahami sebuah kata dasar di dalam bahasa Gorontalo, hanyalah merupakan kata yang berdiri sendiri, dengan makna dan arti yang terbatas pada kata tersebut. Akan tetapi kata tersebut akan mengalami perubahan yang cukup signifikan apabila dilekati oleh imbuhan awalan, sisipan, dan akhiran.
2.      Komentar
Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama. Di dalam bahasa mana pun dapat diidentifikasi afiksnya dalam semua letaknya, salah satunya dalam bahasa Gorontalo. Jurnal “Afiks (Suatu Kajian Morfologi Bahasa Gorontalo)” membuktikan dan memaparkan adanya afiks dalam bahasa Gorontalo, namun dalam bahasa Gorontalo hasil integrasi aftks berfungsi untuk menunjukan waktu. Satu gejala yang terdapat dalam imbuhan bahasa Gorontalo ialah pengertian waktu, dan afiksasi bahasa Gorontalo hanya menunjukan bentuk waktu yang akan datang, dan bentuk waktu yang sudah lampau, sementara waktu yang menunjukan suatu keadaan dan jika dianalisis cukup rumit, seperti menurut Badudu Bahasa Gorontalo termasuk salah satu bahasa yang rumit strukturnya sehingga dalam proses pembentukan kata terdapat afiks yang begitu besar jumlahnya. Jadi berdasarkan jurnal ini afiks yang berada dalam bahasa Gorontalo Proses afiksasi dalam bahasa Gorontalo lebih ditekankan pada penunjukan waktu, bentukan waktu yang di tandai di sini, hanyalah pada tataran bentuk waktu yang akan datang, dan waktu yang telah lampau. Sementara waktu yang tengah berlangsung tidak dinyatakan di dalam afiksasi, tetapi dalam jurnal ini morfemnya terikat he atau hi yang mendahului kata keija dalam fras_ morfem tersebut dengan kata kerja. Namun dalam jurnal ini tidak menjelaskan contohnya secara langsung dan sulit untuk dipahami oleh pembaca, sehingga membuat para pembaca harus membacanya beberapa kali. Secara umum dengan adanya afiksasi semua bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi menjadi lebih terarah, begitupun dengan afiks dalam bahasa Gorontalo dengan adanya afiksasi dalam penggunaan bahasa Gorontalo menjadi lebih terarah dan lebih mudah dipahami. Oleh karena itu afiksasi dalam semua bahasa apapun tidak dapat dipisahkan.
3.      Simpulan
Jika kita mengambil pemahaman dari Badudu dan Kridalaksana tentang afiksasi dalam bahasa Gorontalo maupun dalam bahasa lainya, seperti dalam jurnal “Afiks (Suatu Kajian Morfologi Bahasa Gorontalo)”, kita selaku pengguna bahasa Indonesia hendaknya kita harus memperhatikan beberapa penempatan afiks yang baik dan benar, apalagi dalam pembuatan makalah, skripsi, jurnal, pidato, dan lain sebagainya. Proses morfologis akan merubah secara parsial mengenai arti kata, yang sebelumnya hanya merupakan sebuah kata dasar. Jangan sampai kita selaku pengguna bahasa Indonesia salah dalam penempatan afiks dalam kata yang akan kita tulis/ucapkan. Karena pada zaman modern ini tidak dapat dipungkiri bahwa banyak para sarjana, pejabat, dan orang-orang intelek tidak memperhatikan penempatan afiks yang baik dan benar. Kita juga selaku orang yang menjunjung tinggi bahasa harus mengetahui bahasa-bahasa yang lain bukan hanya terpaku kepada afiks bahasa Indonesia, kita harus tahu bagaimana afiks dalam bahasa Gorontalo, Melayu, Yogyakarta, Sunda, dan lain sebagainya.






REFERENSI
Hatibie, Maghiyunita. Minggu, 23 Januari 2011. Bagaimanakah Proses Morfologi Bahasa Gorontalo? [online]. http://yunitahatibiemaghi01.blogspot.com/2011/01/bagaimanakah-proses-morfologi-bahasa.html: 21 Januari 2014.
Luwiti, Rumiyatiningsih Sri. “AFIKS (Suatu Kajian Morfologi Bahasa Gorontalo)” dalam Jurnal Pelangi Ilmu Volume 2 No. 5, Mei 2009.
Ramlan. (2009). Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. “KARYONO”

No comments:

Post a Comment