PELAYANAN
PERPUSTAKAAN
Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah “Pengelolaan Kepustakaan”, yang diampu oleh Ninah Hasanah, M. Pd.
disusun oleh:
Nama
|
Kelas
|
NIM
|
HANA ALIS
LUMANTI
|
3A
|
12211002
|
ROSE
ROSTIKASARI
|
3A
|
12211026
|
RISKA RAMDIANI
|
3A
|
12211029
|
IIS
KARMILA
|
3A
|
12211036
|
ENDANG
|
4A
|
11
|
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)
GARUT
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga kami mampu
menyusun Makalah yang berjudul “Pelayanan Perpustakaan”, makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas “Pengelolaan Kepustakaan”.
Makalah ini ksmi susun berdasarkan
kemampuan kami dan dari sumber-sumber yang kami cari. Dikemas dengan Ringkasan
Materi yang cukup dipahami.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk
diri saya sendiri maupun untuk orang lain baik bermanfaat untuk masa sekarang
atau pun masa yang akan datang, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Dan makalah ini sangat sederhana,
karna kesederhanaanya banyak sekali kekurangannya. Dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari harapan kesempurnaan, terimakasih jika para pembaca memberikan
sumbang saran untuk perbaikan.
Garut, Desember 2014
Team
penulis,
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................
I
DAFTAR
ISI.................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar
Belakang .................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. System
pelayanan perpustakaan........................................................
3
B. Jenis-jenis
Layanan Pemustaka (User Services) di
Perpustakaan...... 9
C. Sikap
seorang penjaga perpustakaan..................................................
23
BAB
III PENUTUP ..................................................................................... 25
A. Kesimpulan
....................................................................................... 25
B. Saran
................................................................................................. 25
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................. 26
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perpustakaan adalah
suatu institusi unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara
sistematis dan mengelolanya dengan cara khusus sebagai sumber informasi dan
dapat digunakan oleh pemakainya serta memudahkan bagi para pencari informasi
untuk mencari informasi.
Untuk meningkatkan kecintaan masyarakat
terhadap kegiatan membaca, tentunya
harus ada motivasi tersendiri untuk menarik masyarakat agar mau mencintai
perpustakaan. Salah satunya yaitu pelayanan perpustakaan, apabila pelayanan
perpustakaan itu dilaksanakan secara optimal maka dapat menarik perhatian
pembaca. Karena sering kita melihat dari kenyataannya bahwa pelayanan
perpustakaan tidak begitu optimal, sehingga mengakibatkan masyarakat enggan
untuk datang ke perpustakaan. Sering kita mendengar celetukan-celetukan
mahasiswa “ ah, petugas perpustakaannya jutek, males deh kesana lagi.”. Untuk
menghindari hal tersebut, penulis menyusun makalah tentang “Pelayanan
Perpustakaan”. Yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
para pustakawan agar lebih bisa mengoptimalkan sistem pelayanan perpustakaan.
Layanan perpustakaan
merupakan tugas yang amat penting dan muara dari semua kegiatan di
perpustakaan. Pelayanan perpustakaan berarti kesibukan yang tiada akhir
kecuali pelayanan perpustakaan dinyatakan ditutup. Bahkan ketika perpustakaan
ditutup, tugas pustakawan di bagian pelayanan tidak serta merta terbebas dari
pekerjaan. Pustakawan di bagian pelayanan masih harus melakukan statistik
perpustakaan, merapikan berkas peminjaman dan kartu buku (terutama bagi
perpustakaan yang belum menerapkan otomasi perpustakaan), melakukan penggerakan
(selving) dan lain-lain. Walaupun
bagian pelayanan ini merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan
pemakai dan mungkin dianggap bagian yang paling penting, namun setiap
perpustakaan harus menyadari bahwa kelancaran layanan perpustakaan juga
tergantung kepada unit-unit lain di perpustakaan. Pelayanan perpustakaan bukan
satu-satunya kegiatan perpustakaan, namun merupakan satu rangkaian kegiatan
yang saling berkaitan satu sama lain.
Secara umum layanan
pengguna didefinisikan sebagai aktifitas
perpustakaan dalam memberikan
jasa layanan kepada pengguna perpustakaan, khususnya kepada anggota
perpustakaannya.
Jumlah jenis atau macam layanan pengguna
perpustakaan yang dapat diberikan kepada pengguna perpustakaan
sesungguhnya cukup banyak. Namun semua
layanan tersebut penyelenggaraannya
haruslah disesuaikan dengan
kondisi tenaga perpustakaan dan kebutuhan penggunanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem
Pelayanan Perpustakaan
Dalam
merencanakan layanan di perpustakaan kita harus mempertimbangkan kondisi yang
ada di perpustakaan. Ada dua macam sistem pelayanan yang biasa dilakukan
oleh perpustakaan yaitu sistem pelayanan terbuka dan sistem pelayanan tertutup. Masing-masing sistem
pelayanan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Sistem
Pelayanan Terbuka (Open Access)
Dalam
sistem pelayanan terbuka perpustakaan memberi
kebebasan kepada para
pemustakanya (pemakainya) untuk dapat masuk dan
memilih sendiri koleksi yang
diinginkannya dari rak.
Petugas hanya mencatat apabila koleksi tersebut akan
dipinjam serta dikembalikan. Pelayanan perpustakaan dengan sistem pelayanan
terbuka ini banyak diterapkan di perpustakaan perguruan tinggi dan beberapa
perpustakaan umum. Sedangkan perpustakaan khusus dan sekolah banyak yang masih
menerapkan sistem pelayanan tertutup.
Dalam
sistem pelayanan terbuka, rancangan ruangan harus dipertimbangkan dengan
matang, misalnya pintu masuk sebaiknya hanya satu. Di pintu masuk sebaiknya
ditempatkan meja atau konter keamanan yang dijaga oleh petugas. Untuk
memperkecil kemungkinan hilangnya koleksi yang dicuri oleh pemakai, pemakai
yang masuk ke ruang baca atau rak perpustakaan sebaiknya tidak diperkenankan
membawa tas dan jaket. Karena itu perpustakaan yang menerapkan sistem pelayanan
terbuka harus menyediakan tempat penitipan tas atau locker baik yang dijaga oleh petugas ataupun yang tidak dijaga oleh
petugas. Pemakai yang akan keluar dari ruang perpustakaan harus diperiksa semua
barang bawaannya oleh petugas. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan
pemakai membawa koleksi tanpa melalui prosedur peminjaman yang benar. Di
perpustakaan yang sudah menggunakan pintu ditektor otomatis (security detector) maka pemeriksaan
pemakai oleh petugas tidak diperlukan. Bahkan kadang-kadang pintu keluar sudah
tidak perlu dijaga lagi.
Untuk
mencatat jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan biasanya di meja
keamanan biasanya ditempatkan buku tamu. Selain Petugas jaga diberi tugas
menjaga keamanan, ia juga dapat juga diberi tugas untuk mengawasi pengisian
buku tamu. Petugas jaga harus menegur pengunjung perpustakaan yang tidak mau
mengisi buku tamu. Hal ini bertujuan agar semua pengunjung perpustakaan dapat
tercatat seluruhnya. Beberapa perpustakaan besar pencatatan pengunjungnya sudah
dilakukan secara otomatis menggunakan komputer. Pemakai tinggal menggesekkan
kartu anggotanya (biasanya yang mengandung kode bar atau yang mengandung kode
elektro magnet) pada sebuah alat baca yang dihubungkan ke komputer. Secara
otomatis komputer akan mencatat semua data mengenai pengunjung tersebut
termasuk jam (bahkan menit dan detiknya) berkunjungnya.
Penataan
ruang koleksi pada sistem pelayanan terbuka juga perlu diperhatikan. Misalnya,
rambu-rambu yang menunjukkan lokasi koleksi harus lengkap dan jelas. Hal ini
untuk mengurangi banyaknya pertanyaan mengenai lokasi koleksi kepada petugas.
Jarak antara rak satu dengan rak yang lain harus agak lebar agar apabila ada
pemakai yang mencari koleksi diantara rak tersebut tidak terganggu walaupun ada
petugas perpustakaan yang lewat dengan membawa trolley buku (rak dorong buku).
Sistem
pelayanan terbuka ini mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan seperti:
Kelebihannya:
a. Pengguna
bebas memilih bukunya sendiri, artinya pemakai dapat melakukan browsing atau pemilihan koleksi secara
bebas di rak. Jika pemakai tersebut ingin mencari buku mengenai suatu topik
tertentu (misalnya saja bertanam dengan cara hidroponik) maka dia dapat
memilih-milih sendiri buku yang cocok dengan keinginannya di rak.
b. Kebebasan
ini menimbulkan rangsangan untuk membaca. Ketika dia memilih-milih buku yang
diinginkannya, mungkin dia menemukan buku lain yang menarik perhatiannya, dan
karena tertarik dia akan melihat-lihat dan mungkin saja dia akan membacanya.
c. Kalau
buku yang dikehendaki tidak ada, dapat memilih buku yang
lain. Mungkin pada saat masuk perpustakaan seorang pemakai berniat untuk
mencari buku dengan judul dan pengarang tertentu (misalnya saja Landasan
Matematika karangan Andi Hakim Nasution). Pemakai tersebut dapat mencari judul
buku yang dimaksudkannya tersebut langsung ke rak buku (jika dia tahu lokasi
buku tersebut), atau mencari dulu di katalog. Pada saat mencari buku di rak,
ternyata buku Landasan Matematika karangan Andi Hakim Nasution tidak ada, namun
pemakai tersebut menemukan buku lain dengan judul kurang lebih sama misalnya
Dasar-dasar Matematika yang dikarang oleh Barizi, dan isi buku tersebut cocok
dengan kebutuhannya. Maka pemakai tersebut dapat menggunakan buku tersebut
sebagai pengganti buku yang dicarinya karena topik dan isi buku tersebut sama
dengan buku yang dicarinya.
Kekurangannya:
a. Susunan
buku dalam rak menjadi sulit teratur. Sebagai akibat dari kebebasan pemakai
mengambil buku ke rak, maka susunan rak tersebut akan menjadi tidak teratur.
Untuk mengurangi ketidak-teraturan susunan buku ini, maka perpustakaan harus
memberikan peringatan bahwa pemakai tidak boleh menyimpan sendiri koleksi yang
sudah digunakannya ke dalam rak. Juga perlu diingatkan bahwa hanya buku yang
diperlukan saja yang diambil dari rak dan dibaca di meja baca yang sudah
disediakan, bukan membacanya disela-sela rak. Pendidikan pemakai perlu
dilakukan secara terus menerus agar pemakai mengetahui cara-cara mencari buku
secara sistematis dan benar. Dengan demikian pemakai tidak akan mencari buku
dengan cara mengacak-acak rak secara sembarangan.
b. Kemungkinan
banyak buku yang hilang. Buku hilang juga merupakan salah satu resiko dari
sistem pelayanan terbuka. Untuk itu perlu pengawasan yang baik terutama di
pintu keluar. Untuk mengurangi penyobekan halaman buku, maka perlu dilakukan
monitoring oleh petugas atau pustakawan. Beberapa perpustakaan besar sering
menempatkan kamera pengontrol (atau cermin cembung sebagai cermin pengawas)
pada tempat-tempat yang diperkirakan akan terjadi penyobekan. Penyediaan mesin
fotokopi yang dekat dengan ruang koleksi juga perlu dipertimbangkan, khususnya
apabila di perpustakaan tersebut banyak koleksi yang tidak dipinjamkan. Dengan
penyediaan mesin fotokopi tersebut kemudahan mendapatkan salinan buku dapat
diperoleh oleh pengguna sehingga mengurangi keinginan untuk melakukan
penyobekan atau pencurian oleh pemakai perpustakaan.
2. Sistem
Pelayanan Tertutup (Closed Access)
Kebalikan dari sistem pelayanan terbuka adalah sistem
pe¬layanan tertutup dimana pengunjung tidak boleh masuk
ke ruang¬an koleksi, tetapi yang koleksi yang dibutuhkannya harus
diambilkan oleh petugas. Penelusuran atau pencarian koleksi harus
melalui katalog. Petugas selain
mencatat peminjaman dan pengembalian, juga mengambilkan dan mengembalikan
koleksi ke rak. Sistem pelayanan ini masih banyak diterapkan oleh perpustakaan
khusus dan beberapa perpustakaan sekolah. Salah satu alasan penerapan sistem
pelayanan tertutup ini adalah kurangnya tenaga yang mengelola perpustakaan.
Pada
sistem pelayanan tertutup ini penataan ruangan bisa lebih sederhana. Pintu
masuk tidak harus satu pintu dan tidak perlu penjagaan sebab semua pengunjung
yang akan keluar membawa buku sudah melalui petugas pencatatan pada meja
sirkulasi. Pengunjung perpustakaan juga tidak perlu dilarang membawa tas ke
ruang baca, sebab ruang baca dan ruang koleksi dipisahkan oleh pembatas yang
tegas sehingga pengunjung tidak akan dapat me¬masuki wilayah koleksi
perpustakaan. Satu-satunya pengawasan yang perlu dilakukan di pintu masuk adalah
pencatatan buku tamu. Karena itu jika di perpustakaan tersebut tidak tersedia
cukup petugas untuk mengawasi pintu masuk, maka perlu dipertim¬bangkan untuk
memasang penghitung pengunjung secara otomastis (ada jenis pintu putar yang
biasanya memiliki penghitung otomatis). Pintu pengaman otomatis (security gate) juga tidak diperlukan.
Penataan
rak koleksi juga bisa lebih rapat dengan rak yang lebih tinggi sehingga dapat
memuat jumlah koleksi yang lebih banyak. Karena umumnya rak koleksinya lebih
tinggi, maka diperlukan tangga bagi petugas untuk mengambil buku-buku yang ada
pada bagian atas rak. Pada sistem pelayanan tertutup tidak terlalu diperlukan
rambu-rambu, karena yang akan mencari buku adalah petugas yang sehari-hari
sudah terbiasa dengan keadaan di perpustakaan tersebut.
Seperti
pada sistem pelayanan terbuka, sistem pelayanan tertutup ini juga memiliki
kelebihan-kelebihan dan kelemahan antara lain sebagai berikut:
Kelebihannya:
a. Susunan
dan letak buku lebih teratur dan terpelihara. Hal ini karena hanya petugas
(yang tentunya sudah terampil dalam menyusun buku) yang menyimpan dan mengambil
buku ke rak. Pemakai yang biasanya mengambil dan (kadang-kadang) menyimpan
sendiri ke rak koleksi secara sembarangan tidak terjadi. Bahkan, saking
terpeliharanya letak dan susunann buku ini, beberapa perpustakaan susunan
koleksinya menggunakan sistem penempatan tetap (fixed location).
b. Tidak
perlu ada petugas khusus untuk mengawasi pengguna. Seperti sudah dijelaskan,
pengguna yang berada di dalam perpustakaan dibatasi dengan tegas dengan lokasi
koleksi. Dengan demikian keamanan koleksi dapat terjaga dengan sendirinya.
Namun demikian, jika perpustakaan menempatkan rak display untuk buku atau
majalah baru, maka penempatannya perlu dirancang agar rak tersebut berada dalam
pengawasan petugas. Jika tidak maka rak tersebut dibuat tertutup kaca agar
pemakai tidak dapat mengambil sendiri koleksi yang sedang dipamerkan.
Kekurangannya:
a. Kebebasan
melihat buku tidak ada, harus dicari melalui katalog. Artinya pemakai
perpustakana tidak dapat melakukan browsing
atau pemilihan sendiri koleksi yang dibutuhkannya di rak. Karena untuk mencari
koleksi pemakai tergantung kepada katalog perpustakaan, maka katalog
perpustakaan harus betul-betul baik dan dapat diandalkan (reliable). Karena itu pula perpustakaan harus secara teratur
melakukan stock opname, sehingga
katalog betul-betul mencerminkan keadaan koleksi yang sebenarnya.
b. Melihat
dari katalog kadang kadang mengesalkan,
karena dalam katalog ada, tetapi
bukunya sering tidak ada, dan harus memilih lagi sampai berulang ulang. Mungkin
penggunaan katalog komputer (OPAC atau Online
Public Access Catalogue) akan menghindari hal ini, karena melalui OPAC
dapat diketahui apakah buku yang ada di katalog sedang tersedia di rak atau
atau sedang dipinjam oleh pemakai lain (availability).
c. Petugas
harus mengambilkan dan mengembalikan buku. Inilah resiko penerapan sistem
pelayanan tertutup. Karena itu diperlukan petugas yang cukup banyak di bagian
pelayanan. Kadang-kadang faktor manusia yaitu kelelahan perlu diperhitungkan
dalam melayani pemakai. Kadang-kadang, jika petugas lelah dalam melayani,
petugas cenderung kurang teliti dalam mencari koleksi yang dibutuhkan pengguna
sehingga buku yang seharusnya ditemukan di rak dikatakan tidak ada kepada
pengguna. Untuk menghindari hal ini pada perpustakaan yang jumlah pemakainya
besar, perlu dilakukan pergiliran petugas (shift).
Dengan demikian petugas bisa secara bergiliran beristirahat.
d. Katalog
harus lengkap. Seperti sudah dijelaskan, karena pemakai perpustakaan sepenuhnya
tergantung kepada katalog perpustakaan untuk mencari kebutuhan informasi¬nya,
maka katalog tersebut harus lengkap dan dapat diandalkan. Buku yang sudah
dikeluarkan dari koleksi misalnya, harus diikuti dengan pencabutan katalog
(pada katalog kartu) atau penghapusan data (pada katalog OPAC). Jadi katalog
perpustakaan harus betul-betul mencerminkan kondisi koleksi perpustakaan.
B. Jenis-jenis
Layanan Pemustaka (User Services) di
Perpustakaan
Seperti
sudah dijelaskan bahwa jumlah jenis atau
macam layanan pemustaka di perpustakaan
yang dapat diberikan kepada
pemustaka sesungguhnya cukup banyak
variasinya. Namun semua layanan tersebut penyelenggaraannya haruslah
disesuaikan dengan kondisi tenaga perpustakaan
dan kebutuhan penggunanya.
Untuk mengingatkan saja bahwa macam layanan pengguna tersebut
antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: (1) layanan
sirkulasi, (2) layanan referens, (3) layanan pendidikan pemakai, (4) layanan
penelusuran informasi, (5) layanan penyebarluasan informasi terbaru, (6)
layanan penyebaran informasi terseleksi, (7) layanan penerjemahan, (7) layanan
fotokopi (jasa reproduksi), (8) layanan anak, (8) layanan remaja, (9) layanan
kelompok pembaca khusus, (10) layanan perpustakaan keliling, (11) dan
lain-lain.
1. Layanan
Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi adalah
pelayanan yang menyangkut peredaran bahan-bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan. Pada pelayanan sirkulasi ini dilakukan proses
peminjaman bahan pustaka yang boleh dipinjam, penentuan jangka waktu peminjaman, pengembalian bahan pustaka yang dipinjam dan pembuatan
statistic peminjaman untuk membuat laporan perpustakaan. Jenis koleksi yang dipinjamkan biasanya terbatas
kepada bahan tercetak saja. Tetapi ada juga perpustakaan yang meminjamkan
bahan-bahan non buku seperti
kaset audio, kaset video, bahkan
sekarang dengan variasi koleksi di perpustakaan ada perpustakaan yang
meminjamkan koleksi bahan pustaka dalam bentuk disket, CD-ROM, Video-CD atau
VCD dan DVD serta bahan-bahan lain.
Bahan tercetakpun tidak semua dipinjamkan. Jenis bahan pustaka yang lazim
dipinjamkan adalah buku teks. Ada juga perpustakaan yang
meminjamkan majalah-majalah lama (back
issues).
Peminjamannya
biasanya terbatas kepada
anggota perpustakaan. Pemakai yang bukan
anggota biasanya tidak boleh meminjam. Mereka hanya diperbolehkan
membaca di tempat. Jangka waktu peminjaman bervareasi antara perpustakaan
yang satu dengan
perpustakaan yang lain. Ada
perpustakaan yang meminjamkan koleksinya selama satu minggu, dua minggu dan
bahkan ada yang sebulan. Tetapi untuk buku yang sangat diminati, perpustakaan
hanya meminjamkan koleksinya selama satu hari saja (short loan collection). Biasanya jenis peminjaman seperti ini
diadakan di perpustakaan perguruan tinggi.
2. Layanan
Referens
Layanan
referens adalah kegiatan pelayanan perpustakaan untuk membantu pemakai
perpustakaan menemukan informasi dengan cara menjawab pertanyaan dangan
menggunakan koleksi referens serta memberikan bimbingan untuk menemukan dan
memakai koleksi referens. Karena itu layanan referens tersebut tidak lain
adalah: (1) layanan yang bersifat langsung artinya dalam memberikan layanan itu
betul-betul berhubungan langsung dengan para pemakai, (2) memberikan informasi
kepada pemakai baik informasi kepada pemakai baik informasi yang sifatnya
ilmiah untuk kepentingan studi dan penelitian maupun informasi yang sifatnya
tidak ilmiah, (3) dalam memberikan informasi tadi pelayanan petugas referens
dapat dengan leluasa menggunakan sumber-sumber baik yang ada di perpustakaan
sendiri maupun yang ada diluar perpustakaan, (4) membantu para pembaca/ pemakai
perpustakaan dalam menggunakan atau memangfaatkan sumber-sumber perpustakaan
yang ada dengan sebaik-baiknya.
Pada
umumnya pelayanan referens adalah sama untuk setiap jenis perpustakaan yaitu
memberikan pelayanan yang baik dan efisien kepada pengunjung atau pemakai
perpustakaan baik bersifat langsung, misalnya menjawab pertanyaan pengunjung
maupun yang sifatnya tidak langsung seperti membina dan mengembangkan koleksi
rujukan.
Tugas
layanan referens tersebut berjalan baik apabila petugas memperhatikan orang/
pemakai yang dilayaninya. Berbeda masyarakat yang dilayani berbeda pula
kebutuhannya. Disamping harus memperhatikan kebutuhan pemakai, tentu saja
perpustakaan tersebut harus menyediakan sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi yang tepat kepada pemakai.
3. Layanan
Pendidikan Pemakai
Tidak
semua pemakai perpustakaan dapat atau mampu menggunakan perpustakaan dengan
baik dan benar. Banyak pemakai perpustakaan tidak mengetahui fungsi katalog,
cara penyusunan buku di rak, penggunaan bahan-bahan referens, alat-alat baca
seperti alat baca mikro dan, pada perpustakaan masa kini, komputer. Bahkan pada
perpustakaan yang sudah menerapkan sistem otomasi, pemakai tidak serta merta
mengetahui dan menguasai penggunaan katalog perpustakaan (OPAC). Karena itu
perpustakaan perlu dan bahkan pada perpustakaan perguruan tinggi harus
menyelenggarakan pendidikan pemakai. Pemakai juga sering tidak mengetahui
layanan-layanan apa saja yang disediakan perpustakaan, serta bagaimana cara
mendapatkan layanan tersebut. Jadi layanan pendidikan pemakai didefinikan
sebagai layanan yang diberikan kepada pemakai yang berisi penjelasan mengenai
cara-cara pemanfaatan baik koleksi maupun layanan perpustakaan.
Tujuan
pendidikan pemakai adalah agar pemakai dapat dengan mudah menggunakan
perpustakaan dengan baik dan benar. Dengan demikian pemakai dapat mencari
kebutuhan informasinya dengan cepat, tepat dan efisien.
Isi
pendidikan pemakai antara lain adalah:
a. Memperkenalkan
perpustakaan secara umum seperti tugas dan fungsi yang diemban oleh
perpustakaan, apa saja yang dikoleksi oleh perpustakaan dan jumlahnya berapa,
apa saja layanan yang disediakan oleh perpustakaan dan bagaimana cara
memperolehnya.
b. Keanggotaan
perpustakaan seperti siapa yang boleh dan tidak boleh menjadi anggota
perpustakaan, jenis keanggotaan (biasa, luar biasa dan lain-lain), hak-hak
anggota, kewajiban anggota dan sebagainya.
c. Peraturan
dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh pemakai perpustakaan seperti peraturan
menjadi pengunjung perpustakaan (misalnya wajib mengisi buku tamu, tidak boleh
membawa tas dan jaket ke ruang baca/ koleksi, tidak boleh membawa makanan/
minuman ke ruang baca/ koleksi dan lain-lain), sanksi bagi pemakai yang
melanggar peraturan (denda bagi peminjam yang terlambat mengembalikan pinjaman,
sanksi bagi peminjam yang menghilangkan buku, sanksi bagi pemakai yang mencuri
atau melakukan penyobekan buku dan sebagainya).
d. Teknik
penelusuran informasi seperti bagaimana cara atau teknik penggunaan koleksi
referens, bagaimana cara penelusuran katalog, bagaimana cara penggunaan OPAC,
bagaimana cara atau teknik penelusuran pada secara online atau penelusuran informasi
yang ada di internet, dan lain-lain).
Cara
atau teknik penyampaian pendidikan pemakai sangat bervariasi untuk setiap jenis
perpustakaan. Beberapa cara antara lain:
a. Disampaikan
secara formal seperti penyelenggaraan pendidikan pemakai di kelas.
b. Disampaikan
secara tidak formal seperti pemberian bimbingan di ruang baca.
4. Layanan
Penelususran Informasi
Layanan
ini biasanya diselenggarakan oleh perpustakaan khusus (lembaga penelitian) dan
perpustakaan perguruan tinggi. Pada kedua perpustakaan ini seringkali
pemakainya, karena kesibukannya yang luar biasa, tidak sempat mencari sendiri
informasi atau literatur yang dibutuhkannya. Pada kasus yang demikian ini maka
pustakawan harus dapat membantu mereka mencarikan informasi dan literatur yang
dibutuhkan dan diminta oleh pengguna.
Dalam
menyelenggarakan layanan seperti ini beberapa perpustakaan, khususnya di
perguruan tinggi, menempatkan satu meja/ konter untuk konsultasi bagi pemakai
yang membutuhkan pertolongan. Nama konter tersebut bermacam-macam. Ada yang menamakan
meja informasi, meja konsultasi pemakai (reader adviser), meja kesiagaan
informasi dan lain-lain. Dalam hal ini pustakawan bersiaga menerima permintaan
untuk menelusur informasi yang dibutuhkan pemakai.
Persiapan
yang harus dilakukan dalam menyelenggarakan layanan ini ialah perpustakaan
harus mempunyai katalog yang lengkap dan handal sehingga pustakawan yang
membantu mencarikan literatur tidak menemui kesulitan dalam mencari kebutuhan
pemakai. Perpustakaan juga harus memiliki terbitan seperti bibliografi, indeks
dan majalah abstrak sebagai alat penelusuran informasi/ literatur. Perpustakaan
juga harus menyediakan formulir untuk mencatat pertanyaan pemakai, mesin ketik
atau lebih baik komputer untuk mengetikkan jawaban hasil penelusuran, mesin
fotokopi untuk menggandakan literatur yang dibutuhkan oleh pemakai dan
lain-lain.
5. Layanan
Penyebarluasan Informasi Terbaru
Layanan
ini dalam bahasa Inggris disebut dengan Current Awereness Services. Layanan ini
sering diselenggarakan oleh perpustakaan khusus (seperti perpustakaan lembaga
penelitian) dan perpustakaan perguruan tinggi. Namun demikian, bukan berarti
perpustakaan umum tidak perlu menyelenggarakan layanan ini. Tujuan
penyelenggaraan layanan ini adalah untuk memberitahukan kepada pemakai apa saja
informasi yang beru diterima oleh perpustakaan. Di perpustakaan perguruan
tinggi dan perpustakaan khusus layanan ini dikenal juga dengan nama informasi
kilat. Pustakawan menyediakan daftar informasi terbaru (termasuk daftar artikel
dari jurnal ilmiah yang baru diterimanya), kemudian daftar ini dikirim ke
pemakai yaitu dosen dan peneliti, dan juga ditempel di papan-papan pengumuman.
Dengan menyebarkan daftar ini maka pemakai akan mengetahui artikel terbaru yang
menjadi koleksi perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan. Pemakai juga
dapat memesan fotokopi artikel tersebut juga tanpa harus datang ke perpustakaan
(misalnya saja memesan melalui telepon, fax dan saat ini ketika komunikasi
dapat dilakukan melalui internet pemakai juga bisa memesan artikel melalui email).
Penyiapan
layanan ini tidak terlalu rumit dan pekerjaannyapun sangat sederhana.
Pustakawan tinggal memfotokopi daftar isi jurnal ilmiah yang baru datang,
kemudian dimasukkan ke amplop (disertai dengan formulir pemesanan fotokopi
artikel) yang sudah ada alamat pemakai. Kemudian amplop tersebut dikirim ke
pemakai. Pengirimannya sendiri dapat melalui jasa pengiriman kantor pos atau
diantar sendiri oleh kurir. Di perpustakaan perguruan tinggi biasanya setiap
dosen memiliki kotak surat di fakultasnya masing-masing. Kurir yang
mengantarkan surat dapat meletakkan amplop tadi di kotak surat masing-masing
dosen, dan dosen akan menerimanya.
6. Layanan
Penyebaran Informasi Terseleksi
Mirip
dengan layanan informasi terbaru layanan ini juga menyebarkan informasi terbaru
ke pemakai. Bedanya pada layanan ini informasi baru yang akan dikirimkan ke
pemakai diseleksi terlebih dahulu supaya sesuai dengan minat pemakai yang akan
menerima informasi. Mengapa dilakukan seleksi terlebih dahulu? Hal ini karena
mungkin pemakai yang menerima informasi ini tidak ingin membuang-buang waktu
membaca daftar isi majalah yang tidak menjadi bidang perhatiannya. Dengan
bantuan pustakawan, maka hanya daftar artikel yang menjadi minatnya saja yang
sampai kepadanya.
Penyelenggaraan
layanan ini tidak terlalu mudah karena pustakawan yang menyeleksi daftar
artikel harus mengetahui subyek atau bidang ilmu yang akan diseleksi. Oleh
karena itu sebaiknya layanan ini dibantu oleh spesialis subyek yaitu pakar
dalam bidang ilmu tertentu yang ditambah pengetahuan perpustakaan. Dengan
demikian maka hasil seleksi yang dikirimkan ke pengguna akan sangat mendekati
bidang ilmu pemakai yang menjadi pelanggan layanan ini.
Saat
ini komputer dapat digunakan untuk membantu seleksi daftar artikel sesuai
dengan bidang ilmu atau minat pemakai. Ini sangat membantu pekerjaan pustakawan
dalam melakukan seleksi. Dalam hal ini pustakawan hanya memasukkan data bidang
ilmu atau minat dari pemakai sebagai profil pemakai. Setelah itu pustakawan
tinggal memasukkan (meng-input) judul-judul artikel dari jurnal yang baru
diterima. Komputer secara otomatis akan melakukan sortir atau seleksi sesuai
dengan profil pemakai dan akan mencetak hasil seleksi tersebut. Selanjutnya
pustakawan tinggal mengirimkan hasil cetakan komputer tersebut kepada pemakai
yang menjadi pelanggan layanan ini.
7. Layanan
Penerjemahan
Layanan
ini sering diselenggarakan oleh perpustakaan perguruan tinggi. Pemakai layanan
ini biasanya mahasiswa yang mungkin karena kemampuan bahasanya masih belum baik
ataupun mahasiswa yang kesibukannya luar biasa. Pada umumnya layanan ini
menerapkan tarif jasa penerjemahan. Tarif jasa ini sangat bervariasi dan
biasanya selalu mengikuti tarif yang berlaku di lembaga-lembaga swasta yang
menyelenggarakan layanan yang sama. Kadang-kadang perpustakaan memberikan tarif
yang lebih murah. Hal ini karena tujuan penyelenggaraan layanan ini tidak
semata-mata mencari keuntungan materi (profit oriented), namun lebih kepada
mencari kepuasan pelanggan (user satisfaction). Selain itu layanan ini dimaksudkan
untuk membantu pemakai dalam membaca bahan pustaka di perpustakaan. Dengan
demikian maka perpustakaan ini akan mendorong minat dan kebiasaan membaca
masyarakat.
Untuk
menyelenggarakan layanan ini perpustakaan harus benar-benar memiliki pustakawan
yang menguasai bahasa asing. Bahkan bukan itu saja, pustakawan juga sebaiknya
mengusai bidang ilmu yang artikelnya akan diterjemahkan, karena banyak sekali
istilah-istilah khusus dalam artikel yang mempunyai istilah-istilah khusus pula
dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian diharapkan hasil terjemahannya dapat
mendekati kesempurnaan.
8. Layanan
Fotokopi ( Jasa Reproduksi )
Hampir
semua jenis perpustakaan memerlukan jenis layanan ini. Apalagi perpustakaan
yang tidak meminjamkan koleksinya keluar perpustakaan, maka perpustakaan
tersebut wajib menyediakan layanan ini. Hal ini karena seringkali pemakai tidak
memiliki cukup waktu untuk membaca di perpustakaan. Banyak juga pemakai
perpustakaan yang datang dari kota lain yang lokasinya jauh dari perpustakaan
itu. Bagi pemakai seperti ini biasanya hanya diperbolehkan membaca ditempat.
Padahal seringkali pemakai yang datang dari jauh memiliki waktu yang sangat
terbatas. Maka tidak ada jalan lain untuk menghemat waktu ia akan meminta jasa
fotokopi untuk mendapatkan artikel yang sudah ditemukannya.
Dalam
menyelenggarakan jasa fotokopi ini perpustakaan perlu berhati-hati, karena
reproduksi bahan pustaka ini akan sangat bersinggungan dengan undang-undang hak
cipta. Karena itu sebaiknya perpustakaan memiliki peraturan apa saja yang boleh
difotokopi, berapa banyak yang boleh difotokopi. Perpustakaan juga harus
menempelkan pengumuman peraturan tersebut secara terbuka dan menempelkan
peringatan bahwa memfotokopi lebih daripada yang diperbolehkan tersebut
melanggara hak cipta. Jika dimungkinkan, lebih baik perpustakaan tidak
menyelenggarakan sendiri jasa fotokopi, tapi bekerjasama dengan pihak lain.
Dengan demikian maka perpustakaan dapat terlepas dari resiko tuntutan jika ada
yang melanggar hak cipta. Di perpustakaan-perpustakaan negara maju mesin
fotokopi yang disimpan di perpustakaan tidak dijaga dan dioperasikan sendiri
oleh pemakai perpustakaan. Untuk membayar jasa fotokopi mereka menempatkan
mesin seperti kotak koin atau kartu yang secara tersambung ke mesin fotokopi.
Pemakai tinggal memasukkan koin atau kartu jika akan memfotokopi dan mesin akan
bekerja secara otomatis setelah koin atau kartu tersebut terbaca oleh mesin.
Dengan peralatan seperti ini maka tanggung jawab penggandaan bahan pustaka
berada pada pihak pemakai.
9. Layanan
Anak
Layanan
seperti ini biasanya diselenggarakan oleh perpustakaan umum. Sesuai dengan
tugas dan fungsi perpustakaan umum yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui pendayagunaan koleksi bahan pustaka untuk keperluan pendidikan,
penelitian, ilmu pengetahuan, dan rekreasi, maka salah satu layanan yang
diselenggarakan oleh perpustakaan umum adalah layanan anak atau juga dikenal
dengan seksi anak-anak. Berbagai kegiatan disiapkan untuk kebutuhan anak-anak
dari pemilihan bahan pustaka sampai kepada pelayannya disesuaikan untuk anak
menurut usia dan selera anak-anak.
Bahan
bacaan anak usia balita lebih ditekankan pada gambar (picture books) tanpa
teks. Anak balita banyak tertarik pada gambar dan warna-warna yang menyolok.
Setelah usia sekolah dasar anak diperkenalkan dengan huruf dan angka. Oleh
karena itu koleksi untuk anak usia ini adalah buku-buku yang banyak gambar dan
berwarna-warni, namun sudah mulai ada sedikit teks. Anak-anak tumbuh dan
berkembang sehingga mereka membutuhkan bacaan-bacaan. Penyediaan bacaan yang
tepat adalah menjadi tanggung jawab pustakawan agar anak tertarik dan gemar
membaca. Anak-anak harus menemukan kepuasan dalam membaca, karena itu
pustakawan tidak boleh mengabaikan selera anak. Anak-anak membutuhkan bacaan
hiburan, informasi, dan hal-hal yang menarik dari lingkungannya. Televisi dan
teknologi informasi telah banyak mengubah kehidupan anak-anak modern seperti
sekarang ini termasuk bahan bacaannya. Oleh karena itu bacaan anak-anak perlu
disesuaikan dengan dunia anak-anak saat ini.
Tujuan
utama dari layanan anak-anak antara lain adalah:
a. Menyediakan
koleksi berbagai bentuk bahan pustaka, serta penyajiannya yang menarik
perhatian anak dan mudah digunakan.
b. Memberikan
bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainnya yang
sesuai dengan usianya.
c. Membina,
mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca (sebagai hobi) dan mendidik
anak belajar mandiri.
d. Mempergunakan
semua sumber yang ada di perpustakaan untuk menunjang pendidikan seumur hidup.
e. Membantu
anak untuk mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuan sosialnya.
f. Berfungsi
sebagai suatu kegiatan sosial dalam masyarakat untuk menyejahterakan anak.
Koleksi
anak-anak agak berbeda dengan koleksi orang dewasa. Memilih buku bacaan untuk
anak-anak bukanlah tugas yang mudah. Kriteria bacaan anak-anak harus sesuai
dengan usia dan tingkat kecerdasannya.
Jenis
layanan anak-anak di perpustakaan umum meliputi:
a. Layanan
membaca
Selain
meminjamkan bahan pustaka anak-anak, perpustakaan umum menyediakan layanan
anak-anak Balita dan anak-anak sampai usia 12 tahun. Mereka diarahkan untuk
mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat baca dan gemar belajar serta
rekreasi yang mendidik.
b. Bimbingan
membaca
Layanan
ini diperlukan bagi anak-anak yang membutuhkan bacaan khusus namun sulit untuk
mendapatkannya. Anak-anak diperkenalkan kepada buku secara bertahap yaitu
dengan memberikan buku bergambar tanpa teks. Setelah mengenal huruf mereka
diberi buku bergambar dengan teks sederhana dan mudah dibaca. Setelah lancar
membaca maka mereka diberi buku dengan teks yang lebih banyak daripada gambar
sampai kepada buku yang hanya terdiri dari teks saja. Untuk acara bimbingan
membaca ini perlu dilakukan secara terencana dengan jadwal yang teratur
sehingga tidak mengganggu jam pelajaran sekolah.
c. Layanan
referens anak
Layanan
kepada anak-anak perlu juga dilengkapi dengan layanan referens. Anak-anak perlu
diperkenalkan kepada buku-buku referens sejak dini. Bahan referens untuk
anak-anak mencakup ensiklopedia, kamus, atlas dan lain-lain. Pustakawan yang
bertugas di bagian referens anak-anak dapat memberi bimbingan bagaimana mencari
informasi, cara menggunakan buku referens dan menjawab pertanyaan anak-anak.
d. cara
mendongeng
Layanan
mendongeng ini biasanya sangat digemari anak-anak terutama usia balita dan usia
awal sekolah dasar. Pada usia ini anak-anak memiliki rasa ingin tahu. Karena
itu sangat tepat bila pada usia ini diperkenalkan buku-buku yang sesuai dengan
alam pikiran anak-anak. Buku tersebut dapat dibacakan oleh pustakawan dengan cara
seperti mendongeng.
Pustakawan
(atau dapat bekerjasama dengan guru TK atau SD) harus menggunakan koleksi dan
alat peraga yang ada di perpustakaan dalam mendongeng. Pembawa cerita harus mempunyai pengetahuan
tentang bacaan anak-anak yang akan disampaikan.
Waktu
untuk melaksanakan acara mendongeng harus disesuaikan dengan waktu berkunjung
anak ke perpustakaan, biasanya waktu libur. Jadwal acara mendongeng tersebut
harus diumumkan di bagian pelayanan sehingga anak-anak tahu kapan mereka harus
berkunjung apabila ingin mendengarkan dongeng tersebut.
e. Pertunjukan
atau pemutaran film
Perpustakaan
umum yang memiliki berbagai kegiatan untuk layanan anak-anak sebaiknya
melaksanakan pertunjukan film anak-anak. Untuk menyelenggarakan acara pemutaran
film ini perpustakaan dapat bekerjasama dengan perpustakaan lain yang lebih
besar yang memiliki koleksi film yang lebih lengkap dan memiliki peralatan
pemutar film. Saat ini pemutaran film dapat menggunakan alat pemutar VCD atau
DVD yang diproyeksikan ke layar melalui LCD proyektor. Beberapa film anak-anak
juga tersedia dalam bentuk VCD atau DVD.
Beberapa
jenis film dengan tema sejarah, flora dan fauna, alam, pengenalan tentang
negara, penemuan ilmiah dan ruang angkasa dapat menjadi pilihan untuk diputar.
10. Layanan
Remaja
Biasanya
perpustakaan umum juga menyediakan layanan bagi anak remaja. Perbedaan antara layanan anak-anak dengan
layanan remaja, setingkat lebih tinggi dalam menyediakan bahan pustaka yaiu
yang sesuai dengan selera anak remaja. Anak remaja berbeda dengan anak-anak
balita. Anak remaja sudah mulai mengenal identitas dirinya sehingga
perpustakaan harus menyediakan bahan bacaan yang mengarah kepada bacaan yang
dapat mendorong mereka kreatif dan bacaan yang berisi tokoh-tokoh panutan,
misalnya biografi atau sejarah tokoh-tokoh terkenal, tokoh pahlawan dan
lain-lain.
Kemampuan
remaja dalam hal meneliti, mengevaluasi dan memperkaya apresiasi terhadap media
komunikasi juga sudah mulai berkembang. Kebiasaan membaca pada remaja seperti
ini akan menjadi modal untuk terus mengembangkan kemampuannya. Kebiasaan
membaca remaja ini harus dipelihara oleh perpustakaan dengan cara menyediakan
bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain bahan bacaan yang
sesuai dengan selera remaja, bahan bacaan yang harus disediakan harus pula
mendukung kurikulum sekolah baik roman, fiksi maupun maupun non fiksi yang
mencakup pengetahuan populer yang bermanfaat bagi remaja.
11. Layanan Kelompok Pembaca Khusus
Perpustakaan
umum sering menyelenggarakan layanan jenis ini. Selain layanan anak dan remaja
perpustakaan umum juga biasanya menyelenggarakan layanan khusus yang diberikan
kepada masyarakat yang berada di lembaga pemasyarakatan, panti asuhan, panti
jompo, penyandang cacat seperti tuna netra dan tuna rungu, serta petugas yang
terpencil seperti guru, penjaga mercu suar dan perbatasan. Untuk
menyelenggarakan layanan khusus seperti ini diperlukan persiapan dan
perencanaan yang matang sehingga apa yang disampaikan sesuai dengan masyarakat
yang dilayaninya. Beberapa pertimbangan diperhatikan seperti:
a. Kebutuhan,
selera, pendidikan, usia dan keamanan/ ketertiban pembaca.
b. Waktu
pelayanan pada setiap lokasi tentu tidak tiap hari karena kondisi mereka yang
berbeda dengan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat umumnya.
c. Petugas
layanan pada unit layanan khusus harus lebih terampil dan mempunyai kesabaran
yang tinggi serta luwes dalam mengambil keputusan.
Layanan
khusus bagi masyarakat tersebut bukan hanya
bertujuan agar mereka terampil menggunakan perpustakaan, namun lebih
dari itu agar masyarakat tersebut mendapatkan tambahan pengetahuan, sehingga
rasa percaya diri mereka dapat tumbuh dan mereka yakin dapat berbaur dengan
masyarakat lain di luar lingkungannya.
Penyiapan
koleksi untuk dilayanan kepada mereka adalah sebagai berikut:
a. Untuk
layanan khusus ke lembaga pemasyarakatan perlu dipilihkan bahan pustaka yang
bermanfaat untuk membekali pengetahuan yang berguna bagi pembacanya sehingga
saat mereka kembali ke masyarakat memiliki bekal dalam menjalani kehidupan yang
layak. Subyek-subyek yang dipilih dapat berupa agama, ilmiah populer, teknologi
tepat guna, keterampilan.
b. Untuk
layanan khusus ke panti asuhan dan panti jompo perlu dipilihkan bahan pustaka
yang dapat menumbuhkan percaya diri agar pembacanya dapat mandiri dan sadar
akan keadaannya. Subyek-subyek yang dipilih dapat berupa agama, kesehatan,
psikologi, sosial dan budaya, dan keterampilan.
c. Untuk
layanan khusus ke kelompok pembaca tuna netra perlu dipilihkan bahan pustaka
dengan huruf baille. Sayang sekali koleksi dengan huruf baille di Indonesia
masih sangat langka.
12. Layanan
Perpustakaan Keliling
Layanan
perpustakaan keliling merupakan layanan ekstensi atau perluasan layanan dari
perpustakaan umum. Perpustakaan keliling ini dilakukan baik melalui kendaraan
darat, laut dan sungai, bahkan melalui udara. Layanan perpustakaan keliling
dilakukan dengan angkutan dari yang sederhana sampai kepada kendaraan modern.
Misalnya saja ada perpustakaan keliling yang masih menggunakan sepeda, sepeda
motor, namun juga ada yang menggunakan bus atau truk dan sudah dilengkapi
dengan komputer yang bisa akses ke internet. Mobil perpustakaan keliling ini
sekarang dikenal dengan nama mobil library.
Mobil library atau perpustakaan bergerak/ keliling sangat efektif
sebagai sarana layanan perpustakaan umum. Penyelenggaraan perpustakaan keliling
ini bertujuan untuk mendekatkan koleksi kepada pemakainya, sebab banyak pemakai
yang tinggal jauh dari perpustakaan tidak berkesempatan mengunjungi
perpustakaan. Padahal mereka juga membutuhkan layanan perpustakaan
Sarana
mobil unit perpustakaan keliling telah digunakan oleh semua negara di dunia
untuk melayani masyarakat yang jaraknya jauh dari jangkauan layanan
perpustakaan umum. Meskipun demikian pada negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia dengan segala daya memberikan pelayanan perpustakaan kepada
masyarakat terpencil atau daerah kumuh seperti kota-kota yang berpenduduk padat
dan berekonomi lemah sehingga tidak mampu menyediakan bahan bacaan bagi
keluarganya.
Dalam
menyelenggarakan layanan perpustakaan keliling ini perpustakaan perlu
merencanakan jadwal pelayanan mobil unit perpustakaan keliling untuk melayani
beberapa lokasi yang jaraknya berjauhan dari perpustakaan umum dan
sekolah-sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Setiap mobil keliling membawa
kotak sebanyak lokasi layanan (service point) dan atau kelompok-kelompok
pembaca. Setiap kotak berisi judul buku
yang berbeda-beda dengan kotak lain sehingga bisa dirotasi dari satu
lokasi ke lokasi lainnya sesuai aturan yang telah dijadwalkan oleh pustakawan.
Pustakawan menyusun jadwal danmerencanakan pelaksanaan di lapangan agar mobil
unit perpustakaan keliling berjalan lancar.
Pengembangan
layanan perpustakaan keliling perlu direncanakan untuk:
a. Pengembangan
lokasi.
b. Pengembangan
koleksi.
c. Pengembangan
tenaga agar lebih terampil dalam memberikan layanan.
d. Pengembangan
layanan di lokasi dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti story telling,
membaca buku, membaca puisi, mengadakan pemutaran film, sandiwara dan
sebagainya.
Kegiatan
pengembangan layanan perlu didukung dengan pengembangan koleksi berupa
bacaan-bacaan kreatif, dan bacaan-bacaan lokal seperti cerita rakyat tentang
kejadian sebuah kota atau desa dan lain-lain.
C. Sikap
seorang penjaga perpustakaan
Dalam
melayani pengunjung perpustakaan, lebih baik petugas dapat melakukan beberapa
hal seperti dalam SERVICE.
S Smile for everyone
E Excellent in everything we do
R Reaching out to every guest with hospitality
V Viewing every guest as special
I Inviting guest to return
C Creating a warm atmosphere
E Eye contact that shows we are
Pelayanan
dalam perpustakaan mungkin bisa saja dilakukan dengan sikap petugas yang bisa
dikatakan ramah saat pengunjung datang. Senyum, sapa, salam kepada pengunjung
merupakan awal di mana pengunjung merasa dihargai kedatangannya. Membantu
pengunjung apabila ada kesulitan dalam pencarian buku dengan memerikan
petunjuk-petujuk di mana letak dan bisa mencarikan melalui internet apabila
informasi yang dibutuhkan tidak ada. Saat pengunjung meminta bantuan dan berbicara
kepada petugas hendaknya petugas manatap mukanya, setidaknya menghargai orang
yang mengajak bicara dengan kita. Tidak sibuk dengan pekerjaan sendiri. Dalam
melayani pengunjuung hendaknya kita melakukan dengan senang hati, tidak dengan
perasaan terpaksa membantu. Melayani orang yang memang sedang membutuhkan
bantuan kita bisa dikatakan melakukan suatu hal baik dalam kehidupan kita.
Membuat pengunjung merasakan puas akan pelayanan yang diberikan dapat membuat
pengunjung datang kembali untuk mendapatkan informasi.
Untuk
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, pustakawan harus
mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut:
1. Mengenal
masyarakat pengguna
2. Luwes
dalan melayani
3. Mengetahui
kemauan pengguna
4. Mempromosikan
produk layanan
5. Melayani
sampai tuntas
6. Tidak
memaksakan kehendak
7. Melayani
dengan wajah ceria
8. Menjamin
kerahasiaan
9. Mau
mendengarkan keluhan
10. Tidak
berprasangka negatif
11. Mengucapkan
terima kasih
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perpustakaan dikelola oleh seorang
pustakawan yang memiliki kompetensi di bidang perpustakaan dan mendapat tugas
di perpustakaan. Dalam pelayanan, pustakawan memberikan informasi dengan senang
hati, dengan iklas agar dapat diterima dengan baik pula oleh pemustaka.
Sehingga pemustaka bisa datang kembali, menikmati layanan yang diberikan oleh
petugas perpustakaan maupun pustakawan tersebut. Sebagai pemustaka yang baiknya
ikut merawat perpustakaan maupun koleksi perpustakaan.
B. Saran
Dengan adanya penjelasan tentang sistem pelayanan
perpustakaan diharapkan pembaca dapat mengerti dan memhami. Kita bisa
memilah-milah sistem pelayanan yang paling baik dan yang kemudian dapat kita
terapkan atau menjadi pedoman kita. Untuk pustakawan lebih baik memberikan layanan yang terbaik
kepada pengunjung dengan senang hati. Jangan jenuh membantu orang yang
membutuhkan informasi. Memberikan senyum dan tutur kata yang biak kepada
pengunjung merupakan langkah awal pandangan masyarakat mengenai pustakawan yang
terkesan judes.
Penulis mengharapkan setelah membaca makalah ini
pembaca benar-benar paham dan kemudian dapat menjadi sebuah ilmu yang menambah
wawasan kita tentang sistem pelayanan dan sistem peminjaman perpustakaan yang
nantinya akan sangat berguna bagi kemajuan perpustakaan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Bafadal, DRS.
Ibrahim, M. Pd.,. Pengelolaan
Perpustakaan Sekolah. PT Bumi Aksara. Jakarta 2005.
Nardanti, tri Ayudya. Kamis,
11 Juli 2013. Makalah Pelayanan dalam Perpustakaan
[online]. https://ayudyatrin.wordpress.com/2013/07/11/makalah-pelayanan-dalam-perpustakaan/. 16 desember 2014. 12:45.
Jannah, Raihanul. Rabu, 03 Juli 2014. Makalah Sistem Pelayanan
Perpustakaan [online]. http://mynameisrayhan.blogspot.com/2013/07/makalah-sistem-pelayanan-perpustakaan.html. 16 Desember 2014. 12:48.
Vhhar, Adhy. Kamis, 11 Juli 2013. Makalah Pelayanan Pemustaka
[online]. http://adhyvhar.blogspot.com/2013/06/makalah-pelayanan-pemustaka.html. 16 Desember 2014. 12:50.
No comments:
Post a Comment