https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home Kumpulan puisi, cerpen, artikel, makalah, teks pidato, dan berbagai informasi lainnya.: Analisis Struktural Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye https://www.google.com/adsense/new/u/0/pub-9308896189900728/home

Wednesday, January 8, 2014

Analisis Struktural Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Novel adalah suatu hasil karya yang amat sangat bernilai, ketika membaca atau pun membuat novel imajinasi mulai bermunculan. Untuk membangun imajinasi tersebut, akan dianalisis secara structural salah satu novel karangan Tere Liye yaitu novel yang berjudul “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin”.
Analisis structural ini dianalisis secara detail, apa tema yang ada dalam novel tersebut, bagaimana cerita dalam novel tersebut apakah alur maju atau alur mundur, siapa saja tokoh yang ada dalam cerita novel tersebut dan bagaimana watak-wataknya, bagaimana dan di mana latar yang ada dalam novel tersebut, dan bagaimana moral atau pesan yang disampaikan pengarang lewat novel yang ditulisnya dengan analisis secara structural. Dalam analisis pendekatan structural ini, agar lebih memahami bagaimana cerita dalam novel ini, agar mengetahui dan memahami pula apa saja pesan moral yang ada novel ini. Sehingga pembaca mendapatkan sesuatu hal ilmu atau pelajaran yang bermanfaat dan dapat diimplikasikan ke dalam kehidupan nyata.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu: Bagaimana analisis structural dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin?”
C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuannya adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memenuhi salah satu mata kuliah Kajian Prosa Fiksi
2.      Untuk mengetahui hasil analisis structural dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin”
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tema
Tema dalam novel “DAUN YANG JATUH  TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN” adalah tentang perasaan yang terpendam dengan semua gejolak permasalahan kehidupan. Seperti judul novel tersebut, seorang wanita dan seorang pria yang saling mempunyai perasaan satu sama lain, namun tak pernah mampu untuk mengungkapkannya. Mereka memendam rasa dengan semua permasalahan yang muncul, memendam rasa yang terus menerus tumbuh seiring dengan berjalannya kehidupan, seperti sehelai daun yang jatuh ke bumi daun yang takkan pernah membenci angin meski terenggutkan dari tangkai pohonnya. Sama seperti Tania dan Danar, mereka membiarkan perasaan mereka tumbuh seperti apa mengikuti semua takdir Tuhan dan permasalahan diantara perasaan mereka, bukan hanya Dalam perasaan mereka namun juga dengan semua permasalahan kehidupan. Dan mereka takkan pernah membenci rasa yang tumbuh dalam hati mereka meski tak pernah terungkapkan dan tak saling memiliki.
Perasaan Tania dan Danar yang tak pernah terungkapkan, mereka memendam perasaan sudah sejak lama dimulai dari mereka bertemu sampai akhirnya Danar memutuskan untuk menikah dengan wanita lain padahal Danar sadar bahwa wanita yang dicintainya adalah Tania bukan wanita yang dinikahinya, Ratna. Danar tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya, entah apa alasannya. Begitupun dengan Tania. "Perasaan yang terpendam dengan semua permasalahan liku-liku yang terjadi kepada mereka. Perbedaan usia yang terlampau sangat jauh yaitu 14 tahun yang menjadi permasalahan cinta mereka, juga permasalahan lainnya.
“Tentu saja karena tempat itu special bagiku. Di sanalah aku mendapatkan janji kehidupan yang lebih baik darinya. Di sanalah aku menatap masa depan yang lebih indah bersamanya. Dan di sana jugalah harapan-harapan itu muncul tanpa bisa aku mengerti. Perasaan-perasaan itu.” (Hal. 97)
“Seseorang yang kepadanyalah cinta pertamaku tumbuh, seseorang yang selalu kukagumi, memesona. Seseorang yang datang memberikan semua janji masa depan itu. Seseorang yang menumbuhkan harapan-harapan yang tak pernah bisa kumengerti mengapa ia tumbuh subur” (Hal. 233)
“Aku mencintainya. Itulah semua perasaanku. Berdosakah aku mencintai malaikat kami? Salahkah kalau di antara perhatian dan sayangnya selama ini kepada Ibu, adikku, dan aku sendiri, perasaan itu mekar? Aku sama sekali tidak implusif. Perasaan itu muncul dengan alasan yang kuat” (Hal. 154)
Dalam kutipan itu sudah jelas bahwa Tania benar-benar mempunyai perasaan lebih dari seorang adik kepada kakaknya, Tania mencintai seseorang malaikat bagi keluarganya. Begitu sama halnya dengan Danar, dia mencintai seseorang yang dia angkat dari jalanan, seorang yang usianya terlampau jauh dengannya. Seorang anak kecil berkepang dua dengan baju kotor tanpaalas kaki, yang dia skolahkan dan didik sampai dia dewasa, sampai dia tumbuh seperti apa yang Danar harapkan.
“Dia bertanya lemah pada Dede, ‘Perasaan apa?’ Dede menunduk saat mengatakan itu, ‘Taukah Oom bahwa Kak Tania suka Oo Danar?’ Oom Danar diam sekali…. Dede berkata lirih kepadanya, ‘Kak Tania tidak pulang besok karena dia benci pernikahan besok.’. “Dia tetap diam”. “Dede bertanya lagi padanya, ‘Apakah Oom Danar menyukai Kak Tania?’. “Dia tetap diam.” “Dede bertanya untuk terakhir kalinya.’Apakah Oom Danar mencintai Tante Ratna?’ Dia juga diam” (Hal. 249)
Dalam kutipan itu pun terlihat jelas bahwa Danar mencintai Tania, kenapa? Karena jika Danar tidak mencintai Tania, Danar akan menjawab pertanyaan terakhir dari Dede, namun Danar hanya diam. Dan itu bisa berarti bahwa Danar sedang merasakan kekalutan hati, dia mencintai Tania anak kecil yang berkepang dua yang dia tolong dari jalanan.
Namun perasaan keduanya tak pernah terungkapkan, mereka tak bias saling memiliki. Perasaan yang sangat menyakitkan, mampu merubah paradox kehidupan, membuat semuanya menjadi kacau balau. Meski seperti itu, Tania dan Danar tetap menjalankan kehidupan, mereka tidak pernh membenci angin, membenci perasaan yang tumbuh pada hati mereka.
B.     Cerita
Cerita dalam novel “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN” itu adalah sebuah cerita yang berawal dari kebaikan hati seorang pria menolong anak kecil yang kakinya tertusuk paku, kemudian membantu kehidupan sebuah keluarga kecil yang sedang dilanda perihnya kehidupan, menjanjikan masa depan yang lebih baik. Dan pria itu pun sngat dekat sekali dengan keluarga kecil itu, terutama kepada seoang anak perempuan yang usianya terlampau sangat jauh yaitu 14 tahun. Seiring dengan kedekatan itu, entah mengapa seorang pria itu mempunyai perasaan lebih dari seorang kakak kepada adiknya, begitu pun kepada seorang anak pempuan itu dia pun mempunyai perasaan lebih dari seorang adik kepada kakaknya. Namun perasaan mereka tak pernah terungkapkan dan tak pernah terjawabkan. Ini adalah sebuah cerita yang takkan pernah usai.
C.     Pemplotan
Plot dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini termasuk plot campuran, pada awal cerita mundur kemudian pada akhir cerita menjadi campuran. Dalam novel ini ceritanya sering terdapat mengkisahkan cerita sorot-balik/flash-back. Cerita dalam novel ini adalah seorang perempuan bernama Tania yang sedang berada di lantai dua toko buku terbesar di kotanya yang akan menemui Danar seorang malaikat yang Tania cinta di rumah kardus tempat selama tiga tahu dulu ia merasakan kehidupan yang miskin dan merasakan kehidupan yang menyesakkan. Sebelum Tania menemui Danar, Tania menceritakan masa lalunya, kisahnya, pengalamannya sendiri, mengapa pada saat itu Tania berada dilantai dua toko buku dan akan menemui Danar. Menceritakan awal kemiskinan dan kehidupan yang menyesakkan, kemudian menceritakan awal pertemuan dengan Danar, menceritakan bagaimana perasaannya tumbuh subur kepada Danar, menceritakan tentang pendidikannya, cinta yang terpendam, dan semuanya kisah masa lalu diceritakannya malam itu sebelum Tania menemui Danar untuk menanyakan tentang semua hal yang tak pernah Tania mengerti.
a.       Peristiwa/tahap awal (perkenalan)
Peristiwa itu terjadi ketika Tania dan Dede sedang megamen di atas bus kota. Tiba-tiba  telapak kaki Tania tertusuk paku payung. Kemudian dengan muka yang amat menyenangkan Danar menolong Tania, mencabut paku payung yang menancap pada telapak kakinya dengan penuh kehangatan.  Kemudian membersihkan darah yang bercucuan dengan ujung sapu tangan yang dikeluarkan dari saku celananya. Dan danar pun memberikan uang sepuluh ribuan kepada Tania dan Dede menyarankan untuk membeli obat merah.
“Namun, baru setengah jalan. Oh, Ibu, ada paku payung tergeletak di tengah-tengah bus. Aku tak tahu bagaimana paku paying tersebut ada di situ. Bagian tajamnya menghdap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun seketika menghujam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya.” (Hal. 22)
“Jangan ditekan-tekan,” dia menegurku yng justru panic menct-mencet telapakkaki.” (Hal. 23)
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kototr dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan. Aku terkesima, lebih karena menatap betapa putih dan bersihnya saputangan itu” (Hal. 23-24)
“saat kami akan turun, dia memberikan selembar uang sepuluh ribuan, “Untuk beli obat merah”
Saat pertemuan di bus itulah semua berawal, semua permasalahan kehidupan dan permasalahan hati itu berawal, cerita yang takkan pernah usai. Dengan seorang malaikat penolong keluarga Tania. Perasaan yang tak pernah terungkapkan, perasaan terhadap seseorang dengan usia terlampau jauh 14 tahun. Semua kebaikan dan pertolongan Danar kepada Tania, Dede, dan Ibu membuat Tania merasa kagum terhadap Danar. Seorang pria yang mempunyai hati seperti malaikat itulah yang membuat perasaan Tania dari rasa kagum menjadi cinta. Perasaan itu tumbuh begitu saja.
Dalam novel ini pertama-tama memperkenalkan, mendeskripsikan keadaan latar fisik yang terlihat dari atas jendela lantai dua toko buku itu. Seperti dalam kutipan berikut ini:
Mala mini hujan turun lagi. Seperti malam-malam yang lalu. Menyenangkan. Membuat suasana di luar terlihat damai menentramkan. Hanya gerimis. Itu pun jarang-jarang, tetapi cukup membuat indah kerlip lampu.
Aku menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca yag berembun. Dingin seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku.
Membekukan seluruh perasaan.
Mengkristalkan seluruh keinginan.
Malam ini, semua cerita harus usai. (Hal. 7)
            Plot dalam novel ini pun termasuk plot Surprise, karena ceritanya sangat menarik. Membuat pembaca merasa ingin tahu itu muncul, dan memberikan kejutan Sesutu hal yang mengejutkan. Ceritanya tak bisa ditebak, membuat pembaca menjadi penasaran.
b.      Konflik
Ketika Danar mengajak teman wanitanya, Ratna. Dan memperkenalkan wanita itu kepada Tania, Dede, dan Ibu. Semenjak perkenalan itulah konflik itu perlahan muncul, Tania merasa diabaikan, tersisihkan, karena kehadiran “cewek artis” itu. Terlihat jelas dama kutipan sebagai berikut:
“siang itu dia mengajak teman wanitanya. Namanya Ratna. Aku memanggilnya “Kak Ratna”, karena teman wanitanya tersebut memnintanya demikian, “Panggil saka Kak Ratna ya, Tania!” (Hal. 39)
“sepanjang kami di Dunia Fantasi, Kak Ratna selalu berdiri di sebelahnya. Berjalan bersisian, bergandengan tangan. Mesra.” (Hal. 39)
“seketika hati kecilku tidak terima. Sakit hati! Bukankah selama ini kalau kami pergi entah ke mana, akulah yang lengannya didenggam? Akulah yang pundaknya dipegang? Akulah yang kepalanya diusap? Itu jelas-jelas posisiku!.” (Hal. 39)
Kemudian musibah lain menimpa mereka, Ibu meninggal dikarena penyakit yang dideritanya. Seketika Tania dan Dede merasa sangat kehilangan. Dlu ayah yang meninggalkan mereka, sekarang Ibu pun meninggalkan mereka. Semua itu sangat menyesakkan, Ibu meninggalkan Tania yang masih berusia tiga belas tahun dan dede yang berusia delapan tahun. Seharusnya pada masa-masa seperti itulah mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua dan juga janji masa depan yang indah. Namun Tania dan Dede mampumelewatinya, mereka tidak pernah membenci takdir Tuhan. sama seperti daun yang tidak membenci angin. seperti dalam kutipan:
“Aku tak tahu apa maksudnya. Karena sekejap kemudian Ibu sudah jatuh tertidur” (Hal. 60-61)
“Hari itu Senin. Seminggu sebelum usiaku tepat tiga belas tahun. Adikku delapan tahun. Dan dia 27. Aku tidak percaya angaka tiga belas membawa sial, takdir, sore itu Ibuku meninggal. Pergi selama-lamanya dari kami” (Hal. 61)
c.       Klimaks
Pada saat graduation day hari kelulusan Tania, tiba-tiba Danar datang dan menyaksikan kelulusan Tania yang dicintainya. Namun Danar tidak sendiri, dia datang bersama Ratna, pacarnya. Kemudian Danar dan Ratna memberitahukan kepada Tania bahwa mereka memutuskan untuk menikah tiga bulan lagi, dan itu membuat Tania kaget dan benar-benar tidak terima atas kenyataan itu. Seperti dalam kutipan berikut:
“Kami akan menikah, Tania!” Dia tersenyum. Kak Ratna mesra memegang tangannya. Ikut tersenyum. Menatap bahagia. Aku tersedak. Buru-buru mengambil gelas air putih di hadapanku” (Hal. 131)
Setelah mendengar kabar yang sangat menyesakkan itu Tania tidak akan pulang, tidak akan datang ke acara pernikahan Danar dan Ratna. Karena Tania sangat membenci pernikahan mereka. Bagaimana bisa Tania menyaksikan seseorang yang sangat dicintainya mengucapkan ijab qobul untuk wanita lain? Dan ketidakpulangan Tania untuk menghadiri acara pernikahan Danar dan Ratna sangat berpengaruhsangat besar. Meski Dede, Danar, dan Ratna selalu membujuk Tania untuk pulang meski hanya sehari saja, Tania tetap tidak akan merubah keputusannya. Tania tidk akan pulang, tepatnya Tania tidak mau menghadiri pernikahan itu. Seperti dalam kutipan berikut:
“Urusan pulang atau tidaknya aku menjadi masalah besar. Dua minggu sebelum pernikahan, aku menabuh gendering perang: aku tidak akan pulang. Dia dan Kak Ratna berkali-kalikirim e-mail atau chating bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk. Maaf tak bisa pulang. (Hal. 140-141)
Selama persiapan menjelang pernikahan Danar dan Ratna Dede selalu mengabari Tania lewat e-mail/chating tentang semua persiapan pernikahan mereka sambil bertanya apakah kakak tercintanya akan pulang atau tidak. Tania tetap pada keputusannya, tidak akan pulang.
Dan bahkan seminggu sebelum pernikahan itu berlangsung Danar menelpon Tania untuk memastikan Tania untuk pulang menghadiri acar pernikahan dengan wanita yang tidak pernah Danar cintai. Dalam telepon itu pun Dabar berusaha keras membujuk Tania untuk pulang sampai terdengar suaranya paruh sperti menahan tangis. Menarik napas dalam-dalam, mengeluh atas keputusan Tania. Namun Danar tetap optimis dan berharap Tania memikirkan kembali dan memutuskan utnuk pulang. Sepanjang telpon itu Tania pun sama mendesis menahan tangis, menahan rasa yang tak tertahankan. Berulang kali menyeka air mata, berusaha tak menampakkan kesedihannya lewat suara pada telepon. Kedua insane itu sama-sama menahn rasa yang tak tertahankan, berusaha menahan rasa pertanyaan yang tak pernah terjawabkan.
Pada hari itu, pernikahan pun berlangsung seperti biasanya penikahan. Danar mengucapkan ijab qobul dan Ratna tersenyum bahagia. Meski tanpa kehadiran Tania. Namun ada yang ganjil pada perilaku Danar yang bahkan sangat membuat Dede tak mengerti dengannya.
Rumah tangga Danar dan Ratna pun berjalan dengan baik, mereka tinggal satu rumah, Dede, Danar, dan Ratna. Tania pun mengetahuinya dari Dede, dan Tania pun semakin berkeras kepala untuk tidak pernah pulang. Namun beberapa bulan kemudian Danar dan Ratna memutuskan utnuk mengontrak rumah lagi, membiarkan Dede di rumah sendirian. Dan beberapa bulan kemudian tiba-tiba Ratna menceritakan kalutnya dalam rumah tangga mereka kepada Tania melalaui e-mail, Tania benar-benar terkejut atas pengakuan Ratna dan Tania pun bingung entah apa yang harus dia lakukan. Tania benar-benar tidak mengerti kenapa pria sebijaksana dan yang mempunyai hati malaikat bisa melakukan seperti itu, membuat istrinya menangis, selalu pulang larut malam, dan berperilaku tidak selayaknya kepada soerang istri, Ratna. Dan Rtana akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya membiarkan Danar sendirian untuk sementara. Semua e-mail yang Ratnakirimkan kepada Tania, semuanya terasa begitu menyesakkan bagi Tania. Timbul beberapa pertanyaan, mengapa, mengapa, dan mengapa? Kemudian Tania memutuskan untuk pulang membantu rumah tangga kakak yang dulu pernah dicintainya, Danar. Setidaknya Tania mengetahui apa yang terjadi pada rumah tangga kakaknya, malaikat yang telah merubah kehidupannya, yang selalu menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Tania pun tiba di kota yang sangat memberikan kesan kepadanya. Akhirnya Tania pun begegas untuk segera menemui Danar di tempat rumah kardusnya dulu, dan menemukan Danar terpekur di bawah pohon linden. Dan mereka pun saling mengungkapkan perasaannya, namun yang lebih tepat Tanialah yang mengutarakan semua tentang perasaan mereka. Semuanya benar-benar di luar kendali, Tania menangis mendesah tak tertahankan sedangkan Danar hanya diam dan mengelak. Nada bicara Tania pun semakin menjadi, setelah sekian lama ia memendam rasa yang menguap di dasar hati kini Tania mengungkapkannya tepat di depan rumah kardus tempat dulu ia miskin merasakan getirnya kehidupan, di bawah pohon linden saksi atas semua saksi. Bertanya, dan mengungkakpkan, dan meminta pertanggung jawaban atas semua hati yang bersemai di dalam hatinya, perasaan yang terpendam tak bisa saling memiliki, perasaan yang membuat kalut semua kehidupan, perasaan yang membutnya seperti sehelai daun yang luruh ke bumi,sehelai daun yang takkan pernah membenci angin meski terenggut dari tangkai pohonnya. Sepertidalam ktipan berikut ini:
“Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Besemai satu langsung kau injak. Menyeruaksatu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu? Kau malu mengakuina walau sedang sendiri? Bagaimana mungkin kau mencintai gadis kecil ingusan? Pertanyaan itu selalu mengganggumu” (Hal. 250)
“Tetapi mengapa kau tak pernah mengakuinya? Mengapa? Saat sweet seventeen, liontin itu mengatakan segalanya. Tetapi mengapa harus sekarang aku tahu bahwa liontin itu istimewa? Apakah kau terlanjur mengganggapku seperti adik? Kau merasa berdosa mencintai adik sendiri? Atau kau membenci dirimu sendiri karena mencintaiku?” (Hal. 150-151)
Pada saat itu lah Tania konflik itu meninggi, Tania memaparkan semua tentang perhatian, kasih sayang, hadiah liontin, novel karangan Danar, yang semuanya terlihat bahwa Danar pun mencintai Tania. Lagi, Danar hanya diam. Membuat keadaan semakin keruh.
d.      Penyelesaian
Ketika Tania tahu bahwa Ratna kini sedang hamil empat bulan, dan memberitahukannya kepada Danar. Dan Tania pun berbesar hati untuk menerima semua itu, Ratna dan bayi yang dikandungnya pasti lebih membutuhkan Danar. Dan Tania pun memutuskan untuk kembali lagi ke Singapura, mencoba menemukan kehidupan yang lebih baik lagi sesuai nasihat sahabat tebaiknya Anne. Meninggalkan Dede sendiri, meninggalkan pusara Ibu, meninggalkan Ratna dan bayinya, juga meninggalkan Danar. Dan Tania tidak akan pernah kembali lagi ke Indonesia.
“esok lusa mungkin aku akan menemukan pilihan rasional seperti yang pernah dikatkan Anne. Yang pasti itubukan Jhony Chan. Aku tak akan penah kembali lagi. Maafkan aku, Ibu. Aku tak sempat mampirdi pusaramu. Ibu memang tahu segalanya” (Hal. 256)
D.    Penokohan
Tokoh utama dalam novel Daun Yang Jatuh Takkan Pernah Membenci Angin ini adalah Tania. Tania yang berperan penting dan menjadi tokoh yang mampu menghipnotis para pembaca, dan memberikan pesan-pesan moral dan social yang patut dicontoh. Tania selalu muncul dalam setiap kejadian, dan selalu berhungan dengan tokoh-tokoh yang lain yang mampu mengembangkan bagaimana cerita ini berlanjut.
Dalam novel ini terdapat 11 tokoh, dan semuanya termasuk ke dalam tokoh protagonist. Masing-masing tokoh mempunyai watak yang patut dicontoh dan diimplikasikan ke dalam kehidupan nyata. Semua tokoh dalam novel ini pun sangat di kagumi oleh setiap pembaca, menampilkan segala sestuatu sesuai dengan harapan-harapan pembaca, pandangan pembaca.
Ada beberapa tokoh dalam novel Daun Yang Jatuh Takkan Pernah Membenci Angin ini, yaitu:
1)      Tania
Tania termasuk ke dalam tokoh bulat, karena Tania mempunyai watak dan tingkah laku yang bermacam-macam dan sulit untuk ditebak juga memberikan perangai yang mengejutkan. Tania yang tadinya bersikap lembut mempunyai prinsip, menjadi dirinya sendiri, namun dikarenakan konflik terhadap perasaannya terhadap Danar, keputusan Danar yag akan menikah dengan wanita lain ternyata Tania berubah kehidupan paradoksnya. Tidak ada lagi raut wajah yang menyenangkan itu, Tania tidak menjadi diri sendiri, berpura-pura bahagia dengan apa yang dilakukannya padahal hati kecilnya tak berkehendak.
Dan Tania pun termasuk tokoh berkembang, wataknya berkembang sesuai dengan alur cerita dan plot yang dikisahkannya.
-          Rajin
Tania mempunyai perilaku yang rajin. Tania selalu rajin membantu ibunya dalam mencari uang, meski lelah juga ngantuk Tania tetap mengamen di bus hanya untuk mendapatkan beberapa recehan.
“Aku dan Dede harus kembali “bekerja”, meskipun dengan kaki pincang” (Hal.24) dalam kutipan itu pun terlihat jelas bahwa Tania tetap rajin bekerja keras membantu Ibu nya untuk mencari uang dengan mengamen meski kakinya pincang luka akibat tertusuk paku.
Tania juga rajin dalam bidang akademik, dia selalu belajar dan menghapal. Mengejar ketertinggalan setelah tiga tahun tidak sekolah.
“lantas dengan penerangan lampu teplok yang kerlap-kerlip ditiup angin, aku belajar. Belajar hingga larut malam” (Hal. 33)
-          Pintar
Tania sangat pintar, dia bisa mengejar ketertinggalannya sekolah selama tiga tahun. Karena kepintarannya itulah guru-guru memutuskan Tania untuk menaikkan Tania loncat satu tahun.
“saat kenaikan kelas, guru-guru di sekolah memutuskan untuk langsung menaikkanku ke kelas enam. Loncat setahun.  Kata mereka, aku “terlalu pintar”” (Hal. 43)
Tania pun mendapatkan beasiswa untuk menlanjutkan sekolah SMPnya di Singapura. Dan ketika graduation day Tania mendapatkan urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah, hasil yang hampir sempurna.
“Aku lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah. Nomor satu untuk dua puluh dua penerima ASEAN Scholarship seluruh Negara. Hasil yang hamper sempurna. Janji yang selalu kupegang. Aku akan belajar sebaik mungkin” (Hal. 77)
Dan karena kepintarannya itulah Tania mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kembali pendidikannya di Singapura.
“ASEAN Schorlarship menjamin satu kursi di SMA terbaik Singapura” (Hal.87)
Di sekolah international. Ketika  graduation day di SMA Tania mendapatkan predikat terbaik dan diberi penghargaan Kristal pohon lime. Dan mendapatkan beasiswa di NUS sampai lulus.
“setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampui 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan predikat terbaik. Kepala Sekolah SMA-ku menyerahkan penghargaan Kristal pohon lime kepadaku” (Hal. 127)
“NUS memberikan satu kursi untukku di kelas terbaik mereka semester depan. Kepala Sekolah SMA-ku dengan bangga menyerahkan surat undangan itu. Apa pun pilihan jurusanku. Beasiswa hingga lulus” (Hal. 130)
Tania pun hanya membutuhkan dua tahun setengah untuk menyelesaikan pendidikan yang lebih tingginya itu dengan hasil yang maksimal. Sungguh Tania sangat pintar dalam pendidikannya.
“Aku hanya butuh dua tahun setengah untuk menyelesaikan bachelor degree-ku di jurusan Commere NUS. GPA (grade point average)-ku tak kurang satu decimal pun dari nilai maksimal. Sempurna. Terbaik dalam catatan sejarah kampus tersebut. Namaku dipahat di plakat depan halaman kampus. Pengamen yang dekil, hitam, bau, rambut mengikal disiram teriknya jalanan berdebu telah mencatat namanya di sana” (Hal. 159)
“aku lulus kuliah sesuai jadwal, dengan nilai yang baik. Kali ini aku wisuda benar-benar sendirian. Anne memutuskan lulus normal tiga setengah tahun. Juga teman-teman senior high school-ku dulu. Namaku terpahat di plakat depan kampus; lulusan terbaik; lulusan tercepat; lulusan tertinggi GPA-nya” (Hal. 201)
-          Tegar
Tania adalah sosok seseorang yang tegar, ketika Ibu yang sangat berarti baginya, Tania tetap tegar menghadapinya meski hati berat sekali menerima kenyataan. Tania tetp tegar melanjutkan kehidupan tanpa sosok seorang Ibu yang amat dicintainya, Tania tahu bahwa takdir Tuhan pasti lebih indah.
Kemudian ketika mendengar Danar dan Ratna menjalin suatu hubungan yang special Tania tetap tegar menerima kenyataan itu meski hati perih mendengarnya.
Tania pun tegar dalam memendam semua perasaan yang tak pernah terungkapkan. “bagian inilah yang tak pernah aku diskusikan di internet. Perasaanku. Maka selama tiga thaun itu, aku memendam semuanya dalam-dalam” (Hal.78)
-          Egois dan keras kepala
Tania pun mempunyai watak yang egois dan keras kepala, dia bersikap keras bahwa dia tidak akan pulang untuk menghadiri acara pernikahan Danar dan Ratna, Tania hanya memikirkan perasaannya sendiri yang tidak mau menerima kenyataan pahit itu tanpa memperdulikan perasaan Danar yang amat dicintainya itu begitu terluka atas ketidakpulangan Tania, dan Tania pun tidak mbagaimana perasaan Ratna yang amat baik terhadapnya yang telah menganggapnya seorang adik, yang pernah membantunya dalam segala hal terutama ketika kepergian ibu Ratna ada untuk membantu dan menemaninya, namun Tania egois hanya memikirkan perasaannya sendiri yang akan membuat dirinya sendiri dihantui rasa bersalah.
“dua minggu sebelum pernikahan, aku menabuh genderang perang: aku tidak akan pulang. Dia dan Kak Ratna berkali-kalikirim e-mail atau chatting bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk. Maaf tidak bisa pulang (Hal. 140-141)
Meskipun Ratna menemuinya ke Singapura hanya untuk membujuk Tania pulang dengan penh harap dan kasih sayang, Tania tetap keras kepala enggan untuk pulang, untuk menghadiri acara pernikahan malaikat yang sangat dicintainya itu.
Pada kutipan berikut ini, tersirat jelas bahwa Tania sangat egois dan keras kepala, Tania memanfaatkan kehadiran Adi tanpa memikirkan perasaannya: “Adi yang tahu aku akan pulang ke Jakarta, memutuskan ikut pulang bersama. Aku happy-happy saja ditemani pulang. Aku bahkan sengaja membawa lebih banyak koper saat tahu Adi akan ikut” Hal. 186)
-          Konsisten dan mempunyai prinsip
Tania konsisten dan mempunyai prinsip terhadap perasaannya, bahwa Tania hanya akan mencintai Danar meski banyak lelaki yang mencoba untuk mendekatinya. Meskipun Adi telah banyak berkorban untuk Tania, menuruti semua yang Tania inginkan semua itu tidak merubah prinsipnya untuk tetap hanya mencintai Danar, begitu pun dengan Jhony Chan dan laki-laki lainnya yang selalu mencoba mendekati Tania. Tania menolaknya hanya demi perasaannya terhadap Danar malaikat bagi keluarganya itu.
“Semakin sadis. Menambah semakin banyak daftar korban yang berhasil kuhina. Termasuk cowok-cowok ganjen Singapura dengan tampang Indo-Melayu yang coba-coba naksir aku. Rasialis? Peduli amat” (Hal. 182)
-          Ramah
Tania adalah sosok seorang perempuan yang ramah, banyak orang yang menyukainya dan membanggakannya. Banyak teman-teman Tania yang selalu bertanya kepadanya meski sebenarnya dulu waktu SMP bukan Tania yang menduduki urutan nomor satu di sekolahnya, Tania menduduki urutan nomor dua namun Tania mempunyai pengaruh besar pada teman-temannya. Tania ramah dengan wajah yang sangat menyenangkannya itu.
-          Pecemburu
Tania adalah sosok seorang perempuan yang pecemburu, Tania cemburu kepada Ratna yang selalu dekat-dekat dengan Danar dan mengambil alih semua posisi Tania. Aku menghela napas. Benci sekali dengan pembicaraan itu. Menatap Ibu sirik. Kenapa sih Ibu akrab dengan Kak Ratna? (Hal. 41)
2)      Danar (dia/seseorang)
Danar termasuk ke dalam tokoh bulat, karena Danar mempunyai watak dan perilaku yang sulit untuk ditebak. Yang awalnya Danar adalah sosok seorang yang mempunyai prinsip kuat, bijaksana, berwibawa, menyenangkan, dan tidak akan membuat siapa pun menangis, tiba-tiba dikarenakan konflik tentang perasaannnya kepada Tania yang tak pernah diungkapkannya dan terlanjur menikah dengan Ratna wanita yang sama sekali tidak dicintainya itu tiba-tiba Danar menjadi berubah, menjadi bersikap dingin terhadap Ratna, selalu pulang larut malam, wajah yang menyenangkannya pun perlahan memudar.
Dan Danar pun termasuk tokoh berkembang, wataknya berkembang dan mengelamai perubahan sesuai dengan jalan cerita dan plot yang dikisahkan.
-          Baik dan ringan tangan
Danar adalah sosok seorang yang mempunyai hati bagai malaikat, Danar sangat baik. Dia ringan tangan selalu menolong orang lain, contohnya saja dia membantu Tania yang tertusuk paku, membantu mengobatinya, memberikan uang, meski Danar tidak mengenalinya. “Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan” (Hal. 24)
 Keesokan harinya Danar memberi sepasang sepatu untuk Dede dan Tania, sungguh Danar sangat baik dan ringan tangan. “Dia mengeluarkan dua kotak. Melambaikan tangan meminta kami mendekat. Aku dan Dede melangkah ke arahnya, berdiri di depan kursinya, urung memulai pertunjukan kencerengan tutup botol. Dede malah memasukan “alat music” ke saku celana. Lagi-lagi menguap. Kotak itu ternyata berisi dua pasang sepatu baru. “Pakailah!” (Hal. 25)
Danar pun membantu Tania dan keluarganya untuk menjanjikan masa depan yg lebih baik. Menyekolahkan Tania dan Dede, memberikan uang untuk kebutuhan keluarga yang tengah merana itu. “Dia rajin seminggu dua kali singgah sebentar di kontrakan baru. Membawakan makanan, buku-buku untukku, dan  permainan buat adikku (Hal. 35)
Danar juga menyediakan taman bacaan dan taman dongeng berbaik hati untuk memberikan motivasi kepada anak-anak. Danar mempunyai sifat yang baik selalu memotivasi siapa pun, membuat seseorang merasa berarti.
 “Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan pandangan itu. Dia tersenyum hangat menenangkan” (Hal. 19)
-          Tegar
Danar adalah sosok seorang pria yang tegar, dia mampu tegar menghadapi perihnya kehidupan dalam kesendirian. Sejak dari bayi Danar yatim-piatu, Danar tak mengetahui siapa kedua orangtuanya, namun Danar tetap tegar menjalani kehidupannya yang amat menyesakkan itu. Danar berjuang sendiri untuk bertahan hidup tanpa bantuan orang lain, merasakan perihnya sekolah sambil bekerja. Merasakan kehidupan yang buruk sama seperti yang dialami Tania selama tiga tahun itu, Danar tetap tegar menghadapinya. Karena hidup harus tetap berjalan meski sendiri.
“dia yatim-piatu sejak bayi (siapa orangtuanya pun tak ada yang tahu). Berjuang di jalanan untuk meneruskan hidup, sama seperti kamu dulu; mungkin lebih menyakitkan karena tidak ada yang berbaik hati membantunya. Setapak demi setapak menancapkan jejak kehidupan. Dan akhirnya tiba pada jalan baik tersebut. Sendirian. Aku tahu betapa sulitnya dia harus bersekolah sambil bekerja” (Hal. 148)
“Semua kenangan burukku selama tiga tahun jadi anak jalanan sebenarnya ada dalam kehidupannya” (Hal. 148)
-          Bertanggung jawab
Danar seorang pria yang betanggung jawab, ketika Ibu meninggal dunia Danar pun bertanggung jawab mengurusi Tania dan Dede, menyekolahkan Tania dan Dede, mengajarkan Tania dan Dede tentang segala hal, menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Danar pun bertanggung jawab atas perasaan Ratna yang amat mencintainya karena perilaku Danar yang membohongi perasaannya sendiri. Danar menikahi Ratna.
Dan meski yang dicintainya bukan Ratna, Danar tetap bertanggung jawab atas rumah tangganya bersama Ratna karena Ratna tengah mngandung anak buah dari hasil pernikahan mereka.
-          Ramah
Danar adalah sosok seoang pria yang teramat ramah, dia selalu menyapa dan bersikap ramah terhadap siapa pun, sehingga banyak orang yang menyukainya dan membanggakannya.
-          Sopan
Danar adalah sosok seorang pria yang sopan, Danar selalu mencium tangan Ibu ketika berpamitan pulang atau pun ketika dia bertemu. Danar sangat menghormati Ibu. “dia selalu mencium tangan Ibu. Amat hormat pada Ibu” (Hal. 36)
-          Pemendam rasa
Danar adalah sosok seorang yang pintar menyembunyikan perasaannya dengan sikapnya yang lembut, Danar memendam rasa terhadap Tania yang dicintainya dan mencintainya, dan Danar mengorbankan semua perasaannya untuk Ratna yang teramat mencintainya. Danar pun selalu memalingkan pembicaraan ketika Tania berbicara mengarah kepada pembicaraan tentang perasaannya, Danar sangat pintar memendam rasa, menyembunyikannya. Dan Danar tidak jujur untuk mengakui perasaannya terhadap Tania.
Danar hanya mengungkapkan perasaannya lewat tulisan, sebuah novel. Dan perasaan Danar tersirat pada liontin yang dia beri kepada Tania dan juga yang dia pakai, terdapat suatu gambar yang jika disatukn gambarnya akan menjadi utuh. Danar pintar sekali meneymbunyikan semua perasaan itu, semua pelukan itu, semua tatapan itu, Danar menipu dirinya sendiri. Danar mencintai Tania dalam diam.
-          Penyayang/social/peduli
Danar adalah sosok seorang pria yang peduli dan bersosial, sehingga Danar membuka kelas mendongeng untuk anak-anak. Dia selalu bercerita untuk memotivasi anak-anak dan menyediakan buku untuk anak-anak baca. Dia amat peduli terhadap masa depan anak-anak.
“setiap Minggu dia membuka kelas mendongeng di rumahnya, di ruangan depan yang dipenuhi jejeran lemari. Lemari itu penuh buku” (Hal. 37)
-          Dewasa
Danar adalah sosok pria yang sangat dewasa, dan kedewasaannya itu sangat menyenangkan. Dia menahan napasnya. Mencoba mengendalikan emosinya (Hal. 56)
3)      Dede
Dede termasuk tokoh yang statis, Dede tetap berwatak menyenangkan meskipun alur cerita dan plot yang dikisahkan mengalami perubahan.
-          Polos dan lucu
Dede adalah sosok seseorang yang mempunyai sikap polos yang kental. Ketika Danar memperkenalkan namanya, Dede dengan begitu polosnya bertanya, seperti dalam kutipan ini “semenjak itulah aku tahu namanya: Danar Danar. Nama yang aneh, itu komentar Dede. “Nama Oom kok bias dobel begitu?”
Dan pada kutipan ini pun Dede terlihat sangat polos dan lucu:
”Oom kerja di mana?” Dede bertanya padanya suatu ketika, sambil memainkan dasi yang ada di saku kemeja.
Hari itu dia mengenakan kemeja biru kotak-kotak itu lagi. “Berkerja digedung yang tinggiiii sekali!” dia menjawab sambil tersenyum.
“Oh, Dede kira Oom jadi dokter!”
“Dokter?”
“Kan waktu itu Oom ngobatin luka Kak Tania” (Hal. 28)
Dede juga sangat lucu, terlihat ketika Dede menanyakan kepada Danar apakah Dede akan mendapatkan hadiah atau tidak. ”Dede dapat hadiah, kan” Mata adikku bekerjap-kerjio berharap” (Hal. 36)
Dan pada kutipan beikut ini pun Dede terlihat sangat lucu dan polos yang kental:
“Dia membawa sekotak donat. Dan Dede lebih banyak berceloteh serta memainkan donat tersebut dibandingkan memakannya. “Oom…. Kenapa donat tengahnya bolong?”” (Hal. 36-37)
“Kak, kenapa angka nol itu harus seperti donat? Dede bias saja menulisnya dengan bentuk lain kan, seperti segi tiga? Memangnya ada yang melarang” (Hal. 43)
-          Humoris
Dede adalah sosok seorng yang humoris dangat menyenangkan suka iseng. Bahkan Dede selalu menggoda atau mengejek iseng becanda kepada Tania, membuat suasana semakin nyaman akibat celotehan-celotehan Dede. “Cantik apanya? Rambut panjang. Kuku panjang. Untung Kak Tania nggak punya lubang di belakang” Dede tertawa senang” (Hal. 45)
-          Amanat/pandai menyimpan rahasia
Dede adalah sosok seorang yang amanat, Dede bisa dipercaya, bisa diandalkan. Ketika Tania menguatarakan sesuatu hal yang bersifat rahasia, Dede bisa menjaga rahasia itu. Dan ketika Danar member tahu rahasia bahwa Danar adalah seoarng penulis Novel, Dede menjaga rahasia itu. Dan Dede pandai menyimpan rahasia, menyimpan rahasia antara perasaan Tania dan Danar. “Dari siapa?” aku bertanya penasaran kepada Dede. Menyelidik. Adikku pasti tahu semuanya. (Hal. 102)
-          Pintar
Dede juga pintar, dede sudah mampu menghapal abjad, meskipun baru masuk satu hari sekolah. Dede dengan giatnya menghapalkan abjad sepanjang jalan mengamen. “Dede juga sudah bias menghafal semua abjad. Bayangkan, hanya dalam waktu satu hari. Hari pertamanya sekolah. Aku bergumam, bagaimana mungkin adikku tidak hafal, kalau sepanjang jalan mengamen tadi dia selalu berdengung seperti lebah menyebutkan satu per satu huruf-huruf tersebut sambil menabuh kencrengan” (Hal. 34)
Dede sangat pintar, dede bisa loncat sekolah dua tahun dan dede pun mempunyai memori otak yang sangat hebat. Dede mampu mengahapl detail sesuatu yang Dede lihat atau Dede terima.
“Sekarang adikku kelas enam, lebih cepat setahun, sama denganku dulu, guru-guru di SD menaikkannya lompat dua tingkat” (Hal. 79)
-          Tegar
Dede begitu tegar ketika Dede harus mengamen, melihat anak-anak seusianya yang sekolah yang waktunya bermin-main Dede malah harus mengamen mencari uang recehan. Dan Dede juga begitu tegar ketika Ibu yang amat Dede cintai pergi meninggalkan Dede dan Kakak tercintanya, begitu pula waktu Dede ditinggal ke Singapura oleh Tania untuk sekolah, Dede tegar hidup tanpa keluarganya. Sendirian, meskipun ada Danar tapi bagi Dede, kak Tania lebih berharga.
4)      Ibu
-          Sabar
Ibu tipe seorang wanita yang sabar, sabar mengahapai kenyataan bahwa Ibu ditinggalkan pergi selamanya oleh suaminya dan Ibu dengan sabar mengurus kedua anaknya tanpa suami tercintanya. Kehidupan yang sangat pahit dan kejam juga permasalahan kehidupan menimpa keluarganya, namun Ibu selalu sabar mengahadapinya. Dan Ibu selalu sabar menhadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin.
-          Tekun
Ibu tekun dalam menjaani kehidupannya, “Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry mahasiswa (Hal 34-35)
Ibu tekun membuat kue-kue untuk membiayai Tania dan Dede, meskipun Danar siap siaga membantu dan membiayai mereka.
-          Perhatian
Ibu adalah sosok seorang Ibu yang perhatian kepada anaknya.  Ibu selalu memberikan perhatian dan nasihat kepada Dede dan Tania. “Ibu sibuk mengingatkanku untuk beranjak tidur. Aku menjawabnya singakat belum mengantuk. Setengah jam sekali Ibu menyuruh tidur” (Hal. 34)
-          Rendah hati
Ibu orangnya rendah hati, ketika Danar membantu mereka Ibu sangat berterimakasih dan bersyukur. Dan ketika Danar memberitahu kepada Ibu bahwa Tania bisa sekolah di luar Negeri Ibu amat sangat rendah hati, seperti dalam kutipan berikut ini: “Nak Danar, rasanya Ibu sulit membayangkan Tania bisa bersekolah di sana. Di luar negeri. Bersekolah lagi saja sudah syukur” (Hal. 66)
5)      Ratna
Ratna termasuk tokoh yang statis, Ratna tetap berwatak lembut meskipun alur cerita dan plot yang dikisahkan mengalami perubahan.
-          Ramah
Ratna begitu ramah menyapa Tania, Dede, dan juga Ibu. Ratna selalu menanyakan kabar, bertanya segala hal dengan ramahnya dengan lembutnya. ‘”Kenapa kalian tidak mengajak Ibu, Kak Ratna, dan Kak Danar naik Bianglala?” Kak Ratna bertanya sambil tersenyum (Hal. 42)
-          Pengertian
Rata adalah sosok seorang perempuan yang penuh pengertian, Ratna selalu mengerti akan kesibukan Danar, mengerti atas kedekatan Danar dengan Tania dan Dede, Ratna memang selalu mengerti atas semua sikap Danar, juga terhadap sikap Tania dan Dede yang kadang-kadang selalu bersikap dingin kepadanya.
-          Sabar
Ratna selalu sabar meski sikap Tania dan Dede selalu menyebalkan. “Aku meneriaki Kak Ratna keras sekali. Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya (Hal. 56)
Ratna selalu sabar menghadapi semua sikap Danar yang selalu berubah-ubah, apalagi ketika keadaan pernikahan mereka sedang retak, Danar bersikap aneh kepada Ratna menjadi dingin, selalu pulang larut malam, tidak seperti dulu sebelum mereka menikah yang selalu harmonis. Ratna dengan sabar mengahadapi semua kenyataan itu, sabar menunggu Danar kembali.
-          Selalu berprasangka baik/husnudzon
Ratna tidak pernah berprasangka buruk kepada siapa pun, termasuk kepada Danar yang setelag menikah berubah drastic dan sampai membuatnya menangis. Ketika Danar selalu pulang larut malam dan bersikap dingin padanya Ratna tidak berprasangka buruk kepada Danar, malah Ratna selalu berprasangka baik kepada Danar. Ratna juga tidak berprasangka buruk terhadap Danar dan juga Tania, yang terlihat jelas bahwa sikap Tania dan Danar terlihat sangat ganjil, malah Ratna selalu mencurahkan isi hatinya kepada Tania, meminta solusinya.
-          Perhatian/ringan tangan
Ratna juga sangat perhatian dan ringan tangan, Ratna perhatian dan membantu Tania dan Dede ketika Ibu mereka meninggal dunia. “Kak Ratna pagi-pagi datang mengantarkan pakaian ganti. Menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit. Kak Ratna bahkan sibuk membantu Dede berganti pakaian” (Hal. 57)
Ratna selalu menengok Ibu dengan membawakan sekantong jeruk ketika Ibu sedang sakit. “Kak Ratna dua-tiga kali juga datang dengan membawa sekantong jeruk” (Hal. 53)
Tak hanya itu, Ratna perhatian kepada Tania menanyakan bagaimana sekolah Tania, akan diteruskan kemana dan akan siap selalu membantu, mengurus, dan sampai ingin mengantarkan Tania ke sekolah yang dituju. “Kalau begitu, biar besok saja aku yan.g mengantarnya…. Daftar di SMP dekat SD-nya Dede saja, kan?” Kak Ratna menawarkan diri” (Hal. 68)
6)      Miranti
-          Ringan tangan
Miranti adalah sosok perempuan yang baik hati dan ringan tangan, Miranti dengan sukarela membantu Ibu dalam membuat kue dan juga membesarkan usaha kue tersebut ketika Ibu sudah meninggal. “Miranti yang dulu membantu Ibu membesarkan usaha kue. Aku tersenyum senang. Ibu juga pasti senang mendengar kabar ini di surge” (Hal. 99)
Dan miranti bukan tipe perempuan “kacang lupa kulitnya”. Meskipun semua usaha kue itu telah diambil alih semuanya oleh Miranti, tapi Miranti tetap menggunakan nama Ibu untuk memberinama toko kuenya itu bahkan dengan sangat baiknya Miranti, dia menyisihkan uang hasil kue usahanya itu diberikan untuk Dede. “Miranti baik sekali memutuskan untuk tetap menggunakan nama Ibu di sana “WH Bakery”, meskipun 100% kepemilikan toko tersebut sudah ditangannya. Miranti bahkan masih menyisihkan sebagian besar uang untuk Dede” (Hal. 183)
7)      Anne
-          Sahabat yang baik
Anne adalah sosok seorang sahabat yang baik, dia selalu siap mendengarkan keluh kesah sahabatnya Tania. Apa pun ceritanya, kapan pun, dan di mana pun, Anne selalu ada untuk Tania. Ketika Tania mencurahkan hatinya tentang Danar kepada Anne, Anne selalu mendengarkan Tania dan memberikan saran yang terbaik untuk sahabatnya itu, dan Anne tidak pernh bosan untuk melakukan itu. Seperti ungkapan Tania dalam kutipan berikut ini:
“Anne tahu seluruh ceritanya. Aku memang dekat dengannya. Anne satu-satunya sahabatku di Singapura. Sahabat yang baik”
Dalam kutipan berikut ini pun Anne terlihat memang sahabat yang baik, selalu memberikan solusi dan menasihati atas keegoisan Tania:
“Buat apa? Sudah jelas kan, dia akan menikah dengan cewek artis itu? Apa lagi yang hendak kautanyakan ke dia? Perasaannya sudah sejelas bintang di langit, Tania. Clear! Aduh, kamu kenapa jadi kekanak-kakanakan seperti ini sih?” (Hal. 133)
Begitu pun dalam kutipan berikut ini Tania memang sahabat yang baik, berusaha menjadi sahabat yang baik untuk Tania:
“Aku dulu mungkin keliru. Ya, aku dulu keliru. Kau hanya yang benar, Tania. Kau berhak mengatakan itu kepadanya. Dia tahu atau tidak tahu, terima atau tidak terima, marah atau tidak, benci atau tidak benci, kau berhak mengatakannya, honey. Hakmu jauh lebih besar dibandingkan hak dia, bahkan juga dibandingan dengan kewajibanmu memastikan pernikahan itu berjalan lancar” Anne mendekap bahuku. Berbisik lemah” (Hal.144)
Dengan kata-kata yang telah diungkapkan Anne seperti itu menandakan bahwa Anne adalah benar-benar sahabat yang baik, Anne sangat menyayangi Tania. Anne adalah pendengar yang baik, penasihat yang mengerti.
“Anne membantu banyak. Merawat luka itu” (Hal. 162)
-          Setia kawan
Anne adalah sosok seorang yang setia kawan, Anne selalu ada untuk Tania.
“Anne juga sedang di sana (Anne selalu menemaniku di hari-hari buruk itu; dia memang teman yang bisa diandalkan” (Hal. 147)
8)      Adi
-          Baik
Adi adalah sosok pria yang baik, Adi tidak pernah menolak atau berprasangka buruk meskipun usahanya untuk mendekati Tania selalu saja dianggap remeh, seperti tak ada di mata Tania, dan selalu dimanfaatkan. Adi selalu dengan ikhlas melakukan apa pun yang diinginkan Tania.
-          Setia
Adi setia kepada Tania, meski pun Tania tak pernah menjawab tentang perasaaan yang tumbuh dihatinya.
-          Sabar
Adi adalah sosok seorang pria yang pantang sabar untuk mendekati Tania, meski Tania bersikap dingin terhadapnya. Sabar untuk menunggu Tania bisa membuka hatinya untuk Adi. “Adi juga bersabar untuk tidak terlalu melangkah jauh. Bersabar menunggu. Bersabar dengan semua proses” (Hal. 186)
-          Berani
Adi adalah sosok seorang pria yang cukup berani, Adi mengungkapkan perasaannya kepada Tania dihadapan banyak orang tanpa memperdulikan risikonya akan diterima atau tidak. “Ketahuilah, Tania, aku bisa mengehentikan hujan ini… Tetapi itu hanya bisa kulakukan jika aku tidak sedang dengan seseorang yang kucintai…. Dan mala mini aku sepertinya tidak bisa menghentikannya….” Adi serius menatapku” (Hal. 14)
9)      Jhony Chan
-          Pantang menyerah
Jhony Chan adalah sosok seorang pria yang pantang menyerah untuk mendekati Tania, meski Tania bersikap acuh kepadanya. “Si Jhony Chan itu juga semakin menyebalkan. Dia beberapa kali terang-terangan mengajakku jalan bareng” (Hal. 108)
10)  Ibu-ibu gendut (Mrs. G)
-          Tegas
Ibu-ibu gendut adalah sosok seorang yang tegas, taat akan aturan dan disiplin. “Ibu-ibu gendut, orangnya jauh dari asyik. Terlalu banyak mengatur. Spk disiplin dan pecinta aturan” (Hal. 72)
11)  Penjaga toko buku
-          Ramah
Penjaga toko buku adalah sosok seorang yang ramah, dia selalu menyapa kepada Tania. Mungkin juga penjaga toko itu menyukai Tania, mencari-cari perhatian Tania. “Karyawan cowok yang tadi menegurku di lantai dua berdiri menunggu angkutan umum” (Hal. 161)
E.     Pelataran
a.       Tempat
-          Toko buku dilantai dua
Latar tempat yang berada dalam novel ini tempatnya di Toko buku dilantai dua, tempat yang paling Tania sukai, tempat yang Tania ketahui dari malaikatnya Danar, tempat yang menjadi saksi atas semua ceritanya, seperti dalam kutipan-kutipan berikut ini:
Aku tak tahu bagaimana kehadiranku setiap malam di toko buku ini bisa menarik perhatiannya (Hal. 12)
“Dua minggu kemudian, kami pergi ke toko buku ini. Toko buku terbesar di kota kami” (Hal. 29)
“Aku menghela napas panjang. Lima menit hanya berdiri terdiam di sini. Di lantai dua toko buku terbesar di kota kami” (Hal. 65)
“LANTAI dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri di sini” (Hal. 104)
“Aku menghela napas. Sudah lama sekali aku terpekur di lantai dua toko buku terbesar kota ini” (Hal. 126)
-          Rumah kardus
Latar tempat yang berada dalam novel ini tempatnya di Rumah kardus, tempat yang di mana selama tiga tahun menjadi saksi bisu atas kepiluan Tania, Dede, dan Ibu, seperti dalam kutipan-kutipan berikut ini:
“Dia tertawa kecil saat melihatku dan Dede sudah berdiri rapi menunggu di depan rumah kardus kami” (Hal. 18)
“Dede masih sibuk mematut sepatunya di depan kami. Berlari ke sana kemari. Ibu sibuk meneriakinya kalau tidak, rumah kardus kami bisa roboh” (Hal. 26-27)
“Tiga tahun lamanya aku dan Dede menjalani kehidupan di rumah kardus itu” (Hal. 30)
“Aku, adikku, dan Ibu sering duduk di bawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut di bawah bulan purnama, seperti malam ini” (Hal. 232)
-          Kontrakkan
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat rumah kontrakkan, rumah kontrakan Tania, Ibu, dan Dede.
“Karena itu, sebulan kemudian Ibu memutuskan pindah mengontrak di sebuah kamar sederhana” (Hal. 35)
-          Bus
Latar tempat yang ada dalam novel ini ada latar tempat di bus saat pertama kali Tania dan Dede bertemu dengan Danar. “Malam yang dingin di atas bus kota” (Hal. 21)
-          Pusara/pekuburan
Latar tempat yang ada dalam novel ini ada latar tempat di sebuah pusara/pekuburan, yakni ketika Ibu meninggal semuanya berada di sana.
“Hening di pekuburan” (Hal. 64)
“Siang itu kami mengunjungi pusara Ibu. Makam Ibu terlihat indah. Di pinggirnya tertulis kalimat waktu dia membujuk kami agar pulang dari pemakaman malam-malam” (Hal. 81)
“Aku, adikku, dan Adi (yang pagi-pagi sudah dating ke rumah) pergi ke pusara Ibu” (Hal. 193)
-          Singapura
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Singapura, yaitu ketika Tania meneruskan sekolahnya.
Ribuan larik cahaya kota Singapura cantik menimpa jalanan (Hal. 203)
“Hari-hariku penuh dengan hal-hal baru di Singapura” (Hal. 72)
-          Dufan
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Dufan, ketika Tania, Danar, Dede, Ibu, dan juga Ratna berlibur ke Dufan.
Kak Ratna bertanya sambil tersenyum, waktu kami makan malam bersama di salah satu kedai makanan yang banyak tersedia di Dufan (Hal. 42)
“Minggu depan, selepas kelas mendongeng yang selelsai lebih cepat daripada biasanya, aku, Ibu, dan adikku pergi ke Dunia Fantasi” (Hal. 39)
-          China Town
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di China Town, yaitu ketika Tania, Danar, dan Ratna makan malam di tempat itu.
Saat makan malam di China Town…” (Hal. 130)
-          Bandara Changi
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Bandara Changi, yaitu ketika Tania mengantar Danar dan Dede pulang ke Jakarta, dan ketika Danar dan Dede menjemput Tania ketika liburan.
Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi (Hal. 102)
“Ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah berdiri menjemputku di lobi kedatangan luar negeri…” (Hal. 78)
-          Kedai ayam goreng
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Kedai ayam goreng, yaitu ketika Danar mengajak Tania dan Dede untuk makan di sana.
“Setelah lelah berkeliling hampir dua jam, dia mengajak kami makan di salah satu kedai ayam gorem yang ada di toko buku itu” (Hal. 29)
-          Kantin flat
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Kantin flat, yaitu ketika Ratna dan Tania makan siang di sana.
“Kak Ratna makan siag bersama kami di kantin flat” (Hal. 150)
-          Rumah Sakit
Latar tempat dalam novel ini ada latar tempat di Rumah Sakit, yaitu ketika Ibu sakit di rawat di sana dan meninggal di rumah sakit itu.
“Maka setelah terisak beberapa saat aku mengalah duduk mendeprok di lantai lorong rumah sakit” (Hal. 55)
“Aku terduduk di lantai keramik rumah sakit” (Hal. 61)
b.      Waktu
-          Pagi hari
Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu pagi. Pada waktu pagi ketika Ibu mengganti perban kaki Tania yang tertusuk paku, “Besok pagi-pagi Ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci” (Hal. 24)
Ibu mengatakan sesuatu hal kepada Tania dan Dede pada waktu pagi, “Esok pagi selesai subuh, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede” (Hal. 27)
Ibu tak sadarkan diri pada waktu pagi hari, “Pagi itu Ibu tiba-tiba tak asadarkan diri” (Hal. 54)
Tania saat Tania naik pesawat berangkat ke Singapura pagi-pagi, “Pagi itu aku menjejakkan kaki ke gerbang rata pesawat. Itu penerbanganku yang pertama” (Hal. 71)
Tania bertanya tentang Ratna pada waktu pagi hari, “”Kenapa Kak Ratna semalam tidak ikut acara syukuran?” aku pelan menanyakan itu di meja makan esok paginya” (Hal. 81)
Dede pulang pagi-pagi dari Singapura ke Jakarta, “Esok harinya, adikku pulang pagi-pagi” (Hal. 181)
Tania tiba di bandara pagi-pagi untuk pulang ke Jakarta, “Pagi itu, saat tiba di bandara…” (Hal. 187)
-          Siang hari
Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu siang. Tania, Danar, Dede, Ratna, dan Adi mengunjungi pusara Ibu pada siang hari, “Siang itu kami mengunjungi pusara Ibu” (Hal. 81)
Pada siang hari juga Tania dan Danar makan siang di kantin mahasiswa, “Kami makan siang di kantin mahasiswa (Hal. 101)
Pada siang hari juga Tania, Danar, Dede, Ratna, dan Adi makan siang di rumah, “Kami tidak banyak bicara saat makan siang di rumah selepas peringatan delapan tahun kepergian Ibu” (Hal. 199)
-          Sore hari
Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu sore hari
-          Malam hari
Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu malam hari. “Malam ini hujan turun lagi. Seperti malam-malam yang lalu (Hal. 7)
Tania selalu dating ke toko buku pada malam hari, “Setiap malam aku datang ke toko buku ini” (Hal. 11)
“Aku dan adikku malam itu tidak jadi mengamen di bus kota tersebut” (Hal. 15)
Dede menyelesaikan legonya pada malam hari itu, “Mala mini adikku nyaris menyelesaikan Lego-nya” (Hal. 34)
Tania selalu dudul di sepan kontrakan setiap malam tiba, “Malam-malam duduk di depan kontrakan berlalu percuma” (Hal. 47)
Tania pun pada setiap malam hari selalu tersenyum sendirian di toko buku lantai dua, “Mala mini, entah sudah berapa kali aku tersenyum, menyeringai sendirian berdiri di balik kaca candela lantai dua toko buku” (Hal. 51)
Tania, Danar, dan Dede merayakan atas keberhasilan Tania mendapatkan beasiswa di toko buku pada malam hari, “Malamnya kami merayakab keberhasilan tersebut dengan jalan-jalan di toko buku ini” (Hal. 69)
Danar membuat acara untuk Tania pada malam hari di halaman depan yang luas, “Malam itu, menyambut kedatanagnku, dia membuat acara kecil di halaman depan yang luas” (Hal. 80)
Tania, Dede, dan Anne makan malam di pecinan, “Malamnya kami menuju pecinan” (Hal. 178)
“Aku melirik jamku. Pukul 21.10” (Hal. 198)
“Aku melirik pergelangan tangan. Pukul 21.15 (Hal. 222)
c.       Suasana
-          Sedih
Suasana dalam novel ini menyedihkan, Tania dan Dede terpaksa putus sekolah karena tidak ada biaya, dan mereka pun terpaksa harus mengamen mencari uang recehan setidaknya mengurangi beban Ibu meski hanya sedikit. Suasana menyedihkan itu begitu terasa sekali, Tania, Dede, dan Ibu mengalami kemiskinan selama tiga tahun itu, semuanya terasa menyesakkan.
“Dulu aku hanya berjalan di sepanjang jalan menatap iri anak-anak yang ada di restoran tersebut…” (Hal. 29)
“Saat ayahku meninggal, semuanya jadi kacau balau. Setelah tiga bulan menunggak, kami terusir dari kontrakan tersebut. Ibu pontang-panting mencari tempat berteduh. Tak ada keluarga yang kami miliki di kota ini. Jikapun ada, mereka tak sudi walau sekadar menampung. Dan akhirnya sampailah kami pada pilihan rumah kardus.
Aku terhenti sekolah.
Jangankan sekolah, untuk makan saja susah. Ibu bekerja serabutan, apa saja yang bisa dikerjakan, dikerjakan. Sayang Ibu lebih banyak sakitnya. Semakin parah..” (Hal. 30)
            Dan suasana sedih itu muncul ketika Tania dan Danar tak mampu mengungkapkan perasaannya masing-masing, hanya memendamnya. Bagai duri yang menelusuk hati.
“Dede menatapku semakin sedih. Aku bingung dengan semua ini. Tadi aku memang memaksanya untuk menceritakan semua hal…” (Hal. 240)
-          Senang
Suasana dalam novel ini ada yang menyenangkan, yaitu ketika Tania, Dede, dan Ibu diberi bantuan oleh Danar. Danar menyekolahkan Tania dan Dede, memberikan uang kepada Ibu untuk biaya hidup mereka dan modal untuk usaha kue Ibu. Semua terasa menyenangkan, setelah tiga tahun merasakan kesedihan dan kepahitan, kini keluarga malang itu merasa senang atas semua takdir yang sekarang mereka rasakan.
“Esok pagi selepas subu, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede. Salah satunya yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan kembali sekolah. Dede juga akan disekolahkan…” (Hal. 27)
“Usaha kue itu maju sekali. Beberapa bulan kemudian Ibu harus mengajak dua anak teteangga untuk membantu di hari-hari tertentu. Pokoknya aku belum pernah melihat Ibu sesibuk ini. Tentu saja semua modal usaha kue itu dari dia…” (Hal. 46)
-          Mengharukan
Suasana dalam novel ini ada yang mengahrukan, yaitu suasana mengharuskan itu muncul ketika Ibu mengetahui bahwa Danar akan menyekolahkan Tania dan Dede dan Danar yang akan membiayainya, Ibu sungguh terharu. Tidak menyangka.
“Ibu tersenggal haru saat mengatakan itu. Bahkan menangis. Mendekap kami erat” (Hal. 27)
“Oom Danar…,” Ibu berkata pelan sambil menyeka sudut matanya. Tersenyum” (Hal. 27)
-          Rindu
Suasana dalam novel ini ada yang suasana merindu, yaitu ketika Tania di Singapura meninggalkan Danar dan Dede, Tania sangat merindukan Danar, malaikat keluarganya, seseorang yang ia cintai, Tania sangat merindukannya dibandingkan merindukan Dede.
-          Tegang
Suasana dalam novel ini ada yang suasana tegang, yaitu ketika Tania dan Danar bertemu di rumah kardus tempat kehidupan tiga tahun ketika Tania miskin, suasan tegang itu muncul ketika Tania akan bertanya dan meminta pertanggungjawaban atas semua perasaan yang Danar pendam, atas linton yang Danar beri, atas sebuah novel yang tak akan pernah usai itu.
““Apakah buku tentang pohon ini sudah selesai! Cinta dari Pohon Linden?” Dia tersentak. Menoleh ke arahku. Aku tersenyum (meskipun hatiku sekaligus terluka saat mengatakan kalimat itu). Senyum pahit. Matanya berkilat-kilat bertanya: dari mana kau tahu soal buku ini?” (Hal. 239)
“”Bukankah gadis kecil dalam novel yang tak akan pernah usai itu adalah aku?” aku mendesis menatapnya terluka.
“Apa maksudmu?” Suaranya bergetar.
Apa maksudku? Ya Tuhan, dia bertanya apa maksudku.” (Hal. 234)
““KAUMLAH YANG SALAH. KARENA AKU TAK PERNAH MAU MENGAKUINYA!” aku membenaknya” (Hal. 244)
““Katakanlah… apa kau mencintaiku?” aku berbisik lirih. Berdiri. Menatap mata redupnya.
Jarak kami hanya selangkah.
“Katakanlah… walau itu sama sekali tidak berarti apa-apa lagi”.
Diam. Senyap.
Dia membisikkan sesuatu.
Desau angin malam menerbangkan sehelai daun pohon linden. Jatuh di atas rambutku. Aku memutuskan pergi’ (Hal. 254)
-          Sepi
Suasana cerita dalam novel ini sepi, “Naik lift lagi menuju lantai apartemenku. Berdenging. Sendirian melempar sepatu sembarangan (Hal. 204)
F.      Penyudut pandangan
Sudut pandang dlam novel Daun Yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin ini adalah orang pertama pelaku utama. Dalam novel ini mengisahkan pengalaman dirinya sendiri, tindakan sendiri, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, dengan sebutan si “aku”, sebagai orang pertama dan sebagai pelaku utama pula yang serba tahu. “Aku tahu aku cantik. Tubuhku proposional. Rambut hitam legam nan panjang” (Hal. 15)
“Mungkin nanti akan kuceritakan satu per satu tingkah laku aneh cwok-cowok yang mendekatiku dengan berbagai cerita lainnya” (Hal. 16) Dala kutipan tersebut jelaslah bahwa si aku adalah orang pertama dan pelaku utama yang serba tahu, karena semuanya yang dikisahkan hanya si aku yag mengetahui.

G.    Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam novel “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN” cukup puitis, penggunaan bahasanya sangat tepat sehingga mampu menyentuh hati dan membuat imajinasi muncul ketika membacanya. Meski ada beberapa gaya bahasa yang mungkin akan sulit dipahami bagi kaum awam. Bahasa percakapan dalam novel ini bersifat narasi dan dialog, sehingga ketika membacanya tidak memberikan efek jenuh atau kebosanan, malah terlihat sangat bervariatif, segar, dan menarik.
Kutipan yang bersifat narasi salah satunya:
“Kami berkeliling di lantai satu untuk membeli berbagai perlengkapan sekolah. Rebut Dede memilih tasnya. Adikku mengotot minta dibelikan bolpoin, padahal besok dia kan baru masuk kelas satu, hanya boleh memakai pensil. Aku terkesima melihat dia membujuk Dede soal pensil tersebut. Caranya memandangku, mengelus rambutnya, tersenyum, dan berkata pelan menjelaskan sungguh memesona. Bahkan Ibu tak sepandai itu membujuk Dede kalau adikku sudah merajuk” (Hal. 19)
Kutipan yang bersifat dialog salah satunya:
“Ada yang ingin kutunjukan padamu!” adi menatapku serius. Wajahnya tegang dan cemas, sama seperti cowok yang tadi.
“Apa?” aku mengernyitkan dahi, tidak selera.
“Ayo!” adi menyeretku, enggan menjelaskan. (Hal. 13)
Dan ada gaya dialog seperti ini:
Maibelopah     : Itu berarti dia suka kau.
Tania               : Tapi aku kan nggak suka dia.
Maibelopah     : Bukannya katamu cowok itu lumayan cakep? J
Tania               : Kok Kakak belain dia sih?
Maibelopah     : Aku nggak belain siapa-siapa. Memangnya kalian sedang perang, jadi harus dibela?
Tania               : Kakak harusnya belain Tania.
Maibelopah     : Aku nggak belain siapa-siapa. J
Tania               : Ah, sudahlah. Gimana kabar Dede? (Hal. 88-89)
Ada pun gaya bahasa yang digunakan dalam novel tersebut adalah:
a.       Personifikasi
Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
Aku berteman dengan lorong-lorong kantor yang kosong di malam hari. (Hal. 203)
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. (Hal. 154)
Dia datang begitu saja. Menelusuk hatiku. Tumbuh pelan-pelan seperti lecambah disiram hujan. (Hal. 154)
Aku akan terbang seperti sehelai daun. (Hal. 157)
Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
b.      Allerogi
Isinya jauh api dari panggang. (Hal. 162)
Seperti bumi yang merekah. (Hal. 190)
c.       Hiperbola
Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan segera pulang ke Jakarta. (Hal. 230)
d.      Metafora 
Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
Semua perasaan ini kembali bagai seribu anak panah yang menghujam. (Hal. 252)
H.    Moral
Moral yang tersirat dan tersurat dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini adalah bahwa menolong tidak harus selalu dengan orang yang kita kenal, menolong dengan ikhlas itu adalah sebuah investasi akhirat. Menolong tanpa mengharapkan imbalan, memberikan kebahagiaan untuk orang lain adalah sama halnya kita menumbuhkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Seperti Danar yang selalu berbaik hati dan ringan tangan membantu Tania, Dede, dan Ibu. Menolong dengan sepenuh hati tanpa mengharapkan imbalan yang lebih dari apa yang dilakukan Danar terhadap keluarga yang saat itu begitu malang. Dan dalam novel ini terdapat beberapa nilai, yaitu: nilai religius, kejujuruan, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi dan menghargai orang lain, bersahabat/ramah, gemar membaca, peduli terhadap sesama, dan tanggung jawab.
Mengajarkan kepada setiap pembaca bahwa pahitnya kehidupan tak sepahit apa yang kita angan-angankan jika dijalani dengan ikhlas dan bersyukur atas takdir Allah swt, karena apa pun yang terjadi itulah yang terbaik untuk kita. Seperti Danar yang terlahir yatim-piatu menjalani hdiup sendirian, tetap tegar dan menjalani kehidupan merubah kehidupannya menjadi lebih baik selalu ikhlas atas semua yang terjadi, bersyukur apa yang ada, mengejar mimpi merubah kehidupan yang lebih baik. “Ketahuilah, Tania dan Dede…. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin…. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya. Tania, kau lebih dari dewasa untuk memahami kalimat itu…. Tidak sekarang, esok lusa kau akan tahu artinya…. Dan saat kau tahu apa artinya, semua ini akan terlihat berbeda. Kita harus pulang, Tania” (Hal. 63)
Mengajarkan dan mengingatkan agar kita tidak pantang menyerah dalam melakukan segala hal, dengan niat dan berusaha dengan bersungguh-sungguh adalah hal yang paling utama untuk mencapai sesuatu hal yang hanya angan-angan semua akan menjadi kenyataan meski begitu banyak cobaan dan permasalahan kehidupan yang menghampiri. Selalu rajin dalam belajar dan mengejar cita-cita. Seperti Tania yang pantang menyerah mengejar ketertinggalan tiga tahun pendidikannya, belajar dengan sungguh-sungguh, sampai mendapatkan beasiswa dan mendapatan nilai tertinggi an diberi penghargaan yang layak diacungi jempol. Membuat semua orang bangga terhadapnya.
Jika mempunyai perasaan terhadap seseorang, beranilah dengan mengungkapkannya apa pun itu risikonya. Karena jika hanya dengan memendamkan perasaan itu semuanya akan membuat hati menjadi kacau balau. Jika kita memang tak siap untuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang amat kita cintai tak mempunyai perasaan yang sama lebih baik diam, menunggu takdir Allah swt berbaik hati untuk segera menghapuskan rasa yang tumbuh di hati sgera pudar jika memang dia bukan jodoh, dan berdoalah jika memang berjodoh semoga takdir Allah swt segera memberikan jalan untuk bersama. Jangan menunda-nunda sesuatu hal yang kita akan lakukan, karena hal yang selalu ditunda-tunda akan membuat segala sesuatunya menjadi buruk dan menjadi sebuah penyesalan. Seperti perasaan yang dimiliki Danar dan Tania yang tak pernah mengungkapkannya sehingga mereka terjebak ke dalam kepahitan yang menyiksa perasaannya sendiri. Semua terungkapkan dengan terlambat, dan takkan mampu untuk diubah dan diulang kembali.
Hadapilah semua kenyataan hidup dengan penuh rasa syukur, ikhlas, sabar, dan menerima. Seperti Tania, Danar, Dede, Ratna, dan Ibu yang selalu tegar dan tak pernah menyesali apa yang telah terjadi meski pun begitu banyak cobaan dan permasalahan hidup yang harus dihadapi. Seperti Tania dan Dede yang menjadi yatim piatu ketika mereka masih kecil, hidup tanpa kedua orangtua yang amat berharga baginya. Juga Danar yang selalu tegar, dan kuat menjalani kehidupan. Juga bagi Ratna yang tidak pernah menyesal mencintai Danr, meskipun Danar sempat berubah sperti seseorang yang btidak pernah dikenalinya. Dan seperti perasaan Tania dan Danar dengan permasalahan yang terjadi, dengan perbedaan usia yang terlampau jauh 14 tahun, dan dengan kenyataan kehidupan yang terlanjur menakdirkan mereka untuk menjadi seorang kakak-adik.
Jika memang kehidupan ini terasa sangat menyesakkan, dan perasaan yang terpendam, menyakitkan, terlambat untuk diungkapkan, dan tak mungkin untuk bisa saling memiliki biarlah semua terjadi tanpa pernah menyesalinya. Mencoba menerima atas semua yang terjadi, mengerti atas semua yang terjadi, memahami apa yang menimpa. Seperti dalam kutipan dalam novel ini “Bahwa hidup harus menerima… penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti… pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami… pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan” (Hal. 196) “Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah ke mana. Dan kami akan mengerti, kami akan memahami…. dan kami akan menerima” (Hal. 198)
                                                                              















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hasil analisis structural dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin” ini dapat disimpulkan hasil analisis tema, cerita, plot, penokohan, pelataran, penyudut pandangan, bahasa, dan moral yang benar-benar terstruktur dalam novel ini pun tersirat beberapa nilai-nilai yang patut dicontoh dari tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut.
B.     Saran
Sebaginya jika ingin menganalisis sebuah novel atau pun cerpen lebih baik menggunakan dengan pendekatan structural, karena dengan menganalisis menggunakan pendekatan structural akan lebih mudah dipahami, akan lebih mudah mengkaji dalam setiap unsurnya, akan lebih mudah untuk disampaikan kepada pembaca atau pendengar melalui hasil analisis, dan akan lebih terstruktur.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin baik untuk dibaca oleh semua kalangan dan dapat dijadikan materi ajar pembelajaran di SMA dan juga di perguuran tinggi, karena kepribadian tokohnya patut untuk dicontoh dan mengandung nilai-nilai yang baik sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.






SINOPSIS
Novel ini bercerita tentang dua pengamen kecil, mereka adik-kakak terlahir dari rahim yang sama yang putus sekolah selama tiga tahun dan merasakan kepahitan hidup pula. Kepahitan hidup itu bermula ketika ayah mereka meninggal, Tania pada saat itu berumur delapan tahun dan Dede berumur tiga tahun. Tania, Dede, dan Ibu sudah tidak bisa lagi menontrak rumah itu karena mereka sudah menunggak tiga bulan, tidak mampu membayarnya. Mereka kebingugan harus tinggal di mana, mereka tak mempunyai keluarga. Meskipun mereka memiliki keluarga di sana keluarganya pun pasti enggan walau hanya sekadar menampung mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di seah rumah kardus di bantara sungai.
Kehidupan pun terasa menyesakkan. Ibu harus mencari uang untuk bertahan hidup bersama Tania dan Dede. Tania dan Dede pun harus mengamen sepanjang jalan, dan menatap iri ketka melihat anak-anak seumuran mereka berlalulalang memaikai seragam sekolah untuk pergi sekolah.
Pda suatu malam, pada saat mengamen, disaat lelahnya di bus kota tiba-tiba kaki Tania tertancap paku. Wajar saja kaki Tania tertancap paku, Tania dan Dede tidak memakai alas kai, maka dengan mudahnya kaki mereka akan mudah tertancap paku. Pada peristiwa dan malam itulah meeka bertemu, tiba-tiba seorang pria dengan wajah menyenangkan bernama Danar menolong Tania yang sedang meringis kesakitan. Membantu mencabut paku yang masih menancap pada kaki Tania, kemudian membersihkan darah yang bercucuran dengan sapu tangan berwarna putih yang dikeluarkan dari saku celananya dan dibalutkan pada luka kaki Tania. Kemudian Danar memberikan beberapa uang sepuluh ribuan kepada Tania dan Dede menyarankan untuk membeli obat merah.
Ke esokkan harinya, Tania dan Dede pergi mengamen kembali, dengan luka yang masih terasa perih pada kaki Tania. Mengamen dengan kaki yang pincang, menahan perih pada kakinya yang tertusuk paku semalam. Pada saat mengamen itu, Tania dan Dede bertemu kembali dengan Danar. Dan Danar memberikan hadiah kepada Tania dan Dede yaitu sepasang sepatu dan kaos kaki, agar Tania tidak tertancap paku kembali. Dede saat itu seketika langsung menerimanya dengan bahagia dan memakainya, sedangkan Tania malu-malu menerimanya. Malam itu mereka terlihat lucu, dengan pakaian yang kontor memakai kaos kaki putih dan sepatu yang bagus. Malam itu mereka berbincang-bincang, saling berkenalan. Terihat sangat akrab. Dan Danar pun mengantarkan Tania dan Dede pulang ke rumah kardusnya, mereka pun sampai lupa kepada kewajibannya mengamen untuk mencari uang membantu Ibu. Tania pun mengenalkan Danar pada Ibu. Danar dan Ibu pun berbincang-bincang tentang segala hal.
Ke esokkan harinya Ibu memberitahukan kabar baik kepada Tania dan Dede, dan salah satu kabar bahagia itu adalah Tania dan Dede akan kembali sekolah, semua itu berkat dukungan Danar, dan Danar pula yang akan membiayai mereka. Saat itu Tania benar-benar bahagia dan berterimkasih kepada Danar. Meskipun Tania dan Dede sudah kembali sekolah, namun mereka tetap mengamen seperti biasanya seusai pulang sekolah sampai sebelum magrib tiba. Mereka mengamen hanya untuk semata-mata membantu Ibu, karena Ibu sering sakit-sakitan jadi tidak bisa mencari uang sepenuhnya. Dan Tania pun selalu belajar dengan kerja keras mengejar tiga tahun ketertinggalannya, begitu pun dengan Dede. Dede pun menghapal seharian abjad dan Dede mampu mengahapalnya hanya dalam satu hari pertama Dede masuk sekolah.
Kemudian akhir-akhir itu kesehatan Ibu mulai membaik. Sembuh begitu saja tanpa diobati. Seminggu kemudian Ibu kembali bekerja emnjadi tukang cuci. Dari penghasilan sebagai tukang cuci, hasil Tania dan Dede mengamen, juga tambahan bantuan dari Danar, akhirnya Ibu memutuskan untuk mengontrak sebuah kamar sederhana berdinding tembok. Kehidupan mereka pun semakin membaik, setelah selama tiga tahun merasakan kepahitan dan kemiskinan yang tiada tara. Ibu pun membuat usaha kue, dan usahanya pun sangat maju.,. ibu sering mendapatkan pesanan, dan Ibu selalu sibuk. Bahkan Ibu memanggil dua orang tetangga untuk membantu usaha kue nya itu, karena Ibu sangat kerepotan melakukannya sendirian. Dan Usaha kue itu modalnya dari Danar, meskipun Ibu telah menolaknya namun Danr tetap memberikan uang untuk modal Ibu usaha kue.
Danar pun selalu mengunjungi, menengok mereka di rumah kontrakkan itu. Memberikan beberpa makanan dan juga hadiah, tidak terlepas memberikan bantuan beberapa kebutuhan untuk mereka. Atas kebersamaan itulah tumbuh benih-benih rasa di hati Tania yang sama sekali Tania tidak mengerti akan rasa yang Tania rasakan kepada Danar. Namun, pada suatu hari Danar mebawa teman istrinya yang bernama Ratna. Semenjak hari itu Ratna merebut semua posisi Tania, dan Tania pun merasa kesal dan tersisihkan atas kehadiran Ratna.  Tania sangat cemburu. Ratna selalu hadir dan ikut kemana pun Danar pergi, bahkan ketika mereka pergi ke Dufan sebagai hadiah untuk Dede karena telah menyelesaikan legonya, Ratna pun ikut.
Beberapa minggu kemudian, tiba-tiba Ibu tak sadarkan diri sakit parah dan dibawa ke rumah sakit. Tania dan Dede sangat kaget dan merasakan takut. Beruntung Danar selalu siap siaga menjaga mereka. Dan tidak pernah disangka, bagai petir di siang bolong. Ibu meninggal, usaha kuenya terhenti. Kini dua anak kecil pengamen itu menjadi yatim-piatu. Dan Danar pun mengurus Tania dan Dede. Menyekolahkan mereka, hidup bersama, tinggal bersama Danar.
Setelah kepergian Ibu, Danar memutuskan untuk membeli sepetak tanah untuk tempat tinggal Danar, Tania, dan Dede. Kemudian Tania pun lulus sekolah SD, dan Tania mendapatkan ASEAN Scholarship beasiswa SMP di Singapura. Dan Tania harus hidup mandiri di sana, meninggalkan Dede, Danar, dan pusara Ibu. Namun, mereka tetap berkomunikasi dengan baik lewat e-mail/chatting. Tania sangat merindukan Danar dibandingkan merindukan Dede.
Dan tidak terasa setelah tiga tahun Tania berjuang mati-matian belajar, akhirnya Tania lulus SMP dengan nilai terbaik kedua. Dan Tania pun kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah SMAnya, meski Tania telah mati-matian memohon agar Tania melanjutkan sekolah SMA nya di Jakarta kepada Danar, Danar tetap memerintahkan Tania untuk meneruskan sekolahnya di Singapura. Meski Tania merajuk tak menentu, akhirnya Tania menurut saja. Karena Tania sudah berjanji bahwa Tania akan mengikuti semua kata-kata dan perintah Danar. Saat sweet seventeen Tania, Danar dan Dede memutuskan untuk pergi ke Singapura untuk merayakan sweet seventeen Tania di sana. Dan Tania pun sangat bahagia, ini kejutan baginya dan akan menjadi hal yang sangat indah.  Dan ketika Danar dan Dede pulang kembali ke Jakarta, tiba-tiba Danar memberikan sebuah liontin T untuk Tania. Yang mungkin bisa  berarti, Tersayang, Tercinta, Tercantik, dan bisa juga Teman. Liontin itu sangat berarti banyak bagi Tania.
Dan setelah berjuang dengan habis-habisan pula akhirnya Tania lulus SMA dengan hasil ujian terbaik melampaui 0,1 digit nomor satu orang yang selalu membuatnya menjadi nomor dua. Tania mendapatkan pengahargaan Kristal pohon lime, dan Tania pun mendapatkan tawaran dari kepala sekolahnya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di NUS dengan beasiswa hingga lulus dan bebas memilih jurusan apa pun sesuai dengan apa yang Tania inginkan. Sedangkan Dede kini melanjutkan pendidikannya kuliah di dekat tempat tinggal mereka. Dan Danar kini sudah menjadi GM di perusahaan marketingnya. Tania pun tumbuh sesuai dengan apa yang diharapkan Danar, dan perasaan yang ada pada hati Tania pun semakin tumbuh dan semakin menyesakkan karena tak mampu untuk megungkapkannya. Perbedaan umur yang terlampau sangat jauh, itu salah satu kendalanya.  Semua kabar bahagia itu terasa lenyap begitu saja, karena Ratna dan Danar memberitahukan bahwa mereka akan menikah tiga bulan lagi. Seketika hati Tania hancur berkeping-keping, Tania kaget mendengar kabar itu. Malaikat yang Tania cintai akan menikah dengan wanita lain yang telah merebut semua posisi Tania. Tania sangat merasakan cemburu yang amat mendalam, meskipun banyak sekali cowok-cowok yang mendekati dan naksir kepada Tania seperti Adi, Jhony Chan, karyawan toko buku, dan wajah-wajah bertampang Indo-melayu lainnya, hati Tania tetap berpihak kepada Danar.
Hari-hari menyakitkan pun sangat dirasakan oleh Tania, dan ketika liburan NUS Tania memutuskan untuk tidak pulang. Pernikahan Danar dan Ratna tinggal tiga minggu lai, Tania memutuskan untuk tidak pulang. Tepatnya Tania tidak ingin menyaksikan perikahan mereka, menyaksikan malaikat yang dicintanya itu mengucapkan ijab qobul untuk Ratna. Pulang atau tidaknya Tania itu pasti akan memberikan pengaruh yang besar. Danar, Dede, dan Ratna pun berkali-kali meminta Tania untuk pulang, tapi Tania tetap memutuskan untuk tiak pulang. Dan keputusan itu pun membuat Danar berubah, membuat Dede menjadi bingug, membuat Ratna calon istrinya menjadi takut. Dan ratna pun memutuskan untuk pergi ke Singapura menemui Tania membujuknya untuk pulang agar semua hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Namun semua itu sia-sia, Tania tetap tidak akan pulang dengan sejuta alasan. Pulang atau tidaknya Tania, pernikahan itu tetap berlanjut.
Setelah pernikahan mereka terjadi, mereka pun pergi sesuai rencana pergi berbulan madu sesuai dengan yang Dede ceritakan. Kehidupan paradoks Tania mejadi berubah. Tania tidak menjadi dirinya sendiri, mencari kesibukan yang tidak ia lakukan dengan hati, wajah yang menyenangkan dimiliki Tania pun memudar, perangai yang membuat Anne sahabatnya menjadi ikut prihatin, Tania menjadi egois dank eras kepala, semua itu Tania lakukan hanya semata-mata untuk melampiaskan rasa sakitnya. Kehidupan harus tetap berlanjut meskipun bagaimanapun kondisinya.
Tania masih berkomunikasi baik dengan Dede dan Ratna, kecuali dengan Danar. Tania sudah lama tak berkomunikasidengan Danar, namun Dana selalu menanyakan kabarnya melalui Dede. Semua perasaan itu semakin kalut tak menentu. Bahkan saat ulangtahun Tania yang berikutnya tidak ada lagi perayaan seperti waktu sweet seventeen bersama Danar dan Dede. Dan Deede pun berlibur sendirian ke Singapura bersama Tania. Setelah beberapa bulan, akhirnya Tania memutuskan untuk pulang tanpa memberitahu Danar dan Ratna. Tania kangen kota yang memberikannya sejuta kesan dan perasaan yang selalu tumbuh. Delapan tahun atas kepergian Ibu, Tania ingin mengunjungi pusara Ibu. Tania pun pulang bersama Adi yang menyukainya. Setelah tiba disana, tiba-tiba Danar ke rumah dan melihat ada Tania di sana, Danar memluk Tania dengan kaku, tatapan muka yang kaku pula. Keesokan harinya, Tania, Dede, Danar, Ratna, dan Adi pergi ke pusara Ibu. Mengadu dan mendoakan Ibu. Danar dan Ratna saat itu terlihat sangat mesra. Hati Tania pun semakin kalut.
Setelah beberapa hari, Tania pun kembali ke Singapura tanpa Adi. Tak asa kejadian penting selama enam bulan. Tania lulus dengan kuliah sesuai jadwal, dengan nilai yang baik. Tania benar-benar sendirian saat kelulusan itu. Namanya terpahat di plakat depan kampus, lulusan terbaik, tercepat, tertinggi GPA-nya. Anak pengamen yang kumuh, dekil, dan bau, kini namanya terpahat dan dikenal oleh semua orang. Ibu pasti akan bangga.
Tiba-tiba pada suatu waktu Tania mendapatkan e-mail yang menyakitkan dari Ratna, Tania sampai berdarah-darah  membacanya. Membuat Tania menjadi tidak mengerti. Ratna menceritakan keadaan rumah tangganya kepada Tania, menceritakan perangai Danar yang berubah, membuat Tania kaget tidak menyangka. Bagaimana mungkin malaikat yang dicintainya yang dimatanya begitu sempurna, tak akan mungkin membiarkan siapun menangis kini membiarkan istriya sendiri menangis karenanya. Tania pun akhirnya memutuskan untuk pulang, membantu dan mencari tahu masalah yang sebenarnya dengan bantuan Dede. Dan tidak disangka akhirnya teka-teki itu mulai bermunculn, Danar benar-benar berubah tidak ada lagi wajah yang menyenangkan itu, selalu pulang larut malam, dan sikapnya menjadi dingin. Tania pun tahu dari Dede bahwa Danar pun mempunyai perasaan yang sama seperti Tania. Seperti liontin yang pernah Tania dapatkan dari Danar ternyata itu benar-benar special, meski Dede dan Ibu juga mendapatkannya. Namun ternyata jika liontin Danar dan Tania disatukan, akan sempurna membentuk daun berbentuk hati. Terdapat gambar bunga dan dua daun Linden. Semuanya terasa menyesakkan, Tania bertanya-tanya dalam hati. Mengapa kalau Danar mengetahui tentang perasaan Tania kepadanya Danar malah menikah dengan Ratna, dan kalau memang Danar memiliki rasa yang sama seperti Tania mengapa Dana tak mengungkapkannya. Semua ini hanyalah pertanyaan yang tak pernah terjawabkan. Dan Dede pun memberitahu Tania soal novel yang dibuat Danar, yang tidak sengaja Dede copy paste dari laptop Danar. Novel itu berjudul Cinta dari Pohon Linden. Cerita yang tak akan pernah usai. Ternyata novel itu menceritakan tentang mereka. Tania pun segera akan menemui Danar dan mempertanyakan tentang semua ini, dan Danar sedang duduk terpekur di bawah pohon linden depan rumah kardus tempat tiga tahun Tania merasakan kemiskinan dan kehidupan yang menyesakkan. Tania pun menemui Danar dan mempertanyakan semuanya, Tania menangis dan membicarakannya dengan suara tersendat. Danar hanya diam dan seolah-olah tak mengerti. Tania mengungkapkan semuanya. Namun semuanya sudah terlambat, cinta itu sangat membuat mereka menyesakkan. Kini Ratna tengah hamil empat bulan dan Danar harus mempertanggung jawabkan pernikahannya itu. Tania pun telah menerima semua keadaannya itu, mencoba memahaminya. Cinta tak harus memiliki. Tania akan kembali lagi ke Singapura, dan tidak akan kembali lagi. Meninggalkan Dede, Danar, Ratna, toko buku, semua kenangan, dan pusara Ibu.











RIWAYAT HIDUP PENGARANG
“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa India dengan arti : untukmu, untuk-Mu, dan nama aslinya adalah Darwis.  Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Tere liye mempunyai seorang istri yang bernama Riski Amelia, dan dikaruniai anak yang bernama Abdullah Psai. Lahir dan besar di pedalaman sumatera, berasal dari keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara. Darwis berasal dari Sumatra Selatan, Indonesia. Riwayat pendidikannya nya:
1.      SDN 2 Kikim Timur Sumasel
2.      SMPN 2 Kikim Timur Sumsel
3.      SMUN 9 Bandar Lampung
4.      Fakultas Ekonomi UI
Tampaknya Tere-Liye tidak ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu terlihat dari sedikitnya informasi yang pembaca dapat melalui bagian “tentang penulis” yang terdapat pada bagian belakang sebuah novel. Agak sulit ketika mencari tahu tentang Tere-Liye. Tere Liye telah menghasilkan 14 buah novel. Yaitu:
1.      Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010
2.      Pukat (Penerbit Republika, 2010)
3.      Burlian (Penerbit Republika, 2009)
4.       Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)
5.      Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2007)
6.      The Gogons Series: James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
7.      Bidadari-Bidadari Surga  (Republika, 2008)
8.      Sang Penandai (Serambi, 2007)
9.       Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2009)
10.  Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint, 2005)
11.  Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)
12.  Senja Bersama Rosie (Grafindo, 2008)
13.  ELIANA ,serial anak-anak mamak
14.  Ayahku (Bukan) Pembohong
Tere-liye tidak seperti penulis lain yang biasanya memasang foto, contact person, profil lengkap pada setiap bukunya sehingga ketika buku/novel tersebut meledak biasanya langsung membuat penulis tersebut terkenal dan diundang serta melanglangbuana kemana-mana. Tere-liye ingin menyebarkan pemahaman bahwa hidup ini sederhana melalui tulisannya. Semua novel Tere- Liye memiliki cerita yang unik dengan mengutamakan pengetahuan, moral, dan agama. Penyampaiannya tentang keluarga, moral, Islam, dakwah, sangat mengena tanpa membuat pembacanya merasa digurui.

No comments:

Post a Comment